Grace, kini harus menjadi anak yatim piatu setelah kedua orangtuanya di habisi secara keji oleh Chan Ryder, hanya karena kalah tender. Sejak kecil Grace di urus dan dibesarkan oleh orang yang telah membunuh kedua orang tuanya, bahkan kakaknya pun ikut menjadi korban. Bagaimana jadinya jika Grace tahu jika orang yang sudah merawatnya adalah orang yang sudah tega memisahkan ia dan keluarganya?
Penasaran sama kelanjutan ceritanya? Yuk langsung baca. Jangan lupa like, komen, vote, dan kasih ulasan terbaiknya. oke👌😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Grace memarkirkan mobilnya di halaman mansion. Dia pun berjalan masuk kedalam dengan raut wajah yang tampak kusut, karena selama berjam-jam menunggu Adelardo di bandara namun tak kunjung bertemu dengannya.
"Kau dari mana saja, mengapa baru pulang?" tanya Azura kepada Grace yang baru tiba didepan pintu, lantas dia pun mendekatinya.
"Apa kak Delard tidak jadi pulang, Mommy?" tanyanya dengan nada suara yang lesu, dia pun berjalan melewati Azura lalu duduk di sofa untuk merentangkan badannya yang terasa pegal.
"Delard sudah ada di kamarnya," jawab Azura yang ikut duduk di sofa bersama Grace.
"Apa?!" Grace terkejut, "sejak kapan kak Delard tiba?" tanyanya.
"Sudah sekitar setengah jam yang lalu," jawab Azura seadanya. Dia pun menoleh kearah golongan banner yang ada ditangan Grace.
"Keterlaluan!" Grace yang geram karena merasa diabaikan padahal sudah berjam-jam lamanya dia menunggu di bandara pun bergegas untuk menemui Adelardo di kamar.
Bruak!
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Grace langsung masuk dan membuka pintu kamar kakaknya dengan kasar, sehingga Adelardo yang ingin beristirahat setelah menempuh perjalanan yang panjang pun menjadi terganggu.
Adelardo bangkit dari tidurnya lalu duduk ditepi ranjang menatap tajam kearah Grace yang berdiri diambang pintu. "Dia!" samar-samar Adelardo mengingat wajah gadis yang ada di bandara dengan banner bertuliskan 'MENJEMPUT KAKAK KU YANG PALING TAMPAN, DELARD' dan itu menurutnya kampungan.
Grace diam terpaku saat melihat wajah tampan kakaknya yang juga sedang menatapnya. Lima tahun tidak bertemu membuat Grace merasa pangling dan nyaris tidak mengenali Adelardo karena ternyata wajahnya jauh lebih tampan dari pada dugaannya.
"Siapa kau?" suara Adelardo membuyarkan lamunan Grace. Dia pun menelisik penampilan gadis di hadapannya yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Kak Delard!" seru Grace seraya berlari memeluknya dan menempelkan wajah di pipi kakaknya.
Adelardo terdiam sejenak, lalu kemudian melepas tangan Grace yang melingkar di bahunya, karena posisi mereka saat ini, Grace membungkukkan badan memeluk Adelardo yang duduk ditepi ranjang.
Grace duduk disampingnya. "Ini aku, tidak mungkin Kakak tidak mengenaliku!" Grace antusias karena merasa sangat senang melihat kehadiran Kakaknya.
"Grace?"
"Iya, siapa lagi!" serunya. Berbeda dengan Grace, Adelardo nampak biasa saja ketika bertemu dengannya.
"Aku lelah,"' ucap Adelardo lalu kembali merebahkan tubuhnya ditempat tidur.
"Tadi aku menunggumu selama berjam-jam di bandara, apa kau tidak melihatku? Padahal aku sudah membuat banner sebesar ini." Grace melebarkannya agar Adelardo dapat membacanya.
"Pergilah! Aku ingin beristirahat." Adelardo tampak tidak memperdulikan Grace, karena begitulah sikapnya dari dulu yang terkesan cuek.
"Baik, untuk saat ini aku mengalah dan tidak akan mengganggumu. Tapi lihat saja nanti!" Grace tidak pernah berubah dia selalu mengedipkan matanya dengan genit untuk menggoda sang kakak. Jika Grace yang dulu ketika melakukan itu terlihat begitu sangat menggemaskan, lain halnya dengan sekarang yang malah terlihat begitu menggoda sehingga membuat Adelardo menohok dan terus menatap kepergiannya.
Gleg.
Adelardo menelan saliva susah payah melihat kelakuan adik angkatnya. Yiba-tiba dia pun mengambil album keluarga dan melihat-lihat poto Grace kecil. Dia pun merenung karena tidak menyangka Grace tumbuh dewasa dengan memiliki paras yang begitu cantik.
Keesokan paginya Adelardo menemui Azura di kamarnya, dan kebetulan daddy nya sudah berangkat kekantor.
"Ada apa Delard?" Azura yang baru keluar dari kamar mandi heran saat melihat keberadaan putranya. Dia pun duduk disamping Adelardo.
Adelardo memberikan sebuah paper bag kepada mommy nya. "Aku membeli barang-barang ini ketika aku teringat kepada Mommy dan daddy," ujarnya.
Azura langsung menerimanya kemudian membuka serta melihat-lihat semua barang yang ada didalamnya. "Ini?" Azura heran saat melihat ada beberapa pakaian anak berusia tanggung di dalam paper bag yang diberikan putranya.
"Tadinya aku berniat untuk memberikan baju-baju itu kepada Grace!" kata Delard. "Aku lupa, kalau setiap manusia bertambah besar dengan bertambahnya umur mereka," lanjutnya.
Dari arah pintu, Grace yang tidak sengaja mendengar ucapan Adelardo langsung berlari dan merebut baju itu dari tangan mommy nya. "Ternyata Kak Delard tidak melupakan aku." Dia pun meletakkan baju itu di dadanya bermaksud untuk mencocokkan dengan tubuhnya. "Kok kecil?" Grace mengernyitkan dahinya.
"Kakak mu salah memilih ukuran, karena dia mengira jika kau itu masih pelajar SMP." Ucap Azura seraya menatap wajah Grace dan Adelardo secara bergantian.
Seketika raut wajah Grace pun berubah. "Kak Delard memang tidak pernah menyayangiku." dengan raut wajah yang kecewa Grace keluar dari kamar mommy nya.
"Grace, kau hanya salah paham!" kata Azura setengah berteriak karena Grace sudah pergi.
Di kantin Grace hanya mengaduk-aduk minuman yang ada dihadapannya sehingga membuat sahabatnya heran dengan sikap Grace yang tidak seperti biasa.
"Bukankah kakak mu yang studi di luar negeri itu kemarin pulang? Kenapa kau tampak tidak senang? Seharusnya kau bahagia karena Kakak kebanggaan mu itu memberikan banyak oleh-oleh untukmu," ucap Anggun sahabatnya.
"Jangan mengejekku!" desis Grace karena merasa tersinggung dengan ucapan sahabatnya.
"Mengejek? Aku tidak mengejek mu. Bukankah hal yang mustahil jika kakak mu kembali tanpa membelikan satu barang pun untuk mu." Tak mendapatkan respon, Anggun kembali bertanya. "Apa Kakak mu itu sangat tampan?"
Mendengar pertanyaan itu, Grace langsung membayangkan wajah tampan Kakaknya. "Ya, dia memang sangat tampan. Bahkan jauh lebih tampan dari dugaan ku selama ini."
"Benarkah?" Anggun begitu antusias. "Apa dia sudah memiliki seorang kekasih?" tanyanya ingin tahu.
"Entahlah! Aku juga belum berbicara banyak dengannya," jawab Grace. Dia pun mengajak Anggun untuk masuk kelas.
Dan setelah jam pelajaran berakhir, Grace dikejutkan oleh suara teriakan teman-temannya yang mengatakan kalau ada pria tampan yang sedang menunggunya diluar gerbang sekolah. Karena penasaran, dengan cepat Grace bergegas menghampirinya.
"Masuklah! Akan ku ganti oleh-olehnya dengan yang lain." Adelardo membuka pintu mobil berharap Grace mau masuk kedalam.
"Tidak perlu! Jika kau memang tidak berniat untuk membelikan aku sesuatu, lebih baik tidak usah!" cetusnya dengan raut wajah yang judes.
"Masuk!" titah Adelardo kepadanya, namun Grace hanya diam saja dan terkesan tak perduli. "Aku bilang masuk!" akhirnya Adelardo membentaknya.
Melihat itu teman laki-laki Grace pun menghampiri keduanya. "Ada apa ini? Kenapa kau membentak Grace?" tanya laki-laki mengenakan pakaian seragam yang sama dengan Grace.
"Ini bukan urusanmu, jadi pergilah!" Adelardo malah mengusirnya.
"Kau sudah membentak-bentak teman sekolahku dan aku tidak mungkin diam saja!" laki-laki itu mulai tersulut emosi.
Adelardo menatap tajam kepada Grace. "Cepat masuk!"
Tak ingin terjadi keributan antara kakaknya dengan teman lelakinya, Grace pun masuk, tapi dihalangi oleh laki-laki itu.
"Grace, jangan ikut dengannya!" laki-laki itu mencengkram pergelangan tangan Grace.
Perlahan Grace melepaskan tangan laki-laki itu. "Jangan cemaskan aku, tenang saja dia itu Kakakku," jelas Grace sehingga membuat laki-laki itu menohok tak percaya, dan membiarkannya pergi.