Seorang Gadis Yatim Piatu, yang memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuan.
Namun memiliki banyak rahasia, yang hanya si ketahui oleh kakak dan adiknya. Bahkan ia juga menyembunyikan identitas dirinya, dengan berpenampilan culun. Menyembunyikan kemampuannya, yang ternyata membuat seorang pria takjub.
Dwi panggilannya, ia juga menyembunyikan warna berbeda di kedua matanya.
Bagaimana kisahnya?? Suka-suka kalian ajaaaa.... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Rinjani dan Hans
Siang ini adalah hari dimana Rinjani akan kembali ke Korea, ia dan sang putra sedang menunggu di sebuah kafe tak jauh dari bandara. Masih ada waktu 3 jam lagi, untuk dirinya melakukan penerbangan. Dwi yang sudah menghubungi Hans, sehingga ia setuju untuk bertemu dengan Hans.
"Kita nunggu siapa ma? Yusuf ingin segera kembali ke rumah, Yusuf rindu dengan halmeoni dan hal-abeoji" tanya Yusuf, namun tangannya tak berhenti memakan pesanannya. Rinjani menghembuskan nafasnya pelan, apa ia harus mengatakan pada putranya sekarang?
Rinjani hanya takut, bila putranya memilih Hans. Karena rasa rindunya, yang ingin memiliki seorang ayah. Tapi, apa yang di katakan Dwi benar adanya. Bagaimana pun, Yusuf harus tau kebenarannya.
"Sayang" panggil Rinjani, Yusuf menengadah dan menoleh menatap sang ibu. Yang duduk di sampingnya, Yusuf tersenyum menunggu apa yang akan sang mama katakan.
"Yusuf pernah bertanya keberadaan papa kan?" Yusuf mengangguk, namun tidak sesemangat dulu
Rinjani tidak sadar, bila Yusuf merupakan anak yang pandai. Saat di rumah sakit, dimana sang ibu menceritakan masalahnya. Sebenarnya ia sudah mendengar semuanya, dimana keberadaannya yang ditolak oleh sang ayah. Dimana sang ibu menangis, saat mengatakan bila sang ayah berkhianat dengan sahabat sang ibu.
Kini ia tak peduli dengan pria yang katanya ayah kandung tersebut, pantas saja dulu saat ia bertanya keberadaan sang papa. Mamanya mengatakan, bila papanya sudah tiada. Pantas saja, hampir setiap malam sang mama selalu bangun dari tidurnya dan menangis kemudian. Ternyata karena rasa sakit, yang sudah di terima sang mama saat ia baru hadir di perut ibundanya.
"Sebelumnya maafkan mama, karena mama menjawab dengan kebohongan. Papa Yusuf masih hidup, dan sekarang kita sedang menunggu papa Yusuf. Karena itu mama mengajak berangkat lebih dulu, karena kita akan bertemu dengannya sebelum kita berangkat." lanjut Rinjani, wajah Yusuf langsung berubah datar.
Rinjani tentu saja terkejut, karena kini putranya benar-benar sangat mirip dengan Hans. Di saat Hans tidak menyukai sesuatu, atau pun marah.
"Maaf, aku datang terlambat." ucap seseorang yang baru saja datang, ia langsung duduk di depan Rinjani dan Yusuf.
Rinjani cukup terkejut, saat ia melihat pria yang duduk di depannya. Tangannya mulai bergetar, Yusuf yang menyadari hal tersebut. Ia langsung menggenggam tangan Rinjani, ia mendengar bila ini merupakan pengobatan terakhir. Yaitu, bertemu dengan si pembuat trauma.
Rinjani menoleh menatap Yusuf, namun yang di tatap tengah menatap ke depan dengan tatapan datarnya.
"Aaa.. i-iya tidak apa-apa, mmm... a-aku dengar kamu mencari ku, ada apa?" jawab Rinjani seraya bertanya, dengan sedikit senyuman di paksakan.
"Maaf" ucap Hans menunduk, ia sadar bila putranya tidak menyukainya
"Maaf untuk?" tanya Rinjani
"Semua, maafkan atas semua yang sudah aku lakukan 7 tahun lalu. Aku.. aku menyesal, aku sungguh-sungguh menyesal Rin. Maafkan aku." jawab Hans, ia menegakkan kepala dan menatap Rinjani.
Rinjani menghembuskan nafasnya pelan, menenangkan hatinya. Ia kembali menoleh pada Yusuf, lalu tersenyum.
"Tidak apa-apa, itu adalah masa lalu. Aku sudah tidak ingin menengok lagi ke belakang, biarkan itu menjadi kenangan pahit yang bisa aku jadikan pelajaran." jawab Rinjani, tanpa menatap Hans
"Yusuf... sayang, dia adalah.... adalah..." Rinjani menarik nafas, mengisi rongga dadanya yang terasa kosong.
"Dia adalah papamu" ucap Rinjani, berat sebenarnya untuk mengatakan hal ini. Namun bagaimana pun, ia tetap harus mengatakan hal ini.
Yusuf diam tidak bergeming, ia terus menggenggam tangan sang ibu. Hans menatap putra, yang pernah ia tolak sebelumnya. Tanpa harus melakukan tes DNA, ia tau itu adalah putranya. Wajahnya benar-benar mirip, bagai pinang di belah katana..
Rinjani terdiam, ia merasa tidak enak pada Hans.
"M-maaf, Yusuf memang sangat sulit untuk dekat dengan orang baru. Mmm... intinya, aku sudah memaafkan kamu dan juga... DIA. Dan aku juga sudah mengenalkan mu pada putraku, kalau begitu aku pamit karena pesawatku akan segera lepas landas." ucap Rinjani, Hans langsung menegakkan tubuhnya.
Ia menatap wajah Rinjani dan Yusuf bergantian, wajah Rinjani yang lebih cantik dan juga terlihat lebih dewasa.
"K-kamu akan pergi?" Rinjani mengangguk, ia pun bangun dari duduknya dan di ikuti oleh Yusuf.
"T-tapi... " Rinjani menghentikan langkahnya dan menunggu apa yang akan di ucapkan oleh Hans.
"A-apa tidak ada kesempatan kedua untukku Rin, apa kita tidak bisa kembali seperti dulu? Apalagi ada anak di antara kita." tanya Hans, Rinjani mengerutkan dahinya
"Jangan lupakan, anak yang tidak anda harapkan tuan." bukan Rinjani yang menjawab, namun Yusuf
DEG
Bukan hanya Hans yang terkejut, jantungnya merasa ada yang menikamnya. Namun begitu juga dengan Rinjani, bagaimana putranya tau?
"S-Sayang..." ucap Rinjani tergagap
"Ayo ma, pesawat kita akan lepas landas.
"I iya... maaf Hans, kalo begitu kami permisi. Ahh.. dan satu lagi" Rinjani kembali menghembuskan nafasnya
"Aku memang sudah memaafkan mu, tapi maaf, untuk bisa kembali denganmu. Aku tidak bisa, sudah cukup sakit yang kamu tancapkan untukku. Dan aku tidak mau, masuk kembali ke lubang yang sama. Permisi" Rinjani dan Yusuf pun pergi meninggalkan Hans, yang masih diam tercenung. Karena mendengar celetukan putranya.
"Aku tidak akan menyerah Rin" gumamnya seraya menatap punggung, kedua orang yang berarti untuknya. Semakin menjauh dan menghilang...
.
.
"Sepi, Yusuf udah pulang." ucap Aca, Dwi hanya menggelengkan kepalanya.
Ingin rasanya ambil karpet dna menggulung tubuh adiknya, karena saat ini tengah guling-guling di lantai. Saking bosannya...
"Gimana sekolah??" tanya Dwi
"Nggak gimana-gimana... Eh, tapi.... Kakak masih inget ga waktu aku cerita guru killer di sekolah?" jawab Aca, namun ia langsung duduk sila dan bertanya pada sang kakak.
"Mmm... Yang kamu salah taro belanjaan itu?" Aca mengangguk cepat
"Kenapa dengannya?? Kamu suka?" mendengar pertanyaan sang kakak, Aca langsung memasang wajah malasnya.
Dwi pun terkekeh, melihat ekspresi wajah sang adik.
"Lalu?" tanya Dwi lagi
"Yang ada dia semakin menyebalkan kak, entah kenapa sejak kejadian salah naro belanjaan di troli. Itu guru, seperti sengaja mencari masalah denganku. Ada saja yang di perintahnya, di suruh ke kantor. Karena di suruh bawa buku untuk teman sekelas, yang jumlahnya tidak sedikitlah. Di minta mengkoreksi, hasil ulanganlah, di suruh mengumpulkan tugas anak- sekelaslah. Masa cuma gara-gara salah naro belanjaan aja, dendamnya ga abis-abis. Emang gila itu guru..." sepertinya Aca tidak ingat, saat ia berada di ruang kendali CCtv mall saat insiden Yusuf.
"Suka kali itu gurunya sama kamu?" tanya Dwi
"WHAT????!!!" teriak Aca tidak terima
"Di mana-mana, orang suka itu berubah jadi lebih baik kak. Ini boro-boro baik, ngomong lembut aja nggak." Aca langsung praktek bagaimana saat guru itu bicara dengannya.
"CASSANDRA, BAWAKAN ITU. CASSANDRA, KUMPULKAN TUGAS DAN BAWA KE KANTOR. CASSANDRA, IKUT SAYA KE KANTOR." ucapnya seraya memperagakan dan meniru suara guru tersebut
Pecahlah tawa Dwi... Ia yakin, guru itu menyukai adiknya.
...****************...
Maaf telat, tadinya ga akan up. kondisinya hati ini luar biasa turun 🥲🥲🥲
Ga janji bisa double ya
Seperti biasa, jangan lupa buat jadiin Favorit!!! Tinggalkan jejak💓
......Happy Reading
all🥰🥰......