6 tahun mendapat perhatian lebih dari orang yang disukai membuat Kaila Mahya Kharisma menganggap jika Devan Aryana memiliki rasa yang sama dengannya. Namun, kenyataannya berbeda. Lelaki itu malah mencintai adiknya, yakni Lea.
Tak ingin mengulang kejadian ibu juga tantenya, Lala memilih untuk mundur dengan rasa sakit juga sedih yang dia simpan sendirian. Ketika kejujurannya ditolak, Lala tak bisa memaksa juga tak ingin egois. Melepaskan adalah jalan paling benar.
Akankah di masa transisi hati Lala akan menemukan orang baru? Atau malah orang lama yang tetap menjadi pemenangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Second Choice
Lala begitu kesal kepada makhluk yang bernama Brian King Atlanta. Pagi tadi minta dibuka perban dan infusan. Sorenya malah minta keluar untuk jalan-jalan.
"Rumah sakit udah kayak punya nenek moyangnya aja," gerutu Lala di dalam hati.
"Mana dokternya pada nurut banget lagi."
Dengan wajah yang menahan kesal, Lala mengikuti ajakan Brian. Dia ingin tahu mau pergi ke mana mereka. Tubuh Lala membeku ketika Brian membawanya ke sebuah kafe yang begitu romantis.
Brian meraih tangan Lala untuknya genggam. Mata mereka bertemu dan sebuah kalimat pun keluar.
"Aku bukan pasien sakit parah."
Mimik Lala kembali berubah kesal kembali. Tanpa ijin Brian menarik tangan sang kekasih ke dalam dekapannya.
"Aku gak mau buat kamu bosan selama berada di sini. Apalagi cuma nemenin aku di rumah sakit."
Lala memundurkan tubuhnya. Dia mendongak menatap wajah Brian.
"Malah aku kesal kalau Mas kayak gini. Aku takut luka di tubuh Mas bukannya membaik malah semakin parah."
Raut cemas disertai ketakutan mampu Brian lihat. Tangannya mulai mengusap lembut wajah Lala.
"Makasih sudah mengkhawatirkan aku."
Mereka kembali saling berpelukan. Tak mereka hiraukan jadi pusat perhatian beberapa orang.
Setelah puas menikmati kota Bandung di malam hari, Brian dan Lala kembali ke rumah sakit. Sadewa sudah menunggu sahabatnya karena ijin yang diminta Brian begitu melewati batas.
Kode mata untuk Sadewa membuat dokter anak itu menghela napas. Ya, dia tahu Brian tak ingin membuat Lala cemas. Apalagi wajah Lala yang nampak begitu bahagia.
Butuh waktu tiga jam untuk Sadewa bisa masuk ke kamar perawatan Brian. Ketika Lala sudah terlelap barulah dokter anak itu memeriksa kondisi Brian.
"Masalahnya bokap lu udah nitipin lu ke gua. Kalau lecet sedikit aja gua bisa dijadiim perkedel."
Brian berdecak kesal. Ketiga sahabatnya sekaligus rekan band begitu takut kepada Sang ayah. Padahal, di mata Brian ayahnya biasa saja.
"Apalagi kalau Nyai Mommy udah bersabda. Matilah karir gua."
Brian menyentil kening Sadewa hingga dia mengaduh.
"Ngomong sekali lagi, gua minta lu dimutasi dipindahin ke pulau yang paling terpencil."
"Jangan dong, Masbri. Jangan."
Sadewa menghela napas begitu lega setelah memeriksa kondisi Brian.
"Gua bilang apa kan? Jangan pada parnoan."
Sadewa tak menjawab. Perkataan Brian selanjutnya membuat dokter itu tercengang.
"Mending lu balik deh. Gua mau istirahat."
Baru saja hendak membuka suara, suara notifikasi ponsel membuat Sadewa tercengang.
"Buat makan malam."
"Makasih Masbri."
Tanpa babibubebo Sadewa pun segera meninggalkan ruang perawatan Brian dengan mengantongi uang satu juta.
"Sering-sering deh lu bahagia, Masbri. Rejeki gua kan jadinya lancar," gumamnya seraya terkekeh.
.
Setelah dua hari di Bandung, akhirnya di hari Minggu siang Brian, Lala juga Alfa akan kembali ke Jakarta. Brian memaksa untuk segera pulang karena banyak pekerjaan yang menunggunya.
"Mau ke apart apa ke kafe?" tanya Alfa kepada Brian yang masih fokus dengan laporan kafe.
"Kafe."
"Anterin gua balik dulu deh, Al."
Seketika pandangan Brian beralih pada perempuan yang duduk di kursi penumpang belakang. Wajahnya sudah ditekuk.
"Males gua nemenin orang yang gila kerja. Tanpa peduli kondisinya."
Alfa tak menjawab apapun. Beru mau tiga hari jadi sepasang kekasih sudah banyak percekcokan yang terjadi. Dia cukup berada di tengah. Biarkan kakak dan sahabatnya yang menyelesaikan permasalahan mereka.
"Ya udah, anterin Lala pulang aja dulu."
Mata Lala melebar. Dia tak menyangka jika Brian tak akan menahannya. Senyum kecil penuh emosi terukir di sana. Alfa yang melihat mimik wajah Lala dari spion depan hanya mengulum senyum. Kakaknya tidak tahu saja jika Brian bukanlah orang yang senang menahan.
Pintu mobil pun dibanting dengan cukup keras hingga dua lelaki yang berada di kursi kemudi juga penumpang depan terlonjak. Wajah masam begitu jelas Lala tunjukkan.
"Tenaga cewek kalau lagi marah bisa naik sepuluh kali lipat."
Brian hanya melirik ke arah Alfa tanpa ekspresi apapun. Pandangannya kembali fokus pada lembaran putih.
Lala terus bersungut ria di dalam kamar. Begitu menyebalkannya Brian hari ini. Tak pernah mau mendengarkan ucapannya. Mau mengatakan menyesal, tapi pada nyatanya Lala bahagia bersama Brian.
"Tau ah!"
.
Alfa dan Brian sudah berada di lantai atas king kafe. Alfa tengah membuka sosial media dan dia tersenyum ketika membaca komenan teman-teman Lala tentang foto yang dipost oleh sang kakak. Kedua alis Alfa mulai menukik ketika membaca sebuah komentar yang begitu pedas.
"Bangsatt!!"
Atensi Brian beralih pada Alfa yang sudah menunjukkan wajah murka. Dia pun mulai membuka suara.
"Kenapa?"
Alfa segera menunjukkan komentar dari akun congor menyala. Tak ada reaksi apapun dari Brian.
"Lala itu ngungkapin karena dia pengen merasakan kelegaan."
"Padahal banyak cewek yang confess perasaan duluan. Tapi, kenapa Lala layaknya orang yang melakukan kesalahan besar."
"Kirim nama akunnya," balas Brian yang kemudian memfokuskan kembali pandangannya pada kertas demi kertas yang ada di atas meja.
Bukannya Lala tak tahu akan komenan hujatan yang dia terima. Dia membiarkan saja orang mau menilai dia seperti apa. Dia tak butuh pujian dari orang lain. Dia juga tak peduli akan gunjingan orang lain terhadapnya. Dia hanya ingin bersenang-senang melalui sosial media.
.
Lala semakin kesal ketika tak ada satu pun pesan bahkan panggilan dari Brian. Padahal, sekarang sudah jam delapan malam.
"Second choice lagi aja," gerutunya dengan nada begitu kesal.
Lala merasa dia kalah oleh pekerjaan hingga Brian melupakan dia yang statusnya sebagai kekasih pria tersebut.
"Cemburu sama kertas putih dan laptop," gumamnya lagi sambil turun dari tempat tidur.
Mencari cemilan dan menuju ruang keluarga di mana televisi menyala, tapi tak ada manusianya. Lala duduk di sofa panjang dan memilih channel mana yang akan dia tonton.
"Udah lama gak nonton drama China."
Lala mulai fokus pada layar televisi besar. Tangannya mengambil Snack kentang yang ada di dalam toples. Drama yang begitu serius membuat Lala semakin fokus pada layar televisi besar.
Ketika tangannya hendak mengambil cemilan di dalam toples, ada tangan di dalam toples yang dia pegang. Lala terdiam ketika melihat siapa yang sudah duduk di sampingnya. Seorang pria yang sudah bersandar di sofa.
Masih juga memandang Brian dengan bingung, suara sang ibu membuat Lala membelalakkan mata.
"Gimana kabar kamu, Bri?"
Mama Aleeya sudah berjalan menuju Lala dan Brian dengan membawa nampan berisi minuman.
"Sehat banget, Tante," jawabnya dengan lengkungan senyum yang terukir begitu manis.
"Maaf ya kalau Alfa sering ngerepotin kamu."
Kini Lala yang bingung melihat keakraban Brian dan ibunya. Dia hanya bisa menatap ibunya dengan penuh tanya.
"Tiga teman band Alfa Mama kenal. Bahkan, Papa sering nongkrong sama Brian dan Dewa."
Hah?
...*** BERSAMBUNG ***...
Ayo atuh tinggalin komennya ..
dan ngidam nya tu slalu ngehabisin uang bnyak....
lanjut lgi ya Thor
semangat.....
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
kalo tuan yg di repotin siap2 bangrut😂😂😂😂😂
sehat selalu buat author