Paulina Agustinus adalah seorang gadis yatim piatu tinggal bersama ibu tiri dan adik tirinya. Mereka berdua sangat membencinya dan ingin menguasai kekayaan peninggalan orang tuanya hingga mereka melakukan rencana keji dengan memberikan obat tidur dosis tinggi dan diberikan oleh pria tua di sebuah hotel murah.
Dua bulan kemudian Paulina dinyatakan hamil, Paulina tetap mempertahankan kehamilannya hingga 9 bulan lamanya akhirnya lahirlah 3 anak kembar hasil dari pemerkosaan waktu dirinya di bawa hotel oleh ibu tiri dan adik tirinya.
Lima tahun kemudian tanpa sengaja Paulina bertemu kembali dengan pria yang telah memperkosa dirinya. Pria itu mengenali dirinya sedangkan Paulina tidak karena pada saat itu Paulina tidak mengenal siapa yang melakukannya.
Akankah mereka bersatu dalam ikatan pernikahan atau pria tersebut sudah menikah?
Ikuti novelku yang ke 11
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Triatmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paulinus dan Paulina Menyumbang Darah Untuk Paulus
" Kebetulan darah saya sama dengan anak saya, ambillah darah saya dok." ucap mommy Paulina
" Maaf anak nyonya dan tuan membutuhkan darah yang lumayan banyak. Kami kuatir nanti nyonya pingsan karena darahnya akan di ambil." ucap dokter itu.
"Saya tidak perduli dok, walau saya mati karena kehabisan darah asalkan anak saya selamat." ucap mommy Paulina tanpa ragu.
" Mommy, darah kami juga sama dengan kakak lebih baik darah kami saja mom." ucap ke dua anak kembarnya.
grep
" Tidak kalian masih kecil nanti kalau sudah besar baru bisa menyumbangkan darah." ucap mommy Paulina sambil berlutut untuk memeluk ke dua anak kembarnya.
Ucapan mommy Paulina membuat Paulinus terharu terlebih ke dua adiknya yang sangat sayang dengan mommy dan kakaknya yang bernama Paulus.
" Baik kalau begitu silahkan ikuti perawat kami untuk di ambil darahnya." ucap dokter tersebut sambil membalikkan badannya dan masuk ke dalam ruang UGD.
" Maria titip ke dua anakku." pinta mommy Paulina.
" Ok." Jawab tante Maria singkat.
" Hendrik jaga ke dua anakku." ucap Paulinus.
" Baik tuan." Jawab Hendrik sambil memandangi ke dua anak kembar yang sangat mirip dengan tuannya hanya saja tuannya versi dewasa sedangkan ke dua anak kembar versi kecil.
Perawat itupun berjalan ke arah ruangan khusus untuk mengambil darah dengan diikuti mommy Paulina dan Paulinus.
" Memangnya darah anak kita apa?" bisik Paulinus penasaran.
" Golongan darahnya golden blood atau darah emas." bisik mommy Paulina mengikuti Paulinus.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Bukan darahnya yang berwarna emas, dalam istilah medis golongan darah ini disebut Rh-null karena tak adanya rhesus antigen pada sel darah merah.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
" Kalau begitu pakai darahku saja kebetulan darahnya sama denganku." ucap Paulinus
" Tapi..." ucapan Paulina terpotong oleh Paulinus.
" Tidak terima penolakan." ucap Paulinus.
" Baiklah, tapi karena butuh darah banyak kantong ke dua pakai darahku saja." usul mommy Paulina.
" Memangnya kenapa?" tanya Paulinus
" Karena aku tidak ingin tuan..." ucap Paulina menggantungkan kalimatnya karena tidak tahu namanya.
" Panggil saja Paul." ucap Paulinus
" Bagaimana kalau kak Paul?" tanya Paulina
" Terserah, panggil honey juga tidak apa-apa." ucap Paulinus sambil masuk ke dalam ruangan dengan diikuti Paulina.
Paulina mengalihkan pandangannya ke arah Paulinus sambil menatap tajam membuat Paulinus tersenyum karena Paulinus melihatnya menggemaskan.
cup
Paulinus mengecup bibir Paulina yang enam tahun yang lalu menjadi candunya membuat Paulina menatap dengan tatapan horor tapi Paulinus tidak takut sama sekali malah tersenyum puas sambil berbaring di ranjang untuk di ambil darahnya.
Paulina ingin memaki pria itu karena telah berani mencuri ciumannya tapi mengingat ada perawat membuat Paulina mengurungkan niatnya.
" Suster, setelah kantong darah sudah penuh langsung berhenti ya sus karena kantong ke dua biar darah saya saja." ucap Paulina
" Baik nyonya." Jawab suster tersebut dengan sopan.
Setelah agak lama kantong darah itupun terisi penuh dan kini gantian Paulina. Paulina hanya memejamkan matanya dengan kuat karena sejujurnya dirinya sangat takut dengan jarum suntik.
" Maaf nyonya jangan tegang nanti jarum suntiknya bisa patah." ucap suster tersebut.
" Maaf suster saya sangat takut jarum suntik." ucap mommy Paulina yang masih memejamkan matanya.
" Pffftttt hahahaha.." tawa Paulinus pecah mendengar ucapan mommy Paulina
Mommy Paulina yang ditertawakan membuka matanya dan menatap tajam ke arah Paulinus.
"Auch.." rintih mommy Paulina ketika jarum suntik menusuk ke tangannya membuat mommy Paulina menutup matanya kembali.
Paulinus hanya bisa menahan tawa karena melihat mommy Paulina sangat menggemaskan. Tidak berapa lama akhirnya selesai sudah acara sedot darahnya membuat mommy Paulina menghembuskan nafasnya dengan lega membuat Paulinus menahan kembali tawanya yang terasa ingin pecah sungguh menggemaskan melihatnya.
Perawat itupun keluar dari ruangan itu sambil membawa dua kantong darah bersamaan kedatangan seorang membawa Snack dan susu agar Paulinus dan Paulina pulih kembali.
" Taruh di sini saja sus." Ucap mommy Paulina sambil menunjuk meja dekat ranjang Paulina dan Paulinus.
" Baik." Jawab suster tersebut sambil meletakkan nampan tersebut kemudian meninggalkan mereka berdua.
" Kenapa hanya satu?" tanya mommy Paulina
" Bukannya nyonya saja yang mendonorkan darahnya?" tanya suster tersebut menghentikan langkahnya sambil membalikkan badannya menatap ke arah mereka berdua.
" Bu..." ucapan mommy Paulina terpotong oleh Paulinus.
"Tidak apa-apa sus, satu saja." ucap Paulinus sambil turun dari ranjang dan duduk di ranjang samping mommy Paulina.
" Baiklah." Jawab perawat itu dengan singkat sambil membalikkan badannya dan menggenggam gagang pintu yang tadi digengamnya.
Suster tersebut meninggalkan mereka berdua membuat ke dua jantung mereka berdetak kencang.
" Susu dan snack hanya satu, kak Paul saja yang makan." ucap mommy Paulina mengalah
" Tidak, kamu saja yang makan dan minum susunya." tolak Paulinus.
" Kak Paul kan habis mendonorkan darah." ucap mommy Paulina beralasan.
" Kamu juga habis mendonorkan darahnya." ucap Paulinus tidak mau kalah.
" Hmmm... begini saja kita makan bersama." ucap mommy Paulina sambil mengambil roti kemudian membuka bungkus plastiknya kemudian di belah menjadi dua hanya saja yang satu kecil dan yang satunya agak besar.
Paulinus yang mengerti maksud mommy Paulina langsung mengambil roti yang ukuran kecil.
" Kenapa ambil yang kecil?" protes mommy Paulina
" Bukannya kamu membagi dua roti dan roti yang kecil ini buatku?" tanya Paulinus sambil memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya.
" Tidak, kak Paul yang besar dan aku yang kecil." ucap mommy Paulina sambil memotong lagi roti tersebut dan sekarang ukuran potongan nya hampir sama.
" Buatmu saja sayang." ucap Paulinus merubah panggilannya.
" Sayang?" ucap mommy Paulina mengulangi perkataan Paulinus.
" Ya sayang, kalau hanya kita berdua aku memanggilmu dengan sebutan sayang dan kamu memanggilku honey tapi di depan anak kita kamu memanggilku daddy dan aku memanggilmu mommy." ucap Paulinus.
" Kenapa kak Paul yakin kalau ke tiga anak kembar itu adalah anak kak Paul?" tanya Paulina dengan nada bingung sambil memberikan potongan roti ke Paulinus.
" Yakin saja kalau ke tiga anak kembar adalah anak kita " ucap Paulinus sambil menerima roti tersebut kemudian memakannya begitu pula dengan mommy Paulina ikut memakan roti.
Tanpa sadar Paulina yang merasa haus langsung meminum susu tersebut hingga tersisa setengah gelas. Baru saja hendak diletakkan ke meja Paulinus menahan tangan mommy Paulina kemudian di arahkan ke mulut Paulinus dan meminumnya hingga tanpa sisa.
" Eh... itukan bekas mulutku? apakah kak Paul tidak jijik?" tanya mommy Paulina
" Kenapa jijik, kamukan orang yang aku cintai dan ibu dari ke tiga anakku." ucap Paulinus sambil menaruh gelas tersebut ke meja tanpa melepaskan tangan mommy Paulina.
Mommy Paulina hanya tersenyum dengan wajah memerah menahan malu dan berusaha melepaskan tangan yang dipegang oleh Paulinus.