BACA NYA PELAN-PELAN, MAACIHH.
Su Luxie memutuskan untuk bunuh diri menggantung lehernya dengan sebuah selendang setelah sang tunangan mengakhiri hubungan mereka dan lebih memilih untuk bersama sepupunya, Su Manman.
Setelah kematian nya, dokter yang bodoh dan juga jelek sepertinya itu hidup kembali dan berubah 100% dari dirinya yang sebelumnya.
Rupanya ada sebuah jiwa yang berasal dari abad 22 masuk kedalam tubuh Su Luxie akibat mengalami kecelaan pesawat.
Apa saja yang bisa dilakukan oleh jiwa baru itu? Apakah dia akan membalas dendam atas perbuatan Su Manman yang sudah merebut tunangannya?
"Aku adalah Medical Spirit, apapun bisa ku lakukan dengan kemampuan ku ini!"
"Menjadi kaya adalah target utamaku. Bersiap-siap lah menghadapi dokter hantu ini."
Yuk baca ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 11 : Membalas dendam
...episode 11...
...Membalas dendam...
...****************...
"Setidaknya aku sudah mengetahui siapa dibalik orang-orang itu."
"Mu Anlong...keluarga Anlong yang memiliki kekuasaan setidaknya bisa menguasai pasar? Hmmm... menarik."
"Kau mengajak diriku untuk bermain-main, maka aku akan bermain dengan mu. Kau terobsesi padaku, bukan? Maka biarkan aku memanfaatkan obsesi mu itu demi keuntunganku."
"Lihatlah boneka kecilmu ini, yang akan bermain-main denganmu."
"Tapi dia tidak bisa diremehkan. Dia itu gila! Dia yang telah membuat Su Luxie kehilangan kecantikannya. Rasa obsesi itu sebenarnya sangat berdampak buruk bagi kehidupanku."
"Jika saja dirinya bisa melakukan apapun untuk terus mengikatku, aku akan dalam bahaya. Jadi... apa yang harus aku lakukan agar aku bisa menghindari pria semacam ini?!"
Su Luxie berpikir dengan terus melamun, menatap pada jalan yang terus saja bergerak. Dengan goncangan dari kereta kuda, Su Luxie kembali tersadar dan kemudian mengalihkan pandangan menuju Su Tiao.
Su Tiao masih tidak sadarkan diri dan tertidur dipangkuannya Su Luxie. Su Luxie menatap cukup lama.
"Dimana aku bisa menemukan pasar untuk mencari pelayan?" Su Luxie bertanya pada kusir yang sedang mengendarai kereta kuda.
"Aku tahu tempat itu, apa perlu aku mengantar nona pergi kesana?" Jawab sang kusir menawarkan diri untuk mengantar.
"Baiklah, antar aku kesana."
Kereta kuda kembali melaju untuk pergi kesebuah pasar yang diketahui oleh sang kusir. Jalan yang cukup lebar mampu untuk membuat kereta kuda melaju dengan aman tanpa mengalami kecelakaan.
"Biarkan saja pria itu. Aku harus fokus pada tujuanku dulu, baru memikirkan cara untuk menyingkirkan pria semacam itu dariku." Benak Su Luxie memilih untuk melupakan tentang pria gila yang terobsesi kepada dirinya.
Tidak menunggu waktu lama. Kereta yang ditumpangi Su Luxie akhirnya berhenti disebuah pasar yang terlihat ramai dan juga berisik.
Terdengar suara anak-anak yang sedang bermain, para pedagang yang menawarkan dagangan mereka, para wanita yang bertengkar dan suara tangisan dari budak yang tidak mau dijual.
Su Luxie bisa mendengar dengan jelas Suara-suara tersebut.
Su Luxie melihat kepada Su Tiao yang masih tidak sadarkan diri. Su Luxie berpikir akan memberi sebuah bubuk untuk membuat Su Tiao sadar kembali.
"Bangunlah, kita harus pergi." Gumam Su Luxie sembari meletakan bubuk itu didekat lubang hidung Su Tiao.
Tidak lama kemudian Su Tiao membuka mata dengan perlahan lalu mulai memegangi kepalanya karena merasakan sakit yang menjalar disekujur kepalanya.
"Akh... kepalaku sungguh sakit." Gumamnya masih belum sadar sepenuhnya.
"Dimana ini?" Ujar Su Tiao mulai melihat keseliling.
"Kakak, sadarlah. Kita berada di pasar yang sering menjual budak, jadi kau tahu maksutku?" Jawab Su Luxie.
"Pasar budak? B-baiklah." Dengan mengumpulkan beberapa tenaga yang tersisa, Su Tiao keluar dari kereta begitu juga Su Luxie yang berada dibelakang Su Tiao untuk berjaga-jaga.
"Aku memang sedikit keterlaluan. Aku mencekkokinya dengan wine, sehingga membuatnya seperti ini." Su Luxie sedikit merasa bersalah karena telah membuat Su Tiao mabuk dan berakhir sakit kepala seperti sekarang.
"Apa kau baik-baik saja? Jika tidak mampu berjalan, bagaimana kita duduk saja di sebuah kedai?" Tawar Su Luxie pada Su Tiao.
"Tidak, adik. Kita harus cepat menyelesaikan rencanamu. Jangan hiraukan kakak, sebaiknya kau fokus saja." Jawab Su Tiao.
"Jika itu maumu, ya mari kita lihat-lihat dulu."
Su Luxie dan Su Tiao berjalan mengamati beberapa perkumpulan yang sedang diikat dengan sejajar. Mereka terlihat sangat menyedihkan dengan penampilan yang kumuh dan juga luka-luka.
"Beberapa dari mereka adalah seorang yang dijual oleh orang tua mereka, dan sebagian lagi adalah tawanan dari negara yang kalah dalam berperang."
"Sungguh kejam apabila dipikir-pikir. Manusia diperjual belikan dengan bebas tanpa ada sanksi yang tegas dari pihak kerajaan."
Benak Su Luxie, terus berjalan melihat-lihat pada sejajaran orang-orang yang sedang diikat.
"Mereka terlihat baik, namun tidak bisa dipercaya."
"!"
Su Luxie tak sengaja melihat pada seorang budak wanita pada saat dirinya sedang melihat pada budak pria yang ada disamping budak wanita tersebut.
Penampilan wanita itu cukup memprihatinkan. Dirinya memiliki tubuh yang kurus, rambut coklat yang sangat pendek, dan juga kulit yang coklat akibat terbakar cahaya matahari cukup lama.
Ekspresi wanita itu begitu datar dengan menatap berani pada orang-orang yang sedang menjual dirinya. Disaat para budak lainnya menunduk, dia justru mengangkat dagu dengan tegap dan memancarkan sebuah kewibawaan dari sorot matanya.
Su Luxie sangat tertarik melihat keberanian wanita itu.
"Sepertinya aku sudah menemukan siapa orangnya." Gumam Su Luxie sambil tersenyum memiring dan melangkahkan kaki menuju kearah wanita itu.
"Ah adik kau mau kemana?" Su Tiao menyusul langkah Su Luxie dan mengikuti Su Luxie untuk mendatangi wanita itu.
"Apakah kau pemilik dari mereka?" Tanya Su Luxie.
Terlihat seorang pria gempal dengan kepala yang botak, berhidung jambu dan tahi lalat yang besar yang terletak dihidungnya, sedang menatap Su Luxie dari bawah keatas.
"Ya." Jawabnya jutek lalu kembali berpaling seolah-olah menganggap angin lalu pertanyaan Su Luxie.
"Pria tua ini...
"Kakak." Su Luxie menghentikan Su Tiao yang hendak ingin maju untuk memberi pelajaran pada pria gempal tersebut.
"Memang kau pikir bagaiamana bisa pria ini mendapat banyak budak jika tidak ada para penjaga yang menjaganya?!" Benak Su Luxie melirik kearah sekelilingan dengan penjaga berbadan kekar sedang berjaga.
"Oh ayolah, bos. Aku kesini bukan hanya sekadar bertanya, percayalah. Aku kesini ingin berbisnis denganmu." Ujar Su Luxie membuka omongan dengan tersenyum ramah pada pria gempal itu.
Pria itu kembali melihat pada Su Luxie, masih dengan tatapan meremehkan dan merendahkan.
"Bisnis apa?" Tanyanya.
"Aku akan membeli beberapa dari budakmu, dan kau akan mendapatkan bayarannya." Jawab Su Luxie, mengangkat satu alis dan tersenyum.
"Bagaimana?" Lanjutnya.
Masih melihat tidak yakin, "Berapa kau bisa membayarku?" Tanya pria gempal itu.
"Hemmm... aku masih tidak tahu berapa harga dari satu budak mu. Tapi jika dipikir-pikir aku akan membeli 30 orang budak pilihan." Jawab Su Luxie, memegang dagu dengan tangan kanannya.
"30?! Bagaimana aku bisa percaya itu?" Tanya pria gempal mulai menanggapi.
SRENGG...
Su Luxie melempar sebuah kantungan merah yang berisikan banyak koin didalamnya.
"?"
"Ini adalah 5000 rulex, aku menginginkan wanita itu." Ujar Su Luxie menunjuk pada wanita yang membuat dirinya tertarik pada saat pertama kali melihat
"!"
"!"
"5000 rulex. Ah...baiklah."
"Hey kau... kemari dan putuskan ikatan wanita budak ini. Ada pelanggan kita yang kaya raya ingin membelinya." teriak pria gempal itu pada salah satu anak buahnya.
Anehnya pria itu berubah menjadi sangat ramah saat melihat 5000 rulex didepan matanya. Tentu saja! 5000 rulex bukanlah nominal yang sedikit!
"Begitu melihat uang, kau langsung patuh seperti anjing! Dasar anjing." Benak Su Luxie tertawa dalam hati, meremehkan pria yang bersikap sombong itu.
"Adik dengan gampang mengeluarkan 5000 rulex untuk membeli satu orang budak? Yah.. dia sudah sangat bekerja keras selama ini, dengan uang yang banyak sudah menjelaskan semua kerja kerasnya. Aku hanya perlu mendukung setiap langkah yang dia tempuh."
^^^To be continued_^^^