Gibran Erlangga terpaksa menikahi Arumi Nadia Karima karena perjodohan orang tuanya yang memiliki hutang budi.
Dua tahun pernikahannya Gibran selalu perhatian dan memanjakan Arumi.
Arumi mengira dirinya wanita paling beruntung, hingga suatu hari kenyataan pahit harus ia terima.
Gibran ternyata selama ini menduakan cintanya. Perhatian yang ia berikan hanya untuk menutupi perselingkuhan.
Arumi sangat kecewa dan terluka. Cintanya selama ini ternyata diabaikan Gibran. Pria itu tega menduakan dirinya.
Arumi memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Saat Arumi telah pergi barulah Gibran menyadari jika ia sangat mencintai istrinya itu.
Apakah Gibran dapat meyakinkan Arumi untuk dapat kembali pada dirinya?.
Jangan lupa tekan love sebelum melanjutkan membaca. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Aku Pergi Bukan Karena Tak Cinta
Arumi menghentikan langkahnya karena pelukan dari Gibran. Pria itu memeluk pingang Arumi dengan erat.
"Aku tahu mengucapkan maaf tak akan cukup untuk segala hal yang sudah menyakitimu, tapi aku akan terus mengucapkannya jutaan kali hingga kamu memaafkanku. Maafkan aku."
Arumi merasakan ada air mata yang jatuh membasahi bahu Arumi. Ia juga dapat mendengar suara Gibran yang terbata karena menahan tangisnya.
Arumi merasakan dadanya sesak. Pelukan Gibran mengingatkan akan pelukan hangat pria itu setiap malam saat ia akan memejamkan mata.
"Maaf ya kalau aku belum bisa jadi yang terbaik dan hanya bisa membuatmu marah. Sekali lagi maafkan aku, sayang. Aku akan berusaha lagi untuk menjadi yang lebih baik untukmu. Aku berjanji kepadamu bahwa mulai sekarang hubungan kita akan bebas dari air mata, kebohongan, dan penghinaan. Maafkan aku. Aku mencintaimu, mari kita tetap bersama."
Arumi membalikkan badannya menghadap Gibran. Tampak mata pria itu memerah. Air mata Arumi tak bisa lagi ditahan, tumpah membasahi pipi mulusnya.
"Aku rasa perpisahan adalah jalan terbaik buat kita berdua untuk saat ini, karena diantara kita sudah tidak ada lagi kepercayaan. Jika aku terus memaksakan tetap bersama itu tidak akan sama seperti dulu lagi. Aku pasti akan selalu mencurigai kamu."
Gibran menghapus air mata di pipi Arumi dan mengecup dahi wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu.
Tanpa merasa sadari Papa dan Mama melihat semua yang mereka lakukan dari tempat tersembunyi.
"Bagaimana aku mengucapkan kata-kata, "Maafkan aku" ketika aku tahu bahwa kata-kata itu tidak cukup? Dan bagaimana aku bisa memintamu untuk memaafkanku ketika aku tahu aku tidak bisa memaafkan diri sendiri?" ucap Gibran sambil mengusap air mata Arumi.
"Jika memang berpisah akan membuat kamu lebih baik dan bahagia, baiklah akan aku lakukan untukmu. Arumi, aku menuruti untuk berpisah bukan karena aku tak mencintai kamu. Ini aku lakukan karena aku sadar kehadiranku tidak lagi membuatmu bahagia. Jika aku tetap bertahan bersamamu itu sama saja aku menyiksamu."
Air mata Arumi makin banjir membasahi pipi dan pakaiannya. Ia tetap harus menguatkan hatinya untuk tidak luluh, kembali bersama Gibran.
"Menjauh darimu bukan berarti tidak mencintaimu lagi, tapi ini caraku mencintaimu saat ini.Aku ingin seperti matahari yang menerangi bumi. tetap menjauh, karena ia mengerti, mendekat hanya akan membinasakannya."
"Aku pamit, aku pergi untuk datang kembali saat diriku merasa telah pantas mendampingi lagi."
"Sampaikan maafku pada Papa dan Mama, maaf karena aku nggak bisa menjadi menantu yang baik seperti yang mereka harapkan."
Gibran membawa Arumi ke dalam pelukannya. Ia mengecup pucuk kepala Arumi dan kembali berbisik,"Akan aku buktikan jika kali ini aku nggak berbohong. Aku mencintaimu. Suatu saat jika kamu telah tenang dan masih ada sisa cintamu untukku, datanglah. Aku akan menyambutmu dengan seluruh cinta yang aku punya."
Setelah cukup lama memeluk Arumi. Gibran berbalik dan berjalan perlahan meninggalkan Arumi.
Begitu bayangan Gibran menghilang dari pandangannya, Arumi merasakan tubuhnya terasa lemas.Kakinya tak kuat menopang tubuhnya. Ia terjatuh dan terduduk dilantai.
Mungkin tidak pernah terlintas dalam pikiran, jika pernikahannya akan berakhir seperti ini.
Jika yang kudapatkan hanyalah rasa sakit maka tak akan ada lagi yang bisa membuatku terus bertahan, karena perasaanku akan semakin berkurang ketika tak dihargai dan tak dihiraukan.
Tak ada alasan lagi untuk bertahan dengan seseorang yang tidak bisa mencintaiku. Aku tidak ingin bertahan pada seseorang yang hanya mengabaikanku karena yang paling aku butuhkan adalah seseorang yang sangat mencintaiku.
Bersambung
makin menarik alur ceritanya..😁😁😁
GIBRAN YG SALAH, GIBRAN YG MARAH 😡😡.
tapi cinta mu pada Arumi tak bisa di paksakan.
lebih baik sama Alana saja😉
apakah mantan nya Joana
yang fotonya telah dilihat oleh Gibran
karena mereka sempat berhubungan badan sebelum bercerai tanpa kontrasepsi
pada hal sikapnya di depan kita nyaris sempurna