NovelToon NovelToon
Kami Yang Tak Dianggap

Kami Yang Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Pihak Ketiga / Dendam Kesumat / Angst / Keluarga
Popularitas:97.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ayumarhumah

Arabella seorang anak perempuan yang menyimpan dendam terhadap sang Ayah, hal itu diawali sejak sang Ayah ketahuan selingkuh di tempat umum, Ara kecil berharap ayahnya akan memilih dirinya, namun ternyata sang ayah malah memilih wanita lain dan sempat memaki istrinya karena menjambak rambut selingkuhannya itu.

Kejadian pahit ini disaksikan langsung oleh anak berusia 8 tahun, sejak saat itu rasa sayang Ara terhadap ayahnya berubah menjadi dendam.

Mampukah Arabella membalaskan semua rasa sakit yang di derita oleh ibunya??
Nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Mobil Amel melaju kencang menembus jalanan yang mulai padat. Klakson bersahutan dari segala arah, sementara dua motor di belakang terus membuntuti dengan jarak yang makin menipis.

“Mel, awas!” teriak Ara ketika salah satu motor nyaris menabrak sisi belakang mobil.

Amel memutar setir tajam ke kiri, hampir menabrak trotoar. Ban berdecit keras, aroma karet terbakar tercium di udara. Ia memacu gas lebih dalam, menembus jalur alternatif yang menurun ke arah kawasan gudang dan pertokoan tua.

“Pegangan yang kuat, Ra! Kita gak bisa lewat jalan utama, mereka bakal gampang nemuin kita!” ucap Amel sambil menatap spion, matanya tajam penuh fokus.

Ara menggenggam dashboard dengan tangan gemetar, lututnya makin nyeri tapi ia bertahan. “Mel, mereka masih di belakang!”

“Gak lama lagi!” Amel memutar setir ke gang sempit di antara dua bangunan. Mobil menukik cepat, hampir menyenggol tembok sisi kanan. Dua motor itu mencoba mengikuti tapi salah satu terpeleset di tikungan licin, oleng, dan jatuh menghantam tembok.

Amel menoleh sekilas, matanya menyipit. “Satu jatuh, satu lagi masih ngejar.”

Ara menoleh ke belakang dan melihat lampu motor terakhir masih menyala, tapi semakin jauh. Amel terus menambah kecepatan hingga akhirnya mereka keluar ke jalan besar lain yang terang benderang oleh lampu toko.

Begitu merasa cukup jauh, Amel memperlambat laju mobil, tapi napasnya masih terengah. “Kita berhasil lolos…” katanya pelan, lebih seperti meyakinkan diri sendiri.

Namun dari kejauhan, sirene pelan mulai terdengar.

Ara menoleh cepat. “Mel… itu polisi!”

Amel menatap kaca spion, dan benar mobil patroli terlihat muncul dari arah perempatan sebelumnya.

“Hebat banget ya,” gumam Amel dengan nada getir. “Tadi mereka yang cegah kita, sekarang malah ngikut.”

“Mel, kalau mereka tahu kita dikejar orang, mereka bakal bantu, kan?” tanya Ara polos.

Amel menelan ludah, wajahnya menegang. “Tergantung, Ra. Kalau mereka gak percaya dan malah nyangka kita pelaku kabur dari TKP… bisa berabe.”

Suara sirene makin dekat. Amel menatap sekeliling, mencari cara untuk menghindar. Ia melihat area parkir minimarket yang agak gelap di sisi kanan jalan. Tanpa pikir panjang, ia langsung membelokkan mobil ke sana, berhenti di antara dua mobil boks yang menutupi pandangan dari jalan raya.

Lampu mobil ia matikan, jantungnya berdegup cepat.

Dari sela kaca, mereka melihat mobil polisi melintas perlahan, lampu rotator birunya berputar di udara. Ara menahan napas, menatap Amel dengan mata ketakutan.

“Mel… kalau ketahuan gimana?”

“Tenang, Ra. Jangan gerak… tunggu sampai mereka lewat.”

Beberapa detik terasa seperti selamanya. Mobil polisi itu akhirnya terus melaju, meninggalkan suara sirene yang semakin menjauh.

Amel menarik napas panjang, menunduk di atas setir. “Ya Tuhan…” gumamnya lirih.

Ara memeluk kotak kecil itu erat di dada, menatap Amel dengan mata sendu.

“Mel… makasih ya. Kalau bukan karena kamu, aku mungkin udah gak bisa cerita apa-apa lagi malam ini.”

Amel menoleh, wajahnya lembut tapi juga penuh pertanyaan. “Ra, sebenarnya apa yang kamu temuin di rumah Sita sampai kamu dikejar kayak gini?”

Ara menatap kotak di tangannya. Cahaya lampu dari luar mobil menyorot samar ke permukaannya yang berdebu.

“Belum tahu, Mel… tapi aku yakin… jawabannya ada di sini.”

Suasana hening sesaat. Hanya suara detak jam digital mobil yang terdengar.Lalu Amel memutar arah mobil perlahan. “Kita cari tempat aman dulu. Kamu harus bersihin lukamu, baru kita bahas semua ini.”

Ara mengangguk pelan, masih menggenggam kotak itu seolah nyawanya sendiri tergantung padanya.

Mobil pun perlahan keluar dari tempat parkir, melaju ke arah jalan kecil yang menurun ke pinggiran kota meninggalkan sirene dan bayangan bahaya di belakang mereka.

  ☘️☘️☘️☘️

  Pukul sebelas malam, mobil Amel sudah berhenti di tempat res area, di sini Ara mulai melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan lukanya, dan tak lupa Amek pun segera menyiapkan obat anti biotik untuk temannya itu.

  "Bersihkan dulu Ra, menggunakan ini, setelah itu olesi dengan salep," ujar Amel, terlihat begitu perhatian.

"Makasih ya Mel, kau baik banget deh," sahut Ara.

  "Memang sudah seharusnya kita begitu Ra," sahut Amel.

  Setelah membereskan lukanya, Ara dan Amel mulai kembali lagi ke mobi, untuk kali ini Amel mulai melajukan mobilnya ke tempat kontrakannya, namun di sisi lain, panggilan masuk dan beberapa chat masuk di handphone Ara.

  "Waduh Mel, banyak sekali panggilan masuk dari Mama dan Om dokter," ujar Ara.

  Sementara itu Amel hanya tersenyum getir ada rasa iri ingin sekali hidupnya ada yang memperhatikan seperti temannya itu. "Ra, jadi kamu itu enak ya, keluar bentar ada sudah ada yang khawatirkan, nah aku boro-boro," sahut Amel.

  "Gak semua tentangku itu indah Mel, aku adalah anak yang tidak dianggap oleh ayahku sendiri, dan aku malah mendapatkan kasih sayang dari orang lain," ungkap Ara dengan senyum masam.

  "Memangnya Om Dirga gak ingat sama sekali ya Ra, sama kamu?"

  "Kalau dia ingat aku gak mungkin punya dendam besar seperti ini, oh ya, dan dua benda ini, yang akan menjadi bukti nantinya dan kehancuran mereka pun akan terjadi," desis Ara.

  Amel sedikit ngeri-ngeri sedap melihat sisi lain dari temannya itu. "Ra jangan gitu dong aku takut," ujar Amel.

  "Aku bukan penjahat Ra, aku adalah anak yang pernah dilukai oleh ayahku sendiri," tutur Ara.

  Amel pun menjadi sedih, ia tahu apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya itu. "Dan kamu mengijinkan aku untuk menggodanya, bagaimana kalau dia beneran tergoda dan rela meninggalkan istrinya," ucap Amel sedikit takut.

  "Itu tujuanku, karena aku tahu kejamnya Ika dulu terhadapku seperti apa," sahut Ara.

  Tanpa di sadari, mobil Amel sudah berhenti di depan kontrakannya yang sederhana, Ara mulai turun dengan jalan yang sedikit pincang, dan dengan cepat, Amel mulai membantu Ara.

  "Sini aku gandeng," ajak Amel lalu membawa Ara masuk ke dalam rumahnya.

  Malam semakin sunyi Amel pun mengajak sahabatnya itu ke kamarnya untuk beristirahat, namun bukannya istirahat, Ara malah membuka map yang dari tadi membuatnya penasaran, gadis itu seolah mempunyai feeling yang kuat mengenai map tadi.

  "Mel, aku mau buka map ini, kalau isi kotaknya aku sudah tahu, dan isinya pun mencurigakan," ujar Ara.

  "Sebenarnya Naira itu siapa sih Ra?" tanya Amel kembali penasaran.

Ara pun terdiam sejenak lalu mulai bercerita. "Dia itu teman adikku Arkana, kamu tahu kan?" tutur Ara. "Adikku ini begitu menyayangi Naira katanya dia suka di siksa sama ibunya, dan kemarin kejadian naas menimpa anak itu. Dia kecelakaan dan butuh donor, entah kenapa golongan darah kita sama, dan setelah itu hasil tes DNA menyatakan kita saudara kandung," jelas Ara panjang lebar.

"Siapa yang mulai tes DNA?" tanya Amel, karena tidak mungkin jika itu Ara yang melakukannya.

"Entahlah, Om dokter seperti mempunyai firasat, ia pun diam-diam meminta suster untuk mengeceknya," sahut Ara.

Amel tercengang, ia tidak menyangka kalau lelaki yang selama ini berbuat baik terhadapnya mempunyai rahasia yang begitu besar, bahkan ia tahu sendiri, jika keluarga Ara merahasiakan putri laki-lakinya dari Dirga.

"Ternyata banyak rahasia dibalik sikap tenang bokap loh ya," ucap Amel.

"Banyak benget. Ya sudah aku mau buka map dulu ya," ijin Ara.

"Silahkan," sahut Amel.

Amel mulai membuka map usang yang sudah dipenuhi sedikit debu di atasnya itu, setelah berhasil ia bersihkan tangannya mulai membuka dan membacanya perlahan, namun jantung Ara mendadak senyap. Tangannya bergetar ketika ia tahu isi dari lampiran tersebut.

"Akta Kelahiran – Naira Putri Dirgantara"

Nama orang tua: Dirgantara Saputra & Ika Ramadhani.

Ara tertegun. Bibirnya bergetar, matanya menelusuri lembar itu seolah berharap ia salah baca. Namun saat ia membuka map satunya, dadanya benar-benar serasa diremas.

"Akta Kelahiran – Naira Putri Ridwan."

Nama orang tua: Ridwan Alamsyah & Sita Handayani.

“Dua akta?” suaranya hampir tak terdengar. “Ini… nggak mungkin...”

Ia menatap dua kertas itu bergantian. Kedua akta asli, keduanya tercatat resmi. Tapi… mana yang benar? Hatinya mendadak sesak.

“Berarti... dari awal, semuanya... bohong?” bisiknya dengan suara bergetar.

Amel yang duduk di tepi ranjang hanya bisa diam, menatap Ara yang kini menunduk, bahunya gemetar.

"Ra, kenapa?" tanya Amel.

Ara tidak bisa menjawab hanya tangisan yang saat ini mewakili hatinya yang terluka, terluka karena tahu jika anak yang dikandung Ika dulu, yang membuat keluarga orang tuanya hancur, merupakan anak yang saat ini sudah berhasil mengambil hatinya.

"Naira ....," ucapnya tergantung.

Bersambung ....

Kasih komennya ya Kak ....

1
Oma Gavin
menuju halal sena dan rafli semoga dirga legowo melihat kebahagiaan sena dan anak" nya
Nurhartiningsih
nih anaknya Dirga dg Ika yg sengaja ditukar
Nurhartiningsih
nah...bara api sudah tersulut
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
pokoknya sena harus sama rafli... jangan sampai balikan lagi sama dirga... gak ikhlas pokoknya... kalo mau jodohin aja si dirga ama emaknya si arjuna asli... kan sama sama mau tobat.... 🤣🤣🤣🤣🤣 pokoknya gak terima sena balikan sama dirga... kadang kadang penulis ngeluarin plottwist yg mengejutkan....
Nurhartiningsih
itu kayanya bayi Ika perempuan lalu dituker sama bayi lain
Nurhartiningsih
nggak disebutin anaknya cwe apa cwo
Nurhartiningsih
dih...nggak ingin kehilangan tapi selingkuh sampai hamil dodol emang
Nurhartiningsih
miskinkan suami durjana
Kasih Bonda
next Thor semangat
Ani Basiati
lanjut thor
Nurhartiningsih
wah...kau sudah menanamkan dendam dihati anakmu
Ani Basiati
lanjut thor
Tutik Srilestari
baik hati kaka Ara ,
Fitria Arifianto
lanjut lagi thor up nya💪
Kasih Sklhqu
kasihan ya dirga
Kasih Bonda
next Thor semangat
Eka
semoga naira bisa menenagkan arkana sehingga bisa meneeima papanya
Kasih Bonda
next Thor semangat
Cookies
sedih
Ani Basiati
bagana reaksi arkan naina dan arjuna bikin deg deg kan lanjut thor
Ayumarhumah: Sudah up kak ... cuuus
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!