BRAVE LOVE

BRAVE LOVE

TIDUR BERSAMA

Jeanette yang sedikit mabuk, merasakan sentuhan yang begitu lembut di tubuhnya. Ia sebagai seorang wanita dewasa, sangat menginginkan dan membutuhkan sentuhan itu.

"Ahhh ...," sebuah des sahan keluar dari bibir Jeanette ketika pria itu memberi ciuman di lehernya.

Dalam keadaan ruang yang gelap, dengan pencahayaan seadanya, Jeanette terus menggeliat. Sentuhan di tubuhnya yang kini telah polos tanpa sehelai benang pun, membuatnya terbuai.

Pria yang sudah dikuasai oleh gair rah yang belum pernah dirasakannya, kini membuka kaki wanita itu lebar. Ia memasukkan tombak kebanggaannya, yang sebelumnya tak pernah ia gunakan. Meskipun terasa sulit di awal, namun akhirnya ia mampu menembusnya.

Teriakan wanita itu dan rasa hangat yang menjalar saat tombak miliknya memasukinya, membuat ia menyadari kalau ia baru saja mendapatkan jackpot. Meskipun belum pernah berhubungan dengan wanita manapun, tapi ia bisa membedakan mana wanita baru, mana yang bekas.

Ia mulai menggerakkan tubuhnya maju mundur, hingga kini keduanya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Mereka saling bercumbu dan memuaskan has srat mereka, dan belum memikirkan apa yang terjadi setelah ini.

Keduanya mencapai puncak dan sang pria mulai menyemburkan benih miliknya ke dalam gua penampungan. Nafas keduanya memburu, dan sang pria yang menghirup harum rambut dan tubuh wanita itu, kembali merasakan miliknya tegang.

Ia mendekatkan wajahnya pada wajah wanita itu, kemudian mengambil ciuman yang dalam. Ia memberikan lum matan dan sesekali memasukkan lidahnya. Balasan dari sang wanita membuatnya kembali bernaf su, hingga ia kembali mengungkung wanita itu di bawahnya dan mengulangi kegiatan panas mereka sekali lagi.

Malam itu, menjadi malam panjang yang panas bagi keduanya. Mereka tidak tahu bahwa di depan mereka telah menunggu hal yang tak terbayangkan.

* Flashback On

"Kak, ayolah!" Jesslyn terus merajuk dan meminta pada kakaknya itu agar ikut dengannya. Ia akan merayakan pesta ulang tahun bersama teman-temannya dan baru akan diijinkan oleh kedua orang tuanya kalau Kakaknya itu turut menemani.

Jeanette yang sangat menyayangi Jesslyn pun akhirnya mengabulkan permintaan adiknya itu. Ia tak tega jika Jesslyn harus merayakan ulang tahunnya yang ke 25 hanya dengan diam di dalam kamar tidurnya.

Kedua orang tua mereka sangat sibuk, terutama Mom Gemma yang merupakan direktur di sebuah rumah sakit di Kota Berlin. Ayah mereka, Dad Marcello, adalah seorang pengusaha yang terbilang cukup sukses di kota itu. Oleh karena pekerjaan kedua orang tua mereka, bisa dikatakan mereka cukup beruntung bisa hidup sangat berkecukupan.

Mereka pun segera berganti pakaian, namun Jeanette menautkan kedua alisnya ketika melihat pakaian yang dikenakan oleh adiknya itu.

"Ganti pakaianmu, Jess," ucap Jeanette.

"Ini sudah sangat pas untuk acara ulang tahunku, Kak. Ayo cepat! Kita akan terlambat."

"Tapi aku harus menghubungi Hansen dulu," Jeanette mengingat suaminya yang saat ini masih berada di kantor.

"Aku sudah menghubungi Kak Hansen dan mengatakan kalau aku meminjam kakak untuk malam ini. Ayo Kak!!" Jesslyn terus saja menarik Jeanette agar masuk ke dalam mobil.

Mobil mereka sampai di sebuah klub besar yang ada di kota itu. Tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, Jesslyn mem-booking lantai dansa di klub tersebut untuk menjadi area acara ulang tahunnya.

"Jangan masuk ke sana, Jess!"

"Ahhh kakak kolot sekali sih! Aku hanya merayakan ulang tahunku, Kak. Ayolah cepat. Apa kakak ingin membuatku malu?" Jeanette akhirnya ikut masuk karena ia tak ingin terjadi apapun pada adiknya itu.

Suara musik yang begitu memekakkan telinga dan cahaya lampu warna warni yang sangat menyakitkan mata, membuat Jeanette sedikit menyipitkan matanya dan menutup telinganya.

"Kak, aku akan menghampiri teman temanku," Jesslyn langsung meninggalkan Jeanette seorang diri dan berlari menghampiri teman temannya.

Jeanette yang bingung pun akhirnya duduk di meja bartender agar ia bisa mengawasi Jesslyn yang berada di lantai dansa dengan mudah.

Acara berlangsung biasa, namun memang disertai dengan acara minum dan berjoget. Tiba tiba saja Jesslyn mengambil mic dan mulai berbicara.

"Kalian lihat, di sana ada kakakku. Ia adalah kakak terbaik yang kumiliki. Ia bahkan menemaniku merayakan ulang tahunku ini. Bagaimana kalau kita bersulang untuknya. Ayo kak, angkat gelasmu!" teriak Jesslyn.

Seorang bartender memberikan gelas berisi minuman pada Jeanette. Ia yang tak pernah meminumnya pun merasa ragu.

"Minum! Minum! Minum! Minum!!!!" teriak semua tamu yang matanya mengarah pada Jeanette.

Akhirnya, Jeanette menegak minuman tersebut karena ia tak ingin mengecewakan adiknya. Namun, adiknya itu kembali berulah dengan memintanya untuk minum lagi dan lagi, hingga akhirnya kepala Jeanette mulai terasa pusing.

"Kak, kamu tidak apa apa?" Tanya Jesslyn.

"Ahhh, Aku tidak apa apa," ucap Jeanette yang setengah sadar dan menggoyangkan tangannya beberapa kali di depan wajahnya.

"Mana bisa kita pulang begini, Kak. Aku akan membuka kamar untukmu, beristirahatlah di sana."

Jesslyn meminta seorang karyawan klub untuk membawa Jeanette ke dalam 1 kamar, sementara ia akan kembali berdansa dan berjoget bersama teman temannya.

Di sisi lain,

"Ayolah, Ax. Jangan katakan padaku kalau kamu takut," ucap Mark memanas manasi Axton yang kini berada di antara 2 pilihan.

Saat ini Axton sedang bersama sahabat sahabatnya. Mereka sedang merayakan keberhasilan kontrak kerja sama mereka dengan salah satu perusahaan besar di Negara Jerman itu.

"Kamu tinggal pilih Ax, bekas atau baru," ucap Gilbert.

Axton mulai berpikir. Jika ia memilih bekas, ia merasa jijik karena tidak tahu sudah berapa banyak wanita itu dilahap oleh pria, tapi jika ia memilih baru, maka hal itu akan menjeratnya dalam. Ia tak ingin bertanggung jawab pada wanita manapun, karena itulah ia tak ingin menikah.

"Bekas saja!" Jawab Axton pada akhirnya. Setidaknya ia tak perlu bertanggung jawab, demikian pikirnya.

"Wowww, dia mencari yang berpengalaman!" goda Gilbert.

Axton pun dibawa ke depan sebuah ruangan di mana sudah tersedia seorang wanita di dalamnya.

"Di balik pintu ini, ada seorang wanita yang cantik, mulus, dan sudah memiliki suami. Ia pasti sudah berpengalaman," pemilik tempat itu memberikan penjelasannya.

"Sudah memiliki suami?" tanya Axton tak percaya.

"Ya, tapi hubungannya dengan suaminya tak baik. Mereka sedang dalam proses perceraian. Ia bahkan harus bekerja di tempat ini untuk menghidupi ketiga anaknya," pemilik tempat itu terpaksa berbohong karena ia memerlukan uang untuk biaya pengembangan klub nya itu.

"Whattt??? 3 anak. Udah los tuh kayaknya Ax," ujar Mark tertawa.

Axton yang sedikit canggung pun akhirnya masuk ke dalam dan ceklekkk ... pintu itu dikunci dari luar.

"Sialannn kalian!!" teriak Axton.

"Nikmati Ax karena besok kita akan kembali ke Indonesia."

Suasana kamar terlihat temaram dengan lampu seadanya, bahkan bisa dikatakan gelap. Axton samar samar melihat seorang wanita yang sedang tertidur dan sedikit meracau tak jelas. Ia semakin mendekat dan ia bisa melihat rambut panjang wanita itu tergerai. Ia bisa menghirup harum wanginya, yang tiba tiba saja membuat jiwa kelelakiannya seakan meronta. Axton tak pernah seperti ini.

"Baiklah, sekali ini saja," gumam Axton.

* Flashback Off

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Isna Vania

Isna Vania

hadir Thor /Kiss/

2024-11-16

0

Soraya

Soraya

mampir thor

2024-11-10

1

Wy Ky

Wy Ky

keren

2024-10-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!