Bilah seorang anak orang kaya, dia jatuh cinta kepada laki-laki bernama Ranu yang bekerja di perusahaan ayahnya. 5 tahun menikah mereka belum dikaruniai momongan.
Bilah sangat mencintai Ranu, akan tetapi suaminya malah bermain dibelakangnya, berselingkuh dengan model. Hati Bilah terasa hancur menghadapi kenyataan, ketika Ranu ketahuan selingkuh, dia berkata kepada Bilah bahwa dia tidak pernah mencintainya, ia mengakui bahwa dirinya menikahi Bilah karena suatu alasan yaitu dendam.
Bilah sangat bucin kepada Ranu. Dengan kenyataan itu, apakah ia akan bercerai atau malah mempertahankan pernikahannya?
Baca yuk kisah lengkapnya, hanya di noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Farida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Cantik
"Loe kalau suka Billi bilang, jujur sama perasaan loe. Gue sahabat loe, dari tatapan loe ke Billi loe suka ke dia 'kan. Gue tahu itu Din."
"Gak, gue gak suka Billi. Loe ngomong jangan ngadi-ngadi Bil."
"Billi tampan, hanya sedikit gemulai aja."
"What sedikit?"
"Badannya juga keker, tinggi, cocok buat loe Din. Kalau dia diam gak kelihatan melambainya Din, keren tahu."
Ilustrasi Billi
Dedd...dedd benda pipih Dina berbunyi, ada telepon yang masuk dan dia mengangkatnya.
Dina \= ["Ha...hallo Billi."] Dina mengangkat telepon dari Billi sambil membersihkan luka Bilah.
"Ih gugup jawab telepon dari Billi." Bilah terus saja meledek Dina. Dina membersihkan luka Bilah dengan cara sedikit di tekan. "Auuu sakit, Din," mata Bilah membulat ke arah Dina.
Billi \= ["Bilah kena itu Din, kok teriak kesakitan?"]
Dina \= ["Gue lagi olisin obat ke lukanya Bilah, ada apa Billi?"]
Billi \= ["Ranu laporkan ke polisi gak?"]
"Din, gue mau ngomong sama Billi."
Bilah \= ["Billi, tolong bawa Ranu ke gue."]
Billi \= ["You baru dapat pelecehan dari dia masih mau ketemu lekong ini? you gila apa bego Bil?"]
Bilah menarik nafas dan membuangnya dengan kasar.
Bilah \= ["Please, gue mau ngomong langsung ke dia."]
Billi \= ["Oke, i ke tempat you."]
Tidak lama, Billi membawa Ranu ke hadapan Bilah. Ranu diikat tangannya oleh Billi agar tidak melukai Bilah kembali.
"Kak, maaf aku tidak bisa menjadi istri baik untukmu, untuk dendam mu itu, aku akan menyelidikinya. Aku yakin ayahku tidak akan lari dari tanggung jawab, pasti ada kesalah pahaman."
"Tidak ada kesalah pahaman, ayahmu lah yang membunuh ibuku. Papahku menceritakan tentang kejadian mengerikan itu. Aku tidak dapat kasih sayang dari ibuku dari umur 9 tahun, itu karena ayahmu."
"Aku gak yakin ayah melakukan itu, aku akan buktikan."
Bilah membelai pipi Ranu dan dia menangis.
" Terima kasih untuk 5 tahun ini Kak, sungguh aku mencintaimu sangat tulus. Aku tidak pernah sedikit pun mencurigai suamiku."
"Kamu masih mencintai ku 'kan!"
"Jujur, saat ini aku masih sangat mencintai mu, tapi aku akan tetap menggugat perceraian kita."
"Tidak akan mudah kamu bercerai denganku."
"Lepaskan aku kak, menikahlah dengan wanita model itu. Dia hamil anakmu, selamat kamu akan menjadi seorang ayah, anak yang kamu harapkan selama ini. Jaga dia, jangan sia-siakan mereka. Kakak gak mau anak Kakak nanti kekurangan kasih sayang dari ayah kandungnya 'kan? Kakak tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat kita cintai, seperti Kakak kehilangan ibu, seperti aku saat ini, sudah kehilangan cinta pertamaku karena hatiku sakit akibat dari perselingkuhan mu."
Ranu menatap Bilah dengan mata nanar. Di lubuk hati Ranu paling dalam, Bilah wanita yang sempurna.
"Anggap ini kissing perpisahan kita, jangan paksa aku lagi untuk kissing kasarmu, karena sakit bibirku." Bilah mendekatkan wajahnya ke wajah Ranu, ia mencium bibir Ranu dengan sangat lembut. Tangannya dikalungkan ke leher Ranu, Ranu membalas ciuman Bilah sambil meneteskan air mata, entah air mata penyesalan atau menahan rasa amarah karena rasa dendamnya belum terbalas. Bilah melepaskan ciuman terakhirnya untuk Ranu, ia memegang wajah Ranu dengan kedua telapak tangannya.
"Lepaskan aku, dan menikahlah dengan selingkuhanmu." Bilah berbisik ke telinga Ranu dan terakhir mengecup pipi Ranu. Kemudian ia berdiri dan berkata, "Tolong lepaskan Kak Ranu Billi."
"Apa loe mau lepasin cecurut busuk ini? gak Bil, dia harus dipenjara. Lihat tuh luka-luka loe, gue sudah buatkan pemeriksaan hasil visum loe."
"Din, please. Ini keputusan gue."
"Kalau dia sakitin loe lagi bagaimana?"
"Gue yakin, Kak Ranu gak akan melakukan hal bodoh karena dia akan menjadi seorang ayah, yang akan memberikan kasih sayang kepada anaknya kelak."
"Yakin you Bil, lepasin lekong ini?" tanya Billi.
"Loe bodoh banget sih," ucap Dina.
"Guys, please..."
Akhirnya dengan terpaksa Billi melepaskan Ranu. Ranu pergi dengan kaki yang pincang dan wajah yang lebam.
Bilah melihat ke arah laki-laki yang ikut menyelamatkannya itu.
"Maaf yah, kamu melihat kejadian ini. Terima kasih atas pinjaman jaketmu." Bilah mengembalikan jaket laki-laki itu.
"Kamu pakai saja, baju kamu robek. Kembalikan kapan-kapan saja, permisi aku mau ke ruang rawat keponakanku." Laki-laki itu pergi meninggalkan Bilah.
"Loe bodoh banget sih lepasin Ranu begitu aja, padahal dia bisa dimasukan ke penjara."
"Loe nanti pas jatuh cinta akan mengerti Din, eh salah gue. Loe punya seseorang yang diam-diam loe sukain," Bilah melangkahkan kakinya menuju ruang praktek Dina, "Din, gue numpang tidur di ruang kerja loe yah. Gue miskin gak punya rumah, Billi terima kasih banyak untuk hari ini, gue sangat lelah, lelah semuanya hati, pikiran dan badan," ucap Bilah meninggalkan Dina bersama Billi.
Tinggallah Billi dan Dina berdua.
"You lagi suka dengan siapa Din? ada lekong yang loe suka?"
Dina menatap Billi dan wajahnya agak memerah.
"Gak ada cowo yang gue suka, Bilah ngadi-ngadi aja ngomongnya. Loe mau langsung pulang Billi?"
"Iya i pulang aja, lagian masa i tidur di ruang rawat inap sih."
"Hehe kali loe mau sewa kamar rawat inap VVIP. Yah udah hati-hati di jalan yah. Gue masuk ke ruang gue dulu."
Dina membalikan badan hendak meninggalkan Billi dan menarik ke bawah handle pintu, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Billi.
"Tunggu dulu Din, tadi pas di restoran kita 'kan gak sempat makan. Makanannya tadi dibungkis ada di dalam mobil i." Billi menggandeng tangan Dina untuk menuju mobil Billi. Dina sempat kaget ketika tangan Billi menggandeng tangan Dina.
"Ini makanannya, you sama Bilah makan yah. Mumbazir udah i beli, rencana kita hari ini gagal, lain kali kita rancang dan jalan bertiga lagi tanpa ada gangguan." Billi tersenyum kepada Dina, membuat Dina tidak bisa berkata apa-apa.
"Kok, gue salting sih," gumam hati Dina.
"Suruh Bilah makan juga, tuh anak belum makan dari siang sampai sekarang, i gak mau Bilah sakit, yah udah i go home dulu yah Din," Billi masuk dalam mobil.
"Assalamu'alaikum," ucap Billi sambil menjalankan mobilnya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Dina setelah mobil Billi sudah jalan dan hilang dari pandangan.
"Sadar Dina, loe gak mungkin suka sama Billi. Karena Billi lebih perhatian ke Bilah daripada ke loe Din."
Dina menarik nafas dan mengeluarkan perlahan lalu dia masuk ke dalam rumah sakit dengan menenteng makanan dari Billi.
Dina memasuki ruangannya, dia pikir Bilah sudah tertidur karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Bilah, loe nangis lagi? gak capek Bil, tangisin cecurut itu terus? loe aneh Bil."
"Ah Din, entahlah gue bisanya nangis seperti ini sebagai ungkapan isi hati gue. Loe lama masuk ke sini, loe nyatain perasaan loe ke Billi dulu yah?"
"Please deh Bil, jangan jadi mak comblang. Gue gak ada rasa sama Billi. Gue lama karena Billi kasih makanan yang tadi kita pesan di Restoran, loe disuruh makan sama Billi, malah loe yang lebih diperhatikan sama Billi ketimbang gue. Makan yuk gue laper nih."
"Loe cemburu Din?"
"Astagfirullah Bilah, udah deh. Makan nih."
"Dah malam Din, gak bagus makan malam," ucap Bilah.
"Sekali-kali gak apa-apa Bil, loe gak mau?" Dina membuka mika dari makanan tersebut, "Bener nih gak mau? enak loh Bil."
Bilah menatap Dina, perutnya memang terasa lapar. Karena Bilah hanya makan pagi dan belum makan apa-apa lagi. Bilah turun dari ranjang dan bergabung makan di meja praktek Dina. Dina tersenyum melihat Bilah akhirnya ikut gabung makan.
"Kenapa loe senyam-senyum."
"Gak apa-apa, loe kan cantik Bil. Gak takut gendut makan malam?" mendengar ucapan Dina, Bilah memberhentikan kunyahannya, " Gak masalah, dikit lagi gue janda Din. Jadi gak usah jaga badan," Dina mendengar jawaban Bilah tersedak menatap Bilah.
***
Pagi hari Bilah dan Dina hendak pulang ke apartement Dina, karena hari minggu Dina tidak mempunyai jadwal praktek, baju mereka masih sama dengan baju yang semalam. Bilah pun masih menggunakan jaket yang dipinjamkan oleh paman yang keponakannya ditolong oleh Bilah.
"Din, mampir sebentar dulu yuk ke rawat inap anak yang kemarin. Gue mau minta nomor yang pinjaman jaket ini, jadi kalau gue udah cuci jaketnya bisa gue balikin."
"Kayanya gue pernah lihat laki-laki itu deh Bil, di mana yah? kelihatan sopan banget tuh cowok."
Bilah masuk ke ruang rawat anak kecil itu, karena hari ini anak itu boleh pulang ke rumah.
"Assalamu'alaikum," Bilah mengucap salam. Anak perempuan itu langsung berlari dan memeluk Bilah.
"Wa'alaikumsalam, Kakak cantik," ucap anak itu.
" Hai De, om mu mana?"
"Yah om sudah berangkat sebelum subuh, karena pesawatnya akan terbang pukul 8."
"Memang kemana om kamu De?"
"Om pulang ke semarang, rumahnya kan di sana. Om datang ke Jakarta untuk silaturahmi aja sama keluargaku."
Ibu anak itu menghampiri Bilah dan Dina.
"Maaf, tadi saya baru ke kamar mandi. Assalamu'alaikum, kamu tidak apa-apa?" tanya ibu dari anak itu kepada Bilah.
"Alhamdulilah, aku baik-baik saja. Mas semalam sudah pulang? Aku niatnya mau minta nomor hp mas itu, aku dipinjamkan jaket sama mas semalam, jika aku sudah mencuci jaket ini. Aku akan kembalikan."
" Kata adik saya, jaketnya untuk Mbak aja. Maaf kita belum kenalan nama Mbak siapa?"
"Nama aku Nabilah, panggilan aja Bilah."
"Namaku Aisyah dan anakku ini namanya Salma. Senang berkenalan denganmu. Ini kartu nama saya, agar bisa menambah silaturahmi jadi bertambah saudara. Jika Bilah mau main hubungi saya."
Karena Bilah tidak membawa kartu nama, akhirnya Dina memberikan kartu namanya.
"Aku permisi dulu Yah Mba Aisyah dan De Salma. Insha Allah kita akan berjumpa lagi."
"Da dah Kakak cantik."
Bilah dan Dina keluar dari ruang rawat inap. Mereka tampak lelah, tanpa sengaja Dina menabrak seseorang.
"Maaf Mas."
"Dina...kamu Dina 'kan."
Dina menatap orang yang dia tabrak, seorang pria.
"Kamu..."ucap Dina syok.
"Kamu sudah jadi dokter? Wah dokter cantik."
"Bilah ayo jalan."
Tunggu Dina, pria itu menarik tangan Dina.
"Aku tahu kamu belum menikah, aku juga sama masih single. Kembalilah padaku."
"Lepaskan tanganmu dari tanganku."
Bilah melihat Dina kesakitan karena tangannya tidak dilepaskan oleh pria itu. Lalu Bilah berteriak.
"Tolong...ada pelecehan," para keluarga pasien mulai melihat kejadian itu, dan pria itu melepaskan tangan Dina. Bilah menarik tangan Dina dan berlari meninggalkan pria itu.
Bersambung