“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Kado Pernikahan.
'Tuhan jika memang pernikahan ini atas kehendakmu, maka izinkan aku merubah niat ku, aku sungguh ingin membalas budi baik mereka, jika jalanku membalas budi adalah dengan pernikahan ini, maka aku janji tuhan, apapun yang terjadi aku akan berusaha mencintai suamiku, ku mohon beri aku kesempatan ya tuhan.' Gadisya berdoa dalam hati.
Setelah pembicaraan di ruang makan, kini Stella memilih berbicara berdua dengan Kevin, ia sangat tahu, putra sulungnya ini sebenarnya memiliki hati yang lembut, dia hanya haus kasih sayang, sesuatu yang tak kevin dapatkan dari Stella di masa lalu.
Stella menggenggam erat kedua tangan Kevin, tangan yang dulu kecil, kini bahkan lebih besar dari ukuran tangan nya, "Abang, marah sama mommy? Maafkan mommy yah?"
"Mommy tuh gak ngerti banget sih, abang bersikap begini karena abang sayang sama mommy, tapi apa? Mommy seakan akan membela Gadisya, bahkan mommy dan papi tak menghiraukan keinginan abang, abang kecewa sama mommy terutama sama papi." Kevin mengeluarkan apa yang terpendam dalam hati nya, air matanya mengalir deras, karena hanya di hadapan Stella Kevin bisa mengeluarkan air matanya, hanya di hadapan Stella Kevin benar benar tak berdaya oleh cinta yang begitu besar pada wanita yang telah melahirkan nya.
"Lalu sekarang maunya abang apa? Abang sudah terlanjur menikah dengan Gadisya, apa abang gak mau mencoba dulu untuk mencintai dia." Bujuk Stella.
"Tuh kan itu lagi yang dibicarakan, mommy tahu, semakin mommy meminta abang untuk mencoba mencintai Gadisya, semakin abang membencinya." Kevin berdiri.
"Tapi bang … "
"Sudah lah mom, abang mau menenangkan pikiran, besok pagi abang mulai bekerja." Kevin pun berlalu pergi, lagi lagi ia memilih kamar saudara kembarnya, karena di kamarnya sendiri pastilah ada Gadisya.
Stella terdiam, melihat Stella termenung, membuat Alex mendekat padanya, Alex duduk di sisi nya kemudian memeluk erat istrinya. "Sayang, apa kamu tahu, Luka hati Kevin tak sesederhana yang kita bayangkan."
Stella melepaskan pelukan Alex, "apa maksud kakak? Adakah lagi yang belum ku ketahui tentang Kevin?"
Alex mengangguk.
"Kenapa kakak tak pernah menceritakannya padaku?" Protes Stella.
"Karena ku pikir itu akan sembuh dengan sendirinya, dengan kehadiranmu, tapi siapa sangka, ternyata luka itu bahkan belum mengering."
Stella terkejut, "katakan apa yang tak kuketahui tentang anakku."
Alex menghela nafas perlahan, "ini terjadi di tragedi penculikan Kevin ketika berusia 6 tahun, menurut pengakuan Kevin saat itu, dia bersedia ikut mobil para penculik tersebut, karena salah satu penculik mengatakan akan membawanya menemuimu, karena itulah Kevin bersedia ikut dengan suka rela, bahkan ketika akhirnya aku dan pihak berwajib menemukan Kevin di tempat persembunyian para penculik tersebut, dia menolak pulang karena belum bertemu denganmu," Alex meneteskan air mata ketika menuturkan kisah Kevin kecil nya.
Stella menangis mendengar penuturan Alex, tak menyangka bahwa sebesar itulah Kevin menginginkan kehadirannya saat itu, sampai beberapa saat berlalu, Stella masih menangis di pelukan Alex. "Adakah cara lain agar ia bisa sembuh dari luka masa lalunya, masa lalu kita?" Tanya Stella.
"Sementara ini aku belum bisa memikirkan yang lain selain meminta Kevin melanjutkan pernikahannya." Guman Alex pelan.
"Aku pun memikirkan hal yang sama, Gadisya sosok yang sangat dewasa, ia sangat keibuan, lemah lembut dan penyayang, besar sekali harapanku agar segala sifat Gadisya mampu menyembuhkan luka hati anak kita."
...🌻🌻🌻...
Mobil mewah berwarna hitam itu berjalan memasuki pekarangan rumah besar keluarga Geraldy, seorang security buru buru menghampiri mobil tersebut, sudah sangat paham bajwa tugasnya saat ini adalah memarkirkan mobil tersebut ke tempat yang seharusnya.
Mobil itu adalah milik sang putra mahkota kedua keluarga Geraldy, Andre Alexander Geraldy.
Ia datang bersama Bima, asisten sekaligus teman kuliahnya dahulu, berbeda dengan Kevin yang memilih London sebagai tempat ia melanjutkan kuliah, Andre memilih salah satu universitas bergengsi di jakarta sebagai tempat ia melanjutkan kuliah, di sana lah ia berkenalan dengan Bima Mahardika, selepas menyelesaikan S1 nya Andre diberi tugas untuk mengurus Twenty Five Hotel Singapura, disana pula Andre mengajak Bima sama sama melanjutkan kuliah mereka ke jenjang yang lebih tinggi, dan hingga saat ini mereka sahabat tak terpisahkan.
"Malam ini menginaplah di sini, ini sudah terlalu malam jika kamu pulang ke apartemen mu."
"Tapi sudah 2 minggu aku tak menyambangi apartemen ku, jika apartemen itu adalah istriku, maka saat ini aku sudah dapat julukan bang toyib." Kelakarnya.
Andre pun ikut tertawa mendengar kelakar Bima.
"Abaikan istri palsumu itu, nanti jika sudah ada istri sungguhanmu di sana, aku akan mengizinkanmu pulang." Andre menyeret lengan Bima, "aku harus mengucapkan selamat untuk saudara kembarku, sekaligus memberinya kado pernikahan dulu, barulah besok kita kembali ke Bogor mengurus resort baru kita."
Bima pun tak bisa menolak, sejujurnya punggung nya sudah hampir patah karena mengemudi berjam jam.
Andre terbelalak manakala menyalakan lampu, ada seseorang tengah tidur di tempat tidur nya, dia tertawa keras "hahahaha hei pengantin baru, kenapa tidur di sini, kasihan istrimu tuh, dia pasti kedinginan."
Kevin tetap diam tak bergerak, "aku tahu kamu gak bisa tidur, jadi bangun atau aku akan menciummu sampai kamu kehabisan nafas."
Mendengar kalimat menjijikkan dari saudaranya, Kevin pun membuka mata, "berisik tauu aku baru saja bisa memejamkan mata, kalau mau tidur ya tinggal tidur saja, kalau gak mau tidur, balik lagi sana, gak usah pulang sekalian," Kevin memarahi Andre, pasalnya ia sudah berusaha keras agar bisa tidur di kamar saudara kembarnya, namun Andre seolah olah tak mengerti penderitaan nya.
"Ya elaaah … galak amat pengantin baru, aku pulang karena mau memberimu kado spesial,"
"Cepat katakan, se spesial apa kadomu." Kevin menjawab tanpa membuka mata.
Andre mengeluarkan sebuah kunci dan sertifikat kepemilikan.
"Nih Apartemen baru untuk sang pengantin baru, aku sudah mengisi perabotnya, jadi kapanpun kalian ingin tinggal pindah ke sana." Ujar Andre bangga.
Kevin yang mendengar kata Apartemen baru, langsung membuka mata nya, siang tadi ia berniat membeli apartemen baru untuk ia tinggali bersama Gadisya, dan demi memuluskan rencananya.
"Benarkah, aku tinggal pindah?" Tanya Kevin senang, senang akhirnya kesempatan untuk membuat Gadisya tersiksa pun tiba
Andre mengangguk, "iya, kapanpun kamu ingin."
Kevin segera menyambar sertifikat dan kunci apartemen, hadiah dari saudara kembarnya.
"Baiklah … terimakasih," kevin melihat ada Bima disana, kemudian seringai jahil pun muncul di wajahnya, "aku akan pindah ke kamarku sendiri, selamat istirahat, awas jangan sampai seleramu berbelok, kasihan Belinda, dia sudah terlalu lama menunggumu." Ejek Kevin.
"Yaaaa !!! Berapa kali harus ku katakan, Belinda hanya teman bagiku." Jawab Andre tak terima.
"Benarkah hanya teman, ooohhh aku menunggu saat saat kamu bucin ma*p*$ sama dia, ya tuhan semoga hari itu segera tiba." Itu lebih seperti ejekan di abndingkan do'a.
🤭🤭