Sekuel off 'Pesona Mama Mertua Muda'
Wajib baca season satu duluan ya ≧∇
"Duniaku ikut mati tanpamu."
Kehidupan Javas hancur saat wanita yang paling dicintainya meninggal. Ia mencoba melarikan diri, menyingkir dari tempat yang menenggelamkan banyak jejak kenangan tentang wanita itu.
Namun, ia tak bertahan lama, Isvara selalu tinggal di kepalanya, sehingga pria itu memutuskan kembali.
Hanya saja, apa jadinya jika Isvara yang mereka pikir telah meninggal—justru masih hidup? Bisakah Javas menggapai dan melanjutkan hidupnya bersama wanita itu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 | Isvara Masih Hidup?
Tanpa memperdulikan apapun, Javas nekad menerobos masuk ke dalam toko. Untungnya pintu toko ada di samping, bukan di dalam rumah. Jadi Javas dengan mudah masuk ke dalam toko milik Isvara.
Kini Javas dan Isvara ada di dalam toko, hanya berdua saja. Javas memegang erat tangan Isvara. "Saya tau kamu itu memang Isvara, bukan Kinan. Jadi kamu nggak perlu membohongi saya," tegasnya.
"Anda siapa ya, Pak? Saya nggak kenal dengan Anda, mengapa Anda tidak percaya bahwa saya memang adalah Kinan bukan Isvara."
"Kamu lupa sama saya? Saya Javas suami kamu, Isvara? Kamu tidak melupakan soal itu'kan? Saya sangat rindu dengan kamu." Javas tetap kekeh, bahwa gadis yang ada di hadapannya memang benar-benar Isvara bukan orang lain. Hatinya berkata seperti itu, jadi tentu saja tidak salah.
"Suami pura-pura, kalau Anda nggak lupa," jawab Isvara keceplosan. Mendengar hal itu Javas malah tersenyum bahagia. "Setelah mendengar apa yang kamu katakan baru saja pada saya, semakin membuat saya yakin bahwa kamu adalah Isvara. Percuma kamu nggak bisa pura-pura lagi di depan saya."
Isvara merutuki mulutnya yang keceplosan mengatakan tentang hal itu, sekarang ia tidak bisa mengelak lagi. "Om ngapain di sini? Om pasti dikasih tau sama Chilla'kan tentang keberadaan saya? Kalau iya, saya rasanya menyesal sekali sudah percaya sama Chilla tetapi malah dikhianati seperti ini. Om udah tau'kan saya masih hidup, udah cukup tahu sampai situ aja. Saya ingin hidup tenang di sini, tolong Om ngertiin saya. Terserah kalau Om mau bongkar ke semua orang tentang saya yang masih hidup, saya nggak akan peduli," ujar Isvara panjang lebar.
"Chilla? Chilla bahkan nggak kasih tau apapun tentang kamu, Isvara. Saya aja nggak tau kamu sedekat itu sama anak saya, saya kebetulan di desa ini mau ada kerjaan. Tapi keberuntungan berpihak pada saya, karena bisa bertemu di tempat ini," katanya dengan tersenyum lebar.
Lagi-lagi Isvara sudah asal menuduh, walau ia masih tetap yakin kedatangan Javas ke desa ini tentu ada hubungannya dengan Chilla. Karena Javas nggak akan tau desa ini tanpa Chilla beritahu.
"Om udah ya, Om balik ke Jakarta aja. Hidup sebagai mana mestinya di sana, nggak usah inget saya lagi. Saya sudah bahagia hidup sendiri walaupun tanpa keluarga saya, jadi cukup Om nggak perlu ikut campur dengan urusan saya."
Javas menyeringai. "Kalau saya nggak mau gimana? Satu lagi, kamu jangan bicara pakai saya karena saya lebih suka kamu menggunakan kata aku dibanding saya."
"Om nggak perlu mengaturku, karena Om bukan siapa-siapaku," tegas Isvara. Belum sempat Javas menjawab ucapan Isvara, Sheva tiba-tiba muncul. Sheva jelas terkejut melihat sang Bunda berduaan dengan seorang pria yang tidak ia kenal.
"Bunda lagi sama siapa?" tanya anak itu dengan polosnya.
"Bukan siapa-siapa," jawab Isvara cepat, sejak tadi ia sudah meronta-ronta ingin dilepaskan tangannya. Sekarang akhirnya terlepas, Isvara tanpa pikir panjang langsung menghampiri putri kecilnya.
Javas terdiam melihat anak itu, setelah ia mencoba ingat-ingat tentang anak itu. Akhirnya Javas ingat bahwa anak itu adalah Sheva, anak perempuan yang hadir di pesta ulang tahun keponakannya beberapa bulan lalu.
Kini kepala Javas penuh dengan pertanyaan tentang hubungan Isvara dengan anak itu, benarkah anak itu adalah anak Isvara yang berarti Isvara sudah menikah. Jika benar, jelas saja Javas akan merasa patah hati.
Javas yang otaknya dipenuhi rasa penasaran, ikut menghampiri Sheva. Karena melihat orang yang bersama sang Bunda dari dekat, Sheva sudah ingat siapa pria itu. "Opa Javas?" panggil Sheva dengan tersenyum.
"Hai cantik, ternyata kamu ingat ya sama saya?"
"Hihihi ingat, Opa." Javas terlihat tidak suka saat mendengar Sheva memanggilnya Opa, jika benar Sheva adalah putri dari Isvara. Jelas ia tidak ingin dipanggil Opa, kalau bisa ia bahkan mau sekali dipanggil Papa oleh anak itu.
"Ini Bunda kamu, Sheva? Kok beda sama yang dulu datang ke pesta Given dan Givana?" tanya Javas penasaran.
"Sama aja kok, Bunda Kinan' kan emang Bunda aku. Bedanya kemarin Bunda sengaja penampilannya kayak gitu, aslinya penampilan Bunda ya kayak gini," jawab Sheva dengan jujur. Isvara pasrah saja, Sheva memang anak yang jujur. Jadi pasti anak itu akan berbicara jujur pada Javas.
Javas mengangguk paham, ia tahu bahwa Isvara melakukan itu pasti karena tidak ingin ada yang tahu dirinya masih hidup. Javas mencoba mengerti hal itu.
"Bunda Kinan? Bukannya nama Bunda kamu itu Isvara?" tanya Javas sengaja, Javas tentu bisa menebak bahwa Isvara sekarang menggunakan nama lain agar tidak ada yang mengenalinya lagi, apalagi semua orang sudah menganggap Isvara sudah tiada.
"Nama Bunda aku itu Isvara Kinandari, tapi aku panggilnya Bunda Kinan aja. Kalau sahabat Bunda ada yang masih manggil Bunda dengan panggilan Isvara," jelasnya.
"Kalau nama Ayah kamu siapa?" Mendengar pertanyaan yang ini, Isvara menatap Javas dengan tatapan benci. Ia tidak suka Javas bertanya seperti itu pada putrinya, karena selama ini dirinya saja tidak pernah membahas soal Ayahnya Sheva. Isvara merasa Dion bisa menjadi sosok Ayah yang baik bagi putrinya selama ini, jadi untuk apa membahas soal Ayah Sheva yang sudah tiada karena sudah meninggal dunia. Kalau Ayah darinya memang tidak ada.
Sheva menggeleng pelan, lalu berkata. "Aku nggak tau nama Ayahku siapa, Opa. Karena aku nggak punya Ayah."
Javas yang mendengar jawaban Sheva langsung kaget sekaligus bingung, bagaimana bisa Sheva tidak punya Ayah. Apa mungkin Sheva bukan anak kandung Isvara? Walau secara logika juga sangat tidak mungkin Isvara baru pergi dua tahun, tetapi langsung punya anak usia dua tahun.
"Terus yang datang sama Sheva di pesta itu siapa, sayang?"
"Itu Om Dion, katanya waktu Om Dion lagi main peran jadi Papa Sheva. Tapi kata Bunda, Sheva emang nggak punya Ayah. Tapi Om Dion yang bakal sayang sama Sheva kayak Ayah sayang ke Sheva."
Javas tersenyum bahagia, ia tahu Isvara memang benar-benar belum menikah. Jadi ia bisa berjuang agar Isvara mau menerima cintanya.
"Kalau saya yang jadi Papa Sheva? Sheva mau nggak?" Sheva tidak menjawab, ia menatap sang Bunda dengan tatapan bingung.
"Sheva sayang, ke kamar dulu ya. Biar Bunda bicara dulu sama Opa Javas." Sheva langsung menuruti ucapan Bundanya. Setelah memastikan putrinya masuk ke dalam kamar, Isvara menatap lekat Javas.
"Apa yang sebenarnya Anda inginkan, sampai Anda bicara seperti itu pada putri saya?" tanya Isvara dengan tegas.
"Aku hanya ingin mengatakan kebenarannya Isvara, aku menginginkan kamu jadi istri sungguhan ku. Masalah Sheva, aku pasti akan menerimanya dan menyayanginya seperti putriku sendiri, sungguh aku nggak akan keberatan dengan kehadirannya," ujar Javas yakin.
"Saya benar-benar nggak mengerti apa yang Om inginkan sebenarnya, aku sudah nggak tertarik menjadi istri pura-pura Om lagi. Semua sudah selesai, dendam Oma Tiana juga sudah terbalaskan. Jadi untuk apalagi Om bicara seperti itu."
"Ini soal kita, bukan soal dendam Mamaku. Aku sungguh-sungguh mencintaimu, aku ingin kamu jadi istriku yang beneran bukan pura-pura lagi. Kalau kamu ingin aku melakukan sesuatu sebagai pembuktian atas ucapanku, katakan saja aku pasti akan melakukannya." Javas memang sungguh-sungguh mencintai Isvara, menginginkan gadis itu menjadi istrinya.
Tadi sebenarnya Javas bisa saja memeluk erat bahkan mencium Isvara, saat ia nekad masuk ke toko. Tapi Javas tidak melakukannya, pria itu masih sangat menghormati Isvara. Jadi ia tidak ingin berbuat sesuatu yang tidak akan Isvara sukai, berbeda jika mereka sudah benar-benar menikah tentu Javas tidak akan melepaskan Isvara begitu saja.
Isvara gamang, Javas memang terlihat serius sekali dengan ucapannya. Namun, ia tidak bisa langsung mempercayainya, karena waktu dua tahun termasuk lama. Isvara tidak yakin Javas bisa ia percaya seperti dahulu.
Perasaan Isvara sendiri pun belum jelas seperti apa pada Javas, jadi ia benar-benar bingung dengan dirinya sendiri.
Isvara mengusir Javas dari toko serta rumahnya, kebetulan Eno sudah ada di depan toko Isvara setelah tadi kebingungan mencari keberadaan Javas.
Javas dengan malas akhirnya pergi dari toko dan rumah Isvara, ia menang sedih karena telah diusir oleh gadis yang ia cinta. Namun, walau begitu ia merasa lebih baik setidaknya ia sekarang sudah mengetahui bahwa Isvara masih hidup.