Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Saya Tidak Punya Waktu
"Kamu selalu merendah Matilda. Sayang sekali... tapi aku masih berharap dia jadi menantuku," balas Adrian tertawa ringan.
"Itu kenyataan. Bukankah suami mu juga salah satu triliuner di negara ini. Aku beruntung berteman dengan mu," timpal Matilda.
"Kamu bisa saja. Ngomong-omong putri keduamu bagaimana? gadis imut itu pasti sudah dewasa sekarang. Aku yakin dia tumbuh menjadi wanita cantik juga. Dia sangat baik Matilda," pungkas Adriana.
"Ya begitulah.." balas Matilda malas membahas Casey.
"Dri.. bisa tidak jangan membahasnya lagi. Aku tidak suka membahasnya, mood ku berubah," pungkas Matilda.
"Maaf.. aku pikir kamu sudah berubah," ucap Adriana mengusap lengan temannya itu.
Tanpa mereka sadari, Casey mendengarnya dari balik pintu. Casey akhirnya memilih tidak masuk ke dalam. Casey turun kembali ke bawah dan menitipkan tas Matilda pada seorang pegawai di butik tersebut.
Casey keluar dari dalam butik dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menghentikan taxi dan pergi menuju tempat kerjanya.
"Kenapa mata mu terlihat sembab? kamu menangis ya?" tanya Pamela yang bertemu dengan Casey di loker pegawai. Casey menggeleng.
"Kami tidak bisa bohong Casey. Apa ini tentang ibu mu lagi?" tanya Pamela kasihan melihat Casey. Ia sudah tau bagaimana hubungan antara Casey dan ibunya. Casey lalu mengangguk.
"Sudah.. jangan sedih lagi. Ada kami yang selalu di sampingmu. Aku yakin suatu saat ibumu pasti akan menyayangimu," ucap Pamela memberi pelukan pada Casey.
"Thanks.." balas Casey.
"Aku ganti baju dulu," lanjutnya melepas pelukannya dari Pamela.
Casey keluar dari ruang karyawan menuju meja kasir. Ia melihat tempat sampah di sana sudah penuh. Casey berinisiatif untuk membuang sampah tersebut.
Lagi-lagi ia bertemu dengan Dariel, pria itu tampak rapi dengan stelan kantornya. Dariel melihat sekilas ke arah Casey sebelum ia masuk ke dalam toko roti milik ibunya itu.
"Parfumnya harum sekali. Bahkan aku yang tidak terlalu dekat dengannya masih bisa mencium nya," gumam Casey.
Tak lama kemudian Casey kembali ke dalam toko dan melihat Dariel duduk di pojok menyesap kopi panasnya. Casey baru pertama kali melihat Dariel memesan kopi di tempat tersebut selama ia bekerja di sana selama 1 tahun ini. Mungkin saja karena selalu masuk siang sebelumnya.
"Lihat itu.." ucap Leandra pada Casey. Ia kemudian mengikuti arah tangan Leandra.
"Pamela terlihat gugup mengantar pesanan untuk Pak Dariel," ucap Leandra tertawa pelan.
"Habisnya wajah Pak Dariel seperti ingin memakan orang saja," balas Casey.
Lima belas menit kemudian, Dariel melangkahkan kakinya ke meja kasir. Tiap kali ia singgah di toko roti ibunya dan menikmati kopi dan beberapa potong cake, ia akan membayarnya. Meskipun toko itu milik ibunya. Dariel selalu memberikan uang 500 dolar meskipun makanan yang dibelinya tidak sampai 500 dolar.
"Pak, seharusnya anda tidak perlu membayar makanannya? bukankah toko ini milik ibu anda?" tanya Casey pada Dariel. Pria itu tampak mengerutkan kedua alisnya. Bukankah ia sudah biasa membayar di toko ibunya. Ah, sekarang dia ingat. Mungkin saja wanita di depannya itu masih baru hingga tidak tau kebiasaannya.
"Memangnya kenapa kalau ini toko roti milik ibu saya?" tanya Dariel datar menatap tajam ke arah Casey.
"Bukan begitu Pak. Mak... maksud saya ha__"
"Saya tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaan mu," pungkas Dexter meletakkan uangnya di atas meja kasir lalu pergi.