NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Ceo

Terpaksa Menikah Dengan Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / CEO / Berbaikan / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rendi 20

Cerita ke-tiga Aya, lanjutan dari kisah anaknya Verix sama Natusha. Entah kalian bakalan suka atau enggak.

Intinya selamat membaca ....

- - - -


“NENEK BENAR-BENAR SUDAH GILA!”

Teriak seorang perempuan berusia 22 tahun dengan amarah yang menggebu-gebu. Keduanya tangannya terkepal hingga gemetar.

“AKU INGIN MENIKAH DENGAN PRIA YANG TIDAK SEUMURAN DENGANKU!” lanjutnya sembari membanting beberapa buku yang dipegangnya ke lantai.

Sedangkan sang Nenek terlihat santai seraya meminum tehnya tanpa peduli pada cucu perempuannya sama sekali.

Ingin tahu alasan perempuan muda itu marah?

Ayo kita jelaskan satu-satu.

Serenity Belatcia, nama perempuan berusia 22 tahun yang sedang marah-marah itu.

Serenity marah, ia di paksa menikah oleh sang Nenek dengan lelaki berusia 27 tahun, yaitu Valter Edelwin.

Alasan sang Nenek cuma satu, yaitu ‘ingin melihat sang cucu bahagia dengan memiliki suami’.

Tapi bahagia apanya?

Justru Serenity tidak suka dengan pola p

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Anjing penurut

Note ⚠️ : Ada sedikit kalimat vu*gar/kasar yang tidak baik untuk ditiru.

“Pakailah pakaianku untuk sementara dan pergi mandilah sekarang.”

Pria itu melemparkan kemeja putihnya pada Serenity yang sedang duduk di tepian ranjang.

“Aku akan pergi mengambil barang-barangmu.” lanjut Valter seraya berbalik, baru saja kakinya hendak melangkah, tangan Serenity sudah lebih dulu menarik ujung jasnya.

“Jangan.” satu kata itu keluar begitu saja dari mulut Serenity bersamaan dengan gelengan kepala. “Jangan pergi.”

Walaupun Serenity tidak ingin mengatakan hal ini, tapi bukan tanpa sebab ia melarang Valter untuk pergi, melainkan ia takut jika lampu dikamar sang suami mati secara tiba-tiba.

Awalnya Valter diam, tapi sedetik kemudian ia balas perkataan Serenity.

“Baiklah.”

- -

Serenity terlihat diam bagaikan patung tanpa nyawa, sorot matanya terus menatap air dalam bathtub yang sudah penuh hingga tumpah mengenai lantai kamar mandi. Sedangkan keran air bathub itu masih menyala tanpa ia matikan.

“Apa segini sudah cukup?” monolog Serenity sembari mematikan keran air tersebut. Tangan kanannya bergerak menyentuh air dalam bathtub itu.

“Akh ...!”

Teriakan pelan Serenity langsung keluar begitu saja, tangan wanita berusia 22 tahun itu terlihat memerah dengan rasa panas yang menjalar.

Air yang ia isi dalam bathtub itu sungguh sangat panas.

“Apa aku salah memutar keran air?”

Ujarnya bagaikan anak polos tidak tahu apa-apa. Karena sering diberi kebebasan, serta dimanjakan oleh Neneknya, Serenity hampir tidak pernah mandi sendiri, walaupun begitu, ia selalu dibantu oleh para pelayan.

“Ugh ... jika saja aku membawa Mona untuk pergi bersamaku, mungkin hal merepotkan seperti ini tidak akan aku lakukan.” gumamnya memejamkan mata kesal.

Wanita dengan luka pada bibirnya terlihat mondar-mandir tidak jelas. “Apa yang harus aku lakukan dengan air dalam bathtub ini?”

Serenity menggigit jari jempolnya. Matanya bergerak kesana-kemari. “Sepertinya aku harus membuang air dalam bathtub ini,” tukasnya sebelum menghentikan langkah.

“Tapi ... bagaimana cara membuang airnya?”

- -

Tik!

Tok!

Tik!

Tok!

Salah satu jarum jam pada dinding terlihat bergerak dan menimbulkan suara. Valter terlihat menatap laptopnya dengan kacamata yang ia kenakan. Sedangkan kedua tangan nampak memegang beberapa lembar kertas disana.

Sudah hampir dua jam pria itu berkutat dengan pekerjaannya sembari menunggu Serenity untuk keluar dari kamar mandi, karena dua jam sudah berlalu sekarang, dan wanita itu belum juga keluar dari dalam sana.

BRAK!

Pintu yang berhantaman dengan dinding hotel menimbulkan bunyi cukup kuat, pria tampan berusia 27 tahun itu menoleh memandangi Serenity yang baru saja keluar dari sana. Mata Valter sedikit menyipit.

Rambut panjang sepunggung milik Serenity terlihat basah, bahkan tetesan air pada rambut wanita itu mengenai kemeja putih Valter yang ia kenakan.

“Sudah dua jam berlalu, kenapa kau baru keluar?” tanya Valter sebelum mengalihkan pandangan ke arah laptop. Hal itu ia lakukan agar menghindari pandangannya dari Serenity.

Sedangkan wanita itu hanya berdecak sebal. Ingin sekali ia menjawab pertanyaan itu dengan semua fakta yang terjadi, namun ia tidak ingin Valter menertawakan kebodohan dirinya sendiri.

“Tentu saja aku harus membersihkan setiap inci tubuhku agar semua kuman yang menempel langsung hilang.” balasnya dengan nada sarkasme setelah memikirkan kebohongan yang tepat.

Sedangkan si empu yang berbicara dengannya hanya diam sejenak. “Tidurlah di ranjang. Aku akan tidur sofa.”

Serenity mengangguk perlahan mendengar perkataan Valter barusan, kaki jenjangnya melangkah ke arah ranjang tersebut.

“Aku sudah berbicara dengan pengurus hotel tentang lampu yang mati di kamarmu itu. Dia mengatakan bahwa lampu di kamarmu sedang rusak, dan mereka lupa untuk menggantinya.”

Serenity lekas mengangguk sebagai jawaban.

“Cepatlah tidur, jam delapan pagi besok kita harus berangkat dari sini.”

Kembali Serenity menganggukkan kepala sebelum akhirnya menarik selimut dan membaringkan tubuhnya di atas kasur tersebut. Matanya lantas memejam untuk masuk ke alam mimpi.

Ini diluar perkiraan Valter, ia pikir Serenity tidak akan menuruti titahannya seperti biasanya, namun kali ini tidak, justru wanita itu menuruti semua perkataannya seperti anjing penurut.

Lima menit telah berlalu, Serenity sudah tiba di alam mimpi sejak tiga menit yang lalu. Dan Valter terlihat memandangi wajah cantik sang istri sekitar dua menit yang lalu setelah menghampiri Serenity untuk melihat keadaan wanita itu.

Rambut sedikit basah, dua kancing kemeja yang hampir menampilkan belahan dada, serta bibir bawah yang menunjukkan luka disana membuat Valter ikut menggigit bibir.

Walaupun beberapa jam sudah berlalu, dapat ia rasakan sensasi panas saat jari jempolnya memasuki mulut Serenity.

Valter bisa gila saat memikirkan wajah cantik Serenity, wanita itu terlihat sangat menggoda baginya. Tubuh ramping, memiliki sifat dingin, pemarah, namun menyimpan ketakutan disana membuat Valter semakin suka dengan Serenity.

Valter ingin melihat Serenity menangis, memohon, mengeluarkan des*han, dan lenguhan yang memanggil namanya kembali dengan keluarnya keringat yang terus tumpah pada tubuh mereka.

Valter tersenyum miring saat memikirkan hal itu, lekas ia menutupi sebagian wajah menggunakan tangan kanan. “Sungguh kesalahan besar aku menyuruhnya tidur disini.”

Pagi harinya. Sekitar jam tujuh.

“Ugh ....” Serenity memejamkan mata karena kesal sendiri melihat air dalam bathtub yang terlihat mengepulkan uap-uap panasnya.

“Apa aku salah memutar keran air lagi?” gumamnya mengepalkan tangan sebelum memutar kembali keran air sebelah kiri dengan kasar untuk dimatikan.

“Benar-benar merepotkan ....” celetuk wanita itu menggigit bibir bawahnya lagi tanpa memikirkan bahwa masih ada luka disana.

Dengan kesal wanita itu memutar keran air sebelah kanan dengan kasar untuk dinyalakan tanpa membuang air panas itu terlebih dahulu.

Serenity kesal.

Sungguh sangat kesal dengan hal merepotkan ini.

Satu jam kemudian ....

Serenity baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk melekat pada tubuhnya. Baru saja Serenity ingin melangkah, pandangannya tidak sengaja melihat Valter yang duduk pada tepian ranjang. “A—apa yang kau lakukan disini?”

Tanya Serenity sedikit mengangkat alis dengan dahi mengernyit. Pasalnya sekarang Serenity berada di kamarnya sendiri, ia sudah kembali sejak jam tujuh tadi dari kamar Valter.

Tapi kenapa pria ini datang ke kamarnya?!

“Bukankah aku sudah bilang bahwa kita akan pergi jam delapan pagi nanti? Dan sekarang kau baru selesai mandi? Kau tahu ini sudah jam berapa?”

Serenity mengangkat bahu santai tanpa peduli dengan perkataan pria itu sama sekali. Kakinya melangkah menuju koper pakaian miliknya untuk mengambil baju.

Handuk yang melilit pada tubuhnya ia lepaskan begitu saja tanpa memikirkan bahwa Valter berada di sampingnya sama sekali.

Pandangan sang suami yang semula menatap lekat dirinya langsung tertoleh membuang arah untuk menghindari wanita yang tidak memakai apa-apa ditubuhnya sama sekali.

“Kenapa kau ....”

Serenity mengalihkan pandangan, dapat ia lihat telinga pria itu sedikit memerah. Senyum miring tercipta begitu saja. “Bukankah kau pernah melihat semua bagian tubuhku tanpa terkecuali?”

Hening seketika menyelimuti mereka.

Bersambung!

1
Baiq Munawarah
kapan abdit lagi Thor
Baiq Munawarah
Luar biasa ceritanya , kok sedikit sekali bab nya , semoga cepat rilis lagi yg thor .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!