NovelToon NovelToon
Laila

Laila

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Janda / Anak Yatim Piatu / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kuswara

Di usianya yang baru menginjak 17 tahun Laila sudah harus menjadi janda dengan dua orang anak perempuan. Salah satu dari anak perempuan itu memiliki kekurangan (Kalau kata orang kampung mah kurang se-ons).

Bagaimana hidup berat yang harus dijalani Laila dengan status janda dan anak perempuan yang kurang se-ons itu?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

"Ha...ha...ha..."

Teh Wulan dan Mang Wawan tertawa sangat puas saat berada di terminal. Pasangan suami itu sudah di dalam bus. Melakukan perjalanan jauh, meninggalkan kampung itu setelah berhasil menerima uang 50 jt dari Laila dan menjual rumah mereka. Begitu gampang membodohi Laila dengan mengatakan kalau sertifikat rumahnya akan segera di urus. Padahal sertifikat itu sudah berpindah tangan.

"Ternyata mudah mendapatkan uang sebanyak ini" Teh Wulan begitu bahagia.

"Rezeki kita semua, Wulan. Kita akan usaha baru di tempat yang baru."

"Sudah lama kita mau buka usaha, tapi belum jadi-jadi karena tidak ada modal. Sekarang sudah ada di tangan modalnya."

Mereka tersenyum sangat mensyukuri apa yang dimiliki mereka saat ini. Tapi mereka lupa kalau telah menipu dan menyakiti anak yatim piatu dari saudara mereka sendiri.

Halwa dan Salwa tersenyum lebar kala ikut bersama Teh Yayuk mengantar pesanan ke alamat yang dikirim Arman. Laki-laki itu sangat sibuk sebelum mengambil cuti.

"Teh Yayuk tahu rumahnya di mana?." Tanya Salwa yang ada di belakang.

"Pak Arman sudah menulisnya lengkap."

"Teh Yayuk senang tidak bekerja dengan Ibu?" tanya Halwa yang duduk di depan.

"Senang dong, Teh Yayuk jadi bisa membuat kue."

"Anak-anak Teh Yayuk pasti senang."

Teh Yayuk tersenyum. "Teh Yayuk belum punya anak, Halwa."

Halwa mengangguk.

Teh Linda juga sama, mengantar pesanan yang datang dari kampung tetangga dan itu cukup banyak. Memenuhi motornya. Sehingga Teh Lidah harus berhati-hati berkendaranya.

Tentu saja Teh Linda dan Teh Yayuk senang bekerja dengan Laila karena perempuan itu begitu perhatian pada mereka. Bukan hanya pada perut mereka tetapi juga pada alat transportasi mereka yang lebih sering digunakan untuk semua keperluan jualan.

Rezeki itu memang datangnya dari Allah, tapi tidak tahu melalui perantara siapa. Sehingga perempuan baik itu mendapatkan kesempatan pelatihan gratis selama dua minggu. Yang dilaksanakan di kabupaten /kota. Guna menunjang keahlian Laila dalam membuat kue. Undangan pun disampaikan langsung oleh Ibu PKK kabupaten. Laila menjadi satu-satunya orang yang paling beruntung, akan mendapatkan perlengkapan membuat kue sampai modal usaha yang cukup besar.

"Kamu tenang saja selama pelatihan biar aku antar jemput" Teh Yayuk menawarkan diri.

"Anak-anak biar menjadi urusanku. Iya 'kan anak-anak?." Teh Linda pun ingin mendapat andil dalam membantu Laila.

"Siap, Teh Linda."

"Aku dan Adik Halwa tidak akan nakal, Bu." Salwa meyakinkan Ibunya yang akan sangat sibuk.

"Teh Linda, Teh Yayuk, maaf ya kalau saya akan merepotkan."

"Tidak merepotkan, Laila." Ucap keduanya.

"Terima kasih."

"Yang penting aku mau melihat kamu sukses, bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk perempuan-perempuan seperti kami." Ucap Teh Linda penuh haru.

"Aamiin, Teh."

*****

Sebelum pulang ke kota kelahirannya, Arman menyempatkan diri datang mengunjungi Laila. Karena cukup lama juga Arman mengambil cuti. Laki-laki itu juga memesan bolu pisang buatan Laila.

"Saya belum bisa mengembalikan kompor, tabung gas dan yang lainnya. Tapi uangnya sudah saya cicil kalau sewaktu-waktu kamu perlukan." Ucap Laila sangat tidak enak hati. Karena seperti memiliki barang-barang Arman.

"Tidak apa-apa Laila, gunakan saja uangnya untuk usaha kamu ini. Justru aku senang melihat kamu semakin maju." Setulus itu laki-laki yang bernama lengkap Arman Tio Diningrat.

"Terima kasih, kamu sudah sangat banyak membantu."

"Salut saja sama perjuangan kamu."

"Iya, karena anak-anak."

Sedetik tatapan keduanya bertemu dan pasti Laila yang memutusnya terlebih dahulu.

"Bolunya sudah siap."

"Iya, aku juga sudah harus pergi sekarang."

Laila mengangguk lalu menaruh lima kotak bolu pisang andalannya di atas meja.

"Aku titip ini untuk Salwa dan Halwa." Arman menyerahkan dua bungkus paper bag lucu bergambar pemandangan gunung kesukaan kedua anak Laila.

"Jadi merepotkan." Laila pun menerimanya.

"Tidak apa-apa, Laila. Aku senang melakukannya untuk anak-anak juga."

Arman dan Laila sama-sama tersenyum.

Arman pun pergi dengan perasaan bahagia.

Selepas Arman pergi, Laila kembali sibuk dengan pesanan yang datang ke rumahnya. Kali ini datang dari Ibu Desi.

"Tadi Ibu mampir ke rumah Wulan, tapi baru tahu kalau mereka telah menjual rumah itu dan mereka sudah lama pergi dari kampung ini."

Deg

Laila yang sedang membuat adonan langsung menjadi tidak tenang. Masalahnya sampai sekarang sertifikat rumah masih belum ditangannya.

"Saya baru tahu sekarang dari Ibu." Laila memang sangat kaget dan tidak bisa menutupi rasa kecewa.

"Ibu nanya kanan kiri, katanya sudah mau satu bulan."

"Sudah lama juga ya, Bu." Lemas, itu yang dirasakan Laila.

"Memang mereka tidak pamit padamu?."

Laila segera menggeleng. "Tidak ada, Bu."

"Mungkin mereka buru-buru."

Kini Laila mengangguk lemah.

"Nanti sore Ibu ambil pesanannya.*

"Iya, Bu. Atau nanti saya saja yang mengantar."

"Boleh juga, Laila."

Beberapa jam kemudian.

Laila segera mendatangi rumah saudara almarhum suaminya setelah mengantar pesanan Ibu Desi. Benar, sudah berganti penghuni. Laila pun menetaskan air mata. Kemudian segera menuju rumah Pak RT yang bersebelahan dengan rumah Pak RW. Kedua orang petinggi di kampung itu membenarkan kalau keluarga Teh Wulan telah pindah. Bahkan sudah tidak terdaftar lagi sebagai warga kampung Telaga.

Di jalan setapak Laila menangis kencang, kenapa begitu percaya dengan pasangan suami istri itu. Cukup mengeluarkan kekecewaannya tanpa bisa melakukan apa-apa. Laila pun pasrah kalau ke depannya rumah itu akan menjadi sengketa lagi. Namun semoga saja tidak.

Laila harus semangat menatap masa depan yang belum pasti akan seperti apa. Yang jelas saat ini Laila begitu bersyukur dengan limpahan rezeki yang luar biasa. Kembali tiba di rumah, tangan dan pikiran Laila harus bekerja sama. Tidak boleh melakukan kesalahan dalam membuat adonan kue yang nantinya akan merugikan dirinya sendiri.

"Masih digoreng ya pisangnya."

"Sebentar lagi, Teh."

"Iya."

"Masih mau membuat bolu tidak, Laila?."

"Masih ada yang mau beli?."

"Ada yang tanya tadi, kalau ada katanya mau buat sebelum magrib."

"Kalau masih ada yang mau beli saya akan membuatnya, Teh."

"Aku kabari dulu orangnya."

Laila mengangguk.

"Magrib diambil katanya."

Laila kembali mengangguk lalu meniriskan pisang goreng yang baru diangkatnya. Teh Yayuk segera membawanya keluar.

Sedangkan Arman yang berkendara menggunakan mobilnya baru saja tiba di rumah kedua orang tuanya. Rumah mewah bertingkat, karena memang Arman berasal dari keluarga sangat berada.

"Sayang, kamu pulang juga" Arman langsung mendapat pelukan hangat dari seorang perempuan cantik yang berpenampilan sopan.

"Aku pasti pulang, sayang." Arman berkata manis namun tidak membalas pelukan perempuan itu.

"Aku bersama Mama membuat makanan kesukaan kamu, sayang." Perempuan itu melepaskan pelukannya, kini bergelayut manja pada lengan Arman.

"Iya, nanti aku makan." Arman tersenyum.

Mama Papa tersenyum melihat kehangatan Arman dan Inggit.

"Kamu bawa apa? Kok repot-repot." Tanya Mama Astuti.

"Ini bolu pisang kesukaan Mama Papa." Arman menyerahkannya pada sang Mama.

"Wah, terima kasih. Di tempat biasa kamu belinya?."

"UMKM kampung Telaga." Seketika terlintas wajah Laila.

Bersambung.....

1
Watini Salma
jadi penasaran kelanjutannya Laila sama Arman apa berjodoh ya
La Rue
semoga ikhtiar Laila berhasil demi kebaikan anak-anaknya
La Rue
Laila tetaplah kuat buat kedua anakmu
Sadiah Suharti
lanjut thor
Watini Salma
cerita nya ringan enak dibaca nya mudah dipahami menarik dan menginspirasi, lanjut kakak /Good//Pray/
Watini Salma
Alhamdulillah up lagi, semoga Laila jadi orang sukses dan bahagia dengan kedua anak nya
Watini Salma
lanjut kakak, cerita nya menarik tetap semangat ya
La Rue
Ditunggu kelanjutannya
La Rue
pasti mau memfitnah Laila ni
seftiningseh@gmail.com
semangat buat up nya kak
jangan lupa dateng aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia
La Rue
Alhamdulillah rezeki Laila dan anak-anaknya
QueenRaa🌺
lanjut thorr! semangat up💪

jangan lupa mampir di beberapa karyaku ya😉
La Rue
ceritanya bagus ditunggu kelanjutannya...🥰👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!