Dia meninggal tapi menghantui istri ku.
Ku genggam tangan Dias yang terasa dingin dan Bergetar. Wajahnya pucat pasi dengan keringat membasahi anak rambut di wajahnya. Mulutnya terbuka menahan sakit yang luar biasa, sekalinya menarik nafas darah mengucur dari luka mengangga di bagian ulu hati.
"Bertahanlah Dias." ucapku.
Dia menggeleng, menarik nafas yang tersengal-sengal, lalu berkata dengan susah payah. "Eva."
Tubuhnya yang menegang kini melemas seiring dengan hembusan nafas terakhir.
Aku tercekat memandangi wajah sahabat ku dengan rasa yang berkecamuk hebat.
Mengapa Dias menyebut nama istriku diakhir nafasnya?
Apa hubungannya kematian Dias dengan istriku, Eva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran menjadi suami
Di tengah perkelahian dua lawan satu, dua gadis jin dan Kiyai Rasyid. Seno tak tinggal diam, kini dia melangkah masuk menuju pintu masuk lorong gelap. Dia yakin sekali di sana Jim perempuan itu menyembunyikan Zalli.
Lembab, dingin dan gelap.
Seno menurunkan ransel yang dibawanya, mengambil senter kecil yang sudah mereka persiapkan mana tahu kemalaman.
"Garam?" Seno bergumam sambil mengamati kantong plastik bening berisi garam kasar dicampur dengan serbuk daun Bidara kering.
Dia tersenyum senang, meskipun tak bisa melawan mereka terang-terangan, tapi memiliki senjata ampuh ketika di butuhkan.
Bergegas ia menaikan tali ransel di pundaknya, lalu menghidupkan senter dan menelusuri lorong gelap mirip goa itu.
Senter mulai menyorot kemana-mana, melihat di setiap sudut yang mungkin bisa meletakkan seseorang.
Brassh
Kakinya menginjak sesuatu sehingga sulit melangkah.
Lendir menjijikkan menyelimuti sebelah kakinya. "Apa ini?" gumamnya. Suara perkelahian di luar nyaris tak terdengar, tentu dia sudah masuk lebih dalam meninggalkan mereka.
Seno menarik kakinya mundur perlahan, menyentak beberapa kali, agar lendir itu terlepas.
"Zalli!" panggil Seno, menyorot kesana-kemari kemari. Dan melihat batu besar di sudut dinding, dia pun mendekati batu besar tersebut, mana tahu zalli di sana.
"Za_" kini dia di kejutkan dengan dua ekor ular besar melingkar di batu tersebut. Namun sorot cahaya menangkap sosok yang dia cari, Zalli tidur di antara ular tersebut, terlentang dengan mata tertutup.
"Ya Allah, bagaimana caranya aku membawa Zalli." Seno bergumam takut, terlebih lagi dua ekor ular tersebut mendekati Seno sambil menjulurkan lidahnya.
Ssshhh... Ssshhh...
"Pergi!" usir Seno, melihat sekeliling tak ada apapun yang bisa di pakai untuk melawan ular tersebut.
"Ssshhh.... " ular menjulurkan lidahnya di depan wajah Seno, lendir anyir jatuh menetes tepat di depan wajah Seno.
"Astaghfirullah, ternyata lendir itu berasal dari ular raksasa ini." gumam Seno di dalam hati. Seno mundur beberapa langkah, kemudian baru menyadari kalau dia membawa pisau.
Set! Seno menyabetkan langsung, namun ular besar itu mundur seolah bisa membaca pergerakan Seno.
Seno pun mulai melawan, menyerang berkali-kali tapi tak dapat mengenai ular tersebut. Dan sekali mengibaskan ekor, ular itu berhasil membuat Seno terpental ke dinding batu.
"Aarghh!" Seno mengerang, seketika tubuhnya terasa remuk.
Belum sempat bangkit, salah satu ular sudah membelit kakinya, perlahan naik hingga sudah membelit pinggangnya.
"Lepas! Sial!" geram Seno, berusaha menusuk namun sisik ular terlalu tebal, berkali-kali pisaunya seperti memantul. Dan ekor ular semakin merayap naik ke lehernya.
Dalam keadaan terdesak, dada terasa sesak, ujung ekor ular itu mencari celah untuk masuk ke lubang hidung Seno.
"Ya Allah, tolong! Aku harus hidup untuk menemukan istriku." Doa nya dalam hati.
Berusaha menghindar tapi seolah ekor ular itu memiliki mata, bisa tahu keberadaan hidung Seno.
"Bismillahirrahmanirrahim." Seno membuka lebar mulutnya, dan seketika ujung ekor ular tersebut masuk ke dalam mulutnya, seperti ujung tombak yang menusuk batang tenggorokan.
Clap!
Crash!
Seno menggigit ujung ekor ular yang terasa tajam itu sekuat tenaga. Ujung ekor ular itu mengobrak-abrik tenggorokan Seno, tapi ia bertahan dan terus berdoa tak peduli mulutnya sakit dan berdarah.
Hingga beberapa saat keduanya saling bertahan, tubuh Seno mulai kehilangan tenaga, kesadarannya pun nyaris hilang, penglihatannya samar, namun tetap menggigit ekor ular yang juga tampak gelisah.
Dan kemudian Seno berhasil, ujung ekor ular tersebut putus!
Raungan seperti suara ayam jago yang kesakitan terdengar memenuhi lorong gelap. Senter yang tergeletak itu memberikan penerangan remang namun terlihat ular tersebut menggelepar marah.
"Cuih!"
Seno mengeluarkan potongan ekor ular sepanjang ibu jari dari mulutnya, ia terduduk lemas, tulang-tulangnya seperti kehilangan kekuatan, sendinya nyeri seperti kehilangan fungsi.
Seno merangkak, ingin meraih senter tapi seekor ular lagi datang membuka mulutnya lebar-lebar, Seno terbelalak.
Teringat akan garam dan bubuk Bidara. Dia segera mengambilnya, mengoyak plastik bening itu lalu menggenggam garam tersebut.
"Majulah wahai Iblis!" kata Seno, tetap dalam posisi duduk.
Ular tersebut maju sambil menganga, satu ekor lagi pun segera melesat marah karena Seno sudah memotong ekornya.
Gigi runcing ular tersebut nampak semakin besar dan tajam karena kian dekat di wajah Seno, dan_
Byuurrr
Seno melempar segenggam garam dan bubuk Bidara itu ke dalam mulut ular besar yang siap memakan kepalanya.
Ular tersebut mundur, menghempas tubuhnya ke dinding batu sangat kencang, sakit di dalam mulutnya juga tubuhnya yang membentur batu membuat ular tersebut ambruk.
"Kini giliran mu!" kata Seno, melempar segenggam lagi kepada ular yang kehilangan ujung ekor itu.
Ular tersebut langsung mundur pergi melalui celah bebatuan, dan hilang.
"Alhamdulillah." Seno segera memaksakan diri untuk berdiri, mendekat Zalli yang masih pingsan. Diapun berusaha mengendong adik iparnya itu di punggung.
Meskipun tubuh Zalli tergolong lebih pendek dan sedikit kurus, tapi tetap saja kesulitan membawanya.
Di luar, kiyai masih bertarung dengan tiga wanita sekaligus. Perempuan tak berkaki itu sempat ingin masuk tapi Kiyai berhasil menghalanginya.
Tak hanya perempuan tak berkaki itu, Kiyai pun sering terkena pukulan, bibirnya mengeluarkan darah, terkena pukulan dua gadis kembar yang memiliki gerakan cepat.
Alhasil Seno sudah keluar membawa Zalli.
"Ibu!" teriak seorang perempuan kembar itu, melihat Seno keluar dengan laki-laki yang sudah mereka ambil.
Konsentrasi ketiganya terpecah, dua gadis kembar berbalik menyerang Seno.
Beruntung Seno sudah siap dengan segenggam senjata andalannya yang masih tersisa.
Byuurrr!
Aaargghhhh!
Pekikan si taring panjang terdengar memekakkan telinga, menggelepar mundur dengan asap hitam mengepul di ubun-ubun.
"Hah!" si taring pendek pun menarik lagi tangannya yang sudah siap mencakar Seno. Nyalinya menciut, takut bernasib sama dengan saudaranya yang sudah menghilang, kabur entah kemana.
"Ayo maju!" tantang Seno.
"Hehe! Mau kah kau menjadi suamiku?" ucap si taring pendek, merubah dirinya menjadi gadis berambut panjang, cantik bergigi gingsul.
Seno sampai melongo dengan tingkah jin ganjen tersebut.
"Kau akan ku jadikan raja di sini." ucapnya, mengibaskan tangannya, lalu tampaklah sebuah istana yang aneh, dengan banyak sekali orang-orang berdiri dengan tatapan datar.
"Seno!" Kiyai melompat ke arah Seno, segera mengusap wajah seno dan penglihatannya kembali seperti semula.
"Astaghfirullah " Seno berjingkat kaget, melihat gadis di hadapannya menatap dengan mata berkedip genit, bedanya dia sudah kembali ke rupa semula.
"Ayo kita pergi!" ajak Kiyai Rasyid.
"Seno segera menggendong Zalii, sedangkan Kiyai berjalan mundur, siaga kalau si gadis kembali menyerang. Sedangkan ibunya sudah terkapar lemas, meskipun sumpah serapah masih terdengar di telinga.
"Kita kemana Kiyai?" tanya Seno.
"Kita ke ujung kampung. Nanti kita hubungi adik-adikku, biar mereka membawa Zalli dan mengobatinya." kata Kiyai.
Seno mengangguk, dia senang Zalli sudah di temukan, sudah tak sabar untuk melanjutkan mencari istrinya.
Yg diacak acak rumh ..yg berantakan hati...gini amat yak jd dewasa...punya banyak kartu ATM tp gak ada saldonya,malam susah tidur ,pagi susah bngun /Facepalm//Facepalm/
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
nanti bosa sah negara
masa iya mati berjamaah kan g lucu lah pemeran utama kok mati nya berjamaah
ayo lah arya kasih balik lah si eva jgn oula kau tahan di alam mu kasihan klo di hati mu aq pun ogah kau kan jin.. wkwkwkwkkkk🤣🤣🤣🤣🤣🏃♀️
tp siapa n3nek itu yahhh mau nolong eva
wuihhh keren deh petualangan nua masuk demensi lain