Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin memikirkannya, semakin membuatnya gila
"Baiklah, papa setuju dengan persyaratanmu. Papa akan menunggu orangtua Lisa pulang dari luar kota, setelah mereka pulang, papa akan langsung membicarakan pembatalan pernikahan kalian berdua. Karena saat ini, kamu masih berstatus sebagai tunangan, Lisa. Papa berharap setelah kamu pulang dan bertemu dengan Lisa, kamu tidak akan melukai hatinya dan tidak pergi bersama perempuan manapun sebelum pernikahan kalian batal." Ucap pak Calvin setelah ia memikirkannya dengan matang-matang. Bagi pak Calvin, perusahaannya jauh lebih dari pada apapun, toh jika di paksa pun putranya itu tetap akan menolaknya juga.
"Dan papa minta, kamu harus pulang besok lusa, bagaimana?" Sambung pak Calvin lagi.
"Baiklah, aku setuju." Jawab Jhon di iringi dengan helaan nafas beratnya. "Kalau begitu, aku tutup dulu telponnya, papa dan mama jagalah kesehatan, jangan sampai kalian sakit."
"Ingat pesan papa tadi." Setelah mengucapkan satu kalimat itu, Pak Calvin pun langsung memutuskan sambungannya.
Jhon tersenyum lega, Meskipun ia tidak ingin lagi menginjakkan negara kelahirannya yang menyimpan, kenangan indah bersama sang kekasih yang sudah menghilang beberapa tahun itu, tapi, Jhon tetap harus kembali ke negara asalnya itu. Jhon harus menggantikan sang papa untuk memipin perusahaannya dan membiarkan sang papa untuk beristirahat menikmati masa tuanya bersama sang mama.
"Mentari... Apakah kita bisa bertemu kembali? Jika kita di pertemukan kembali, tidak perduli kamu berstatus sebagai istri orang pun, aku pasti tidak akan melepaskanmu. Tidak akan pernah." Ucap Jhon dengan tangan terkepal dengan kuat menahan amarah yang ada di dalam hatinya.
Namun, beberapa detik kemudian, Jhon tertawa dengan sangat kencang, ia menertawakan kebodohannya sendiri, karena tidak bisa melupakan kekasihnya itu meskipun sudah beberapa tahun lamanya. Bahkan ia merasa sangat cemburu dengan hanya memikirkan kekasihnya yang sudah menikah dan hidup bahagia bersama suaminya. Padahal, Jelas-jelas itu hanyalah khayalannya saja.
"Ah sepertinya aku sudah gila, bagaimana mungkin aku bisa membayangkan dia sudah menikah dan hidup bahagia bersama pria lain? Sementara aku sama sekali tidak tahu keberadaannya. Aku tidak tahu dia menjalani hidup seperti apa sekarang. Apakah dia hidup bahagia? Apakah dia pergi dariku dengan demi pria lain? Tidak mungkin, aku sangat yakin Mentari adalah perempuan baik, dia tidak mungkin meninggalkanku demi pria lain."
"Argh... Sial. Semakin aku memikirkannya, semakin membuatku gila." Ucap Jhon sambil mengacak rambutnya frustasi. Jhon benar-benar merasa frustasi, ia tidak bisa melupakan gadis itu meskipun ia sudah berusaha untuk mencoba melupakannya. Bahkan rasa cintanya terhadap Mentari masih sama seperti dulu.
Jhon perlahan bangkit dari tempat duduknya, ia mulai melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Jhon berniat untuk menjernihkan pikirannya yang di penuhi oleh Mentari, perempuan yang pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
***
Saat ini Mentari sedang berada di rumah kedua orangtuanya. Meskipun hatinya masih terasa sakit karena pengkhianatan yang di lakukan oleh suami dan sahabatnya itu, namun Mentari tetap memperlihatkan wajah ceria seperti biasanya, seakan-akan ia sedang dalam keadaan baik-baik saja.
"Mama." Seperti biasa, Mentari akan selalu berteriak memanggil sang mama membuat mama Mentari sedikit terkejut karena putrinya itu datang tanpa memberitahu terlebih dahulu."I miss you mom's." Ucap Mentari sambil berhambur memeluk tubuh mama tercintanya.
Mama Mentari pun membalas pelukan putrinya dengan hangat. "Astaga, sayang. Kamu kesini kok tidak bilang-bilang mama dulu, sih." Tanyanya sambil mengelus punggung putrinya.
"Kejutan untuk mama." Jawav Mentari di iringi dengan senyuman manisnya. "Papa masih di luar kota, mah?" Tanya Mentari sambil melepaskan pelukannya.
"Iya, Tari. Mungkin besok papamu pulang." Jawab mama Mentari yang tak lain adalah Natalia. "Kamu kesini sendirian, sayang?" Tanya sang mama sambil menuntun anaknya menuju sofa.
"Iya, mah." Jawab Mentari setelah ia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.
"Memangnya suamimu tidak mengantarmu kesini?"
"Tidak momyku yang cantik, kan mama tahu kalau Alex itu ceo di perusahaan papanya. Jadi dia sangat sibuk." Jawab Mentari membuat sang mama harus menghela nafasnya kasar.
"Sesibuk apapun dia, dia tetap harus menprioritaskan istrinya." Ucap sang mama sambil mengelus pucuk kepala putrinya itu. "Jadi, lain kali kamu jangan pernah pergi sendirian, kalau kamu mau kesini, kamu harus di antar sama suamimu, mengerti."
"Mama ini selalu melarangku pergi sendirian, memangnya kenapa, sih? Bukannya dulu juga aku sering keluar sendirian? Atau mama masih teringat sama kecelakaanku dulu?" Tanya Mentari sambil menatap sang mama. "Mama tenang saja, aku pasti bisa jaga diriku sendiri, kok. Kecelakaan itu kan memang sudah takdir dari Tuhan. Gak ada yang bisa menolaknya dan gak ada yang tahu. Jadi, mulai sekarang, mama harus melupakan kejadian itu, ya." Ucapnya sambil menggenggam erat tangan sang mama, berharap agar mamanya itu tidak lagi mengingat tentang kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun yang lalu.
Bersambung.