Kisah Seorang Dokter Muda dengan segudang prestasi dan kesempurnaan dalam hidupnya, ternyata mempunyai masa lalu dari seorang laki-laki yang menyakitkan, semua itu membuatnya harus pergi meninggalkan kota kelahiran dan keluarganya
Dokter ALENA berasal dari Keluarga Milyarder yang hidup sederhana dengan menutupi identitasnya
Disaat Seseorang yang pernah menorehkan luka di hatinya tiba-tiba muncul kembali di kehidupannya, apa yang akan terjadi ?
Penasaran, yuk ikuti ceritanya ya
cerita ini adalah seri ke 2 dari kisah sebelumnya "POWER OF WOMAN"
Salam kenal dan jumpa dari Author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Pagi hari setelah semuanya sarapan dan bersiap diri, ketiga dokter cantik segera keluar dari Apartemen bersama untuk berangkat kerja, hingga di dalam lif yang terbuka disana sudah ada Edward dan Pak Hari yang kebetulan juga berangkat ke kantornya
"Selamat pagi semuanya" sapa Edward,. sementara Pak hari tersenyum kepada ketiganya
"Selamat pagi" sahut ketiga dokter itu hampir bersamaan
Sesaat semuanya terdiam, hingga tiba-tiba tangan Edward menarik tangan Alena untuk berpindah ke belakang di sampingnya, semua orang terkejut melihat kejadian itu, namun hanya tersenyum dan terdiam
"Ngapain, narik aku gini, kayak mau nagih utang aja" kata Alena lirih
"Gak ada, pengen kamu disini aja, gak boleh ?" jawab Edward
Sementara Delia dan Amaya langsung melotot dan saling pandang mendengar ucapan Edward
"Ish, menyebalkan !" gumam lirih Alena
Sesaat kemudian lif terbuka lagi di lantai 2, ada beberapa orang yang masuk dan membuat semua saling merapat karena lif penuh, Edward yang melihat ada tubuh beberapa laki-laki bergeser mepet ke Alena segera di hadang oleh Edward, kini posisi Edward menghadap tepat di depan Alena dan hanya berjarak beberapa senti saja
Suara nafas dan wangi tubuh keduanya saling tercium, wajah Alena tepat berada di dada atas Edward, Alena merasa jantungnya semakin berdetak kencang dan mau melompat keluar, keadaan ini membuat Alena serba salah dan tidak bisa berkutik, Edward yang juga terdiam mencium bau tubuh Alena, membuatnya merasa nyaman dan rileks
"Aku sangat menyukainya bau tubuhnya" batin Edward
Saat sedikit menunduk, Edward melihat bibir Alena yang merah natural, terlihat sangat seksi hingga membuatnya menelan ludah dengan pelan
"Sial*n, ini lif lama banget sih turunnya" batin Alena dengan perasaan yang makin gak karuan berada dekat sekali dengan tubuh Edward, sesaat kemudian tiba-tiba
GLEK
Lif tiba-tiba berhenti dan beberapa lampu di dalamnya mati, hanya satu lampu yang hidup hingga suasana menjadi sedikit mencekam
"Ada apa ini Ed" Alena panik seketika karena lif macet, tanpa sadar tangan Alena berpegangan di pinggang Edward
"Sepertinya lif nya macet, kemaren juga sempat seperti ini, apa belum di perbaiki ?" Gumam Edward
"Iya tuan, seperti kita harus menghubungi pihak keamanan" ucap pak Hari sambil mengeluarkan Handphone dan menghubungi seseorang
Sementara yang lainya makin cemas dengan keadaan di lif itu, Amaya dan Delia saling berpegangan untuk mengurangi rasa khawatirnya
"Kak, ini gimana, aku takut ni" ucap Amaya
"Tenang, bentar lagi pasti jalan kok Am, kemaren katanya sempat gini juga sih, tau ni pihak pengurus apartemen, apa belum di perbaiki lagi sih"
"Tau gini aku lewat tangga aja tadi kak, beneran takut ni aku"
"Ish, udah jangan mikir aneh-aneh, malah bikin aku ikutan takut ni" ucap Delia
Tiba-tiba lif seperti bergerak sedikit
GLEK GLEK
Otomatis membuat hampir semuanya teriak ketakutan
"Ya Alloh, kak Del, aku takut banget, nanti ini lif jatuh gimana nasip kita" ucap Amaya panik
"Jangan ngomong yang enggak-enggak deh Am, diam, berdoa ajalah mending" jawab Delia ikutan panik
Sementara Alena gak kalah panik, kini yang awalnya tadi cuma pegangan pinggang malah jadi meluk Edward
"Ya Alloh, ini gimana sih, kenapa gak hidup-hidup lif nya" kata Alena makin takut
"Tenang Al, bentar lagi juga hidup" Edward menenangkan Alena sambil bolak balik menarik nafas panjang menahan gejolak karena pelukan erat Alena
"Ini bocah meluknya makin kenceng aja, dikira aku gak punya nafsu apa ya" batin Edward sambil konsentrasi mengendalikan pikirannya
Lain halnya dengan Pak Hari yang lagi nahan tawa melihat muka tuannya sudah bersemu kemerahan menahan sesuatu
"Coba di kamar, dah di makan tu nona Alena sama tuan Edward" batin Pak Hari
Tak lama kemudian Lif hidup kembali dan berjalan ke bawah, semuanya langsung bernafas lega, sementara Alena masih setia memeluk Edward tanpa disadarinya, hingga kata-kata Amaya menyadarkannya
"Ini lif sudah hidup, kalau sudah gak takut lagi, bisa di lepasin pelukannya ya kak Del ?" Ucap Amaya sengaja agak keras biar bisa di dengar oleh Alena
Seketika Alena langsung kaget dan segera melepaskan pelukannya dari tubuh Edward dengan wajah yang kemerahan menahan malu
"Maaf " ucap Alena
"Gak apa-apa, meluk lebih lama juga gak masalah" ucap Edward
Amaya dan Delia melotot dan saling pandang lagi, sementara Alena hanya diam mengendalikan jantungnya yang dak dik duk dari tadi
Akhirnya sampai lantai bawah dan lif terbuka, semuanya langsung cepat jalan keluar dan berjalan ke tujuan masing-masing
Alena tanpa permisi langsung berjalan cepat mendahului Edward, disusul dengan kedua temannya, Edward hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Alena, Pak hari makin tersenyum lebar melihat tontonan drama gratis di pagi hari
Alena fokus menyetir mobil bersama dengan kedua temannya
"Kalian ini seneng banget nebeng di mobilku, heran " ucap Alena
"He he, kita kan sayang ma kamu Al" alasan klasik Delia
"Halah, gombal, ngaku aja kalian pada males nyetir, maunya duduk manis aja, ya kan?"
"Ish, sudah deh Al, gitu aja di permasalahkan, tadi gimana rasanya meluk pak Edward ?" Goda Delia
"Gak usah ganti topik pembicaraan, ngeles aja, kebiasaan" kata Alena sewot
"Ih, siapa yang ngeles, kita tu bener penasaran sama pelukan pak Edward" ucap Amaya
"Ya minta peluk Sono, ma Edward, biar gak penasaran !"
"Alena ! Pengen aku tabok ni mulut kamu, kalau ngomong suka asal !" Sahut Amaya makin kesal
"Udah brisik, kalian itu kayak kucing ma tikus aja, ribut mulu" ucap Delia jengah
Akhirnya mereka tiba di Rumah Sakit Royal Murrage Hospital, tempatnya bekerja, ketiga dokter itu langsung berjalan masuk menuju ke tempatnya masing-masing
*
Edward sudah disibukkan kembali dengan semua pekerjaan nya, lengannya yang sedikit nyeri disandarkan di pinggiran kursi
CEKLEK
pintu terbuka dan seseorang tersenyum senang melihat kesibukan Edward sampai tidak menyadari kedatangannya
"Selamat siang pak Edward, apa saya bisa mengganggu sebentar?"
Edward langsung menghentikan kegiatannya dan segera menoleh ke sumber suara
"Daniel, my God, you really ?" Ucap Edward
"Yes, me " jawab Daniel langsung memeluk erat Edward
"Oh, ternyata kau disini baik-baik saja Ed" kata Daniel dan tak sengaja memegang lengan Edward yang terluka
"Aw, shh" ucap Edward menahan sakit
"Hei, are you okay ?" Daniel terkejut dan memeriksa lengan Edward
"Apa ini Ed, kau terluka ?" tanya Daniel
"Hem, ada seseorang yang berniat menghabisi ku"
"What ! Lalu apa kau sudah menemukan siapa mereka ?"
"Belum, ini orang-orangku dan kepolisian menyelidikinya"
"Oh, syukurlah, berhati-hati lah Ed, aku yakin mereka masih mencoba cara lain untuk membuatmu celaka"
"Hem, pasti"
"Jadi masalah perusahaan disini sudah teratasi"
"Tentu saja, kini keadaan perusahaan makin membaik, apalagi ada Pak Hari"
"yah, pak tua itu memang hebat, aku saja hampir kelabakan mencari penggantinya di perusahaan, dasar kau ini Ed, main ambil orang seenaknya saja"
"Ha ha ha, sorry Ed, aku benar-benar membutuhkannya disini"
"Bawa saja, aku sudah ada penggantinya, apa kau tidak akan kembali ke perusahaan pusat Eagle Company di Jakarta Ed ?"
"Entahlah, untuk saat ini aku akan fokus mengembangkan Diamond Eagle Company dulu"
"Hem, tapi aku ingin kau cepat kembali ke sana, aku lelah kau beri tanggung jawab memegang kendali di perusahaan pusat, bisa-bisa waktuku gak ada lagi untuk cari wanita yang akan melanjutkan keturunan ku"
"Ha ha ha" keduanya tertawa
"Sabarlah Niel, lihat aku, santai saja"
"Aku gak mau sepertimu, gak mau move on, sampai kapan kamu akan terus dibayangi dengan perasaan cintamu ke Reyna, ingat Ed, dia sudah bahagia"
Edward hanya terdiam dan menatap jauh sambil bersandar di kursinya
"Entahlah Niel, hatiku seperti masih belum mau berpaling dari Reyna"
"Itu tergantung denganmu, bukalah hatimu untuk wanita lain"
Mendengar nasehat Daniel Edward makin terdiam dalam pikirannya, namun sesaat kemudian terdengar nada panggilan dari handphone nya, Edward segera melihatnya
"Alena ? Tumben menelpon ku" batin Edward
Bersambung
Terimakasih, jangan lupa jejak dukunganya (like komen, vote dll)
Mohon dukungan untuk novel baruku lagi di aplikasi sebelah "Novel m*e" dengan judul " SAHABATKU KEKASIHKU" dibaca tanpa bayar
kisahnya tak kalah seru kak, bagi yang punya aplikasinya mampir ya, terimakasih