Kematian yang menyedihkan kembali membawanya hidup dalam sosok yang lain. membalaskan dendam yang belum usai kepada orang-orang yang sudah menyakitinya tanpa ampun. Penderitaan yang ditanggung begitu besar, hingga bernapas rasanya menyakitkan.
Namun, itu dulu. Kini ia kembali dengan penampilan yang baru. Kelemahan terbesarnya kini telah musnah. Semua yang dulu menganggapnya sampah akan dia singkirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hairunnisa Ys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saira Ophelia
Aksa membanting makanan yang Saira buat untuknya.
"Berapa kali sudah kukatakan jangan pernah tangan kotormu menyentuh makananku. Aku tidak sudi makan buatan dari perempuan tidak tau malu sepertimu!" bCLAUDI kemudian berlalu pergi dengan kemarahan dan meninggalkan Saira dengan perasaan hancur.
Ia lalu mengutip sisa makanan yang kini telah berhamburan di lantai. Membersihkan pecahan piring yang sudah berderai malang. Tanpa ia sengaja kakinya menginjak pecahan beling yang terselip di sela kaki meja makan.
"Auww." Ringisnya pelan. "Jangan menangis Saira, inilah risiko yang harus kamu tanggung," ucapnya menguatkan hati sambil mengusap air matanya.
Hati yang rapuh untuk kesekian kali kembali retak tak terkira. Lagi-lagi penyebabnya masih orang yang sama. Ia sadar bagaimana kebencian sangat kentara ditunjukkan oleh suami yang sangat ia cintai. Saira dengan cinta butanya dengan licik menjadikan Aksa suaminya, yang saat itu berstatus sebagai tunangan kakak kandungnya sendiri. Gadis itu memiliki keluarga. Namun, hidup tak jauh bedanya dari sebatang kara. Kakak yang dulu sangat mencintainya kini beralih membencinya. Ayah dan ibu yang dulu menyayanginya kini diliputi kekecewaan terhadapnya. Sedangkan kakak lelaki mendiaminya tanpa mau berbicara sepatah kata pun padanya.
Ia sangat tahu bahwa kekecewaan tengah menyelimuti keluarganya dan untuk kebencian adalah hal yang setimpal ia dapatkan dari semua orang yang ia sayangi.
Lengkap, itulah satu kata yang menggambarkan penderitaannya saat ini. Ia menyesal pernah menuruti egonya dan berakhir dengan semua orang membencinya. Namun, apa semua sesal itu bisa terhapuskan bila diratapi? Tidakkan. Untuk itu ia akan menjalaninya sampai hati mengatakan cukup dan berhentilah.
"Bik tolong bersihkan kamar tamunya," ucap Saira sopan pada pembantu yang sudah lama mengabdi di keluarga suaminya.
"Baiklah, Saira." Itulah panggilan yang disematkan gadis itu pada dirinya sendiri. Ia lebih nyaman dipanggil nama daripada sebutan yang lain, mengingat Bi Sum lebih tua darinya.
Saira kembali menekuri hidupnya selama dua tahun terakhir ini. Kapan terakhir kali dia tersenyum. Entahlah dia pun lupa. Badan yang dulu berisi kini kian mengurus dimakan perih.
"Saira ayo makan dulu. Kamu belum makan dari tadi pagi," ucap Bik Sum dengan lembut.
"Aku tidak begitu lapar Bik," ucap Saira singkat.
"Tapi kamu bisa sakit." tutur Bik Sum memperingati.
Tak ingin membuat orang yang sudah menyayanginya dengan tulus khawatir. Ia makan meski hanya sedikit. Entahlah Saira tidak ada selera sama sekali. Bik Sum yang melihat itupun merasa iba pada Saira, bagaimana bisa gadis sebaik dia diberikan cobaan sedemikian berat. Ia juga menyadari badan istri dari anak majikannya ini sudah kian menyusut dari minggu ke minggu.
"Kasihan sekali kamu Nak." batin Bik Sumi.
"Kenapa Bibi malah melamun," ucap Saira yang sudah selesai dengan sarapannya.
"Hanya teringat sesuatu saja, Bibik ke dapur dulu ya." pamit Bik Sum.
Saira pergi bersiap menuju kampus dengan menggunakan motor matik Honda merk Beat. Pagi ini ia ada tugas kelompok dan kebetulan dosennya adalah Aksa. Di kampus tidak ada yang tahu bahwa ia istri dari Aksa yang menjadi salah satu dosen favorit di kampus. Karena ketampanan dan kecerdasannya di tambah ia juga masih muda.
"Pagi Saira," ujar Amara sahabat satu-satunya.
"Pagi juga Am," jawab Saira dengan tersenyum.
"Kamu kurusan ya, lagi diet?" tanya Amara penasaran. Saira hanya menganggukkan kepalanya karena Aksa sudah masuk ke kelas mereka. Ia sadar akhir-akhir ini berat badannya menurun drastis.
"Untuk tugas minggu ini dikumpulkan paling telat minggu depan. Jadi kalian memiliki waktu seminggu untuk mengerjakannya." Aksa kemudian berlalu tanpa melihat ke arah Saira.
Saira hanya bisa menarik napas pelan. Ia sangat lelah dengan semuanya. Namun, pantaskah ia menyerah untuk saat ini. Tidak, ia belum bisa menyerah begitu saja.
****
kenapa jadi abu-abu 🤔
cuiiiiiihhh 🖕🖕
apa itu masuk ya Thor🤔
cuuiiiiiiihhhh 🖕🖕🖕🖕🖕