Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 2. Rasa bersalahku.
Aku tidak sengaja melihat kejadian itu di depan pintu kamarku,saat aku hendak turun mengambil air putih. Setelah mereka masuk ke kamar, aku pun turun.
Baru tadi menangis, sekarang ku dengar suara tawa dan ******* dari Lala. Ku isi botol minumku, lalu ku kembali kekamarku dengan rasa yang tertusuk di dalam hati.
Aku bekerja di perusahaan kosmetik ternama di Ibu Kota, aku bekerja sebagai staf administrasi. Sedang Lala dia sekertaris di perusahaan tempatnya bekerja.
Sedang Mas Alan masih sibuk dengan mengembangkan usahanya di beberapa kota, saat ini rencananya dia akan membuka Kafe dan Distro dan juga Resort di daerah Tangerang.
Suatu hari aku pulang lebih awal dari mereka, biasanya aku pulang paling belakangan. Mungkin mereka pulang sedikit terlambat, aku menuju dapur untuk membuat masakan untuk makan malam nanti. Selama dua bulan ini Lala lah yang lebih sering masak, dia pandai membuat masakan yang enak enak. satu kata untuknya 'sempurna'.
Kudengar suara mobil Lala di luar, dia sudah pulang tapi Mas Alan belum.
"sore La, aku sudah masak untuk makan malam," ucapku saat Lala masuk kerumah dan hendak menuju dapur.
"kamu sudah pulang Nia," ucapnya dengan senyuman manisnya.
Haa apa dia tidak melihat motorku yang sudah terparkir cantik di garasi? gumam ku dalam hati.
"sudah dari tadi jam lima, dari pada bengong gak ngapa ngapain aku masak deh," ku berusaha tersenyum manis pada maduku.
"terima kasih Nia, aku mandi dulu ya sambil nunggu Mas Alan pulang baru kita makan," Lala menuju kamarnya yang memang menempati kamar utama.
Aku kembali ke atas menuju kamarku, setelah membersihkan diri ku duduk di kursi yang berada di balkon kamarku. Sambil menunggu Adzan Maghrib.
Pukul 18.30.WIB
Tok tok tok
Suara ketukan pintu kamarku dari luar, iya Lala memanggilku untuk makan malam.
"Nia, ayo makan malam. Mas Alan sudah menunggu," sedikit teriak lembut dari luar kamarku.
"iya La, nanti aku kebawah," teriakku sambil memakai kerudungku.
"oke," jawabnya.
Aku pun segera keluar kamar menuju meja makan, sudah sangat lapar karna tadi hanya makan pas istirahat kerja.
Namun langkahku terhenti saat aku hendak menuruni satu tangga.
"Mas, jangan terlalu dingin sama Nia. Dia istrimu juga lho Mas," suara lembut dari gadis ayu itu.
"kamu tahu kan sayang, aku tidak mencintainya, aku juga tak sudi menyentuhnya!" butiran bening itu tertahan di pelupuk mata mendengar ucapan Mas Alan. Aku sudah tahu jauh jauh hari sebelum aku menikah dengannya bahwa dia tak mencintaiku. Tapi entah mengapa ada rasa nyeri yang begitu dalam di dalam dada ini.
"Mas, kamu seharusnya bisa benar benar adil pada istri istrimu. Melakukan sebagaimana seorang suami terhadap istrinya. Jadi bersikaplah baik dan jangan bersikap dingin pada Nia. Aku ini seorang wanita, aku tahu perasaan Nia pasti sangat terluka. Aku mohon, ubah sikapmu untuk bisa baik dan lembut pada Nia." ucapnya sambil mengelus pundak Mas Alan dengan lembut.
Mas Alan hanya diam tanpa kata kata.
Bijaksana bukan? Dia wanita sempurna, dia baik dan cantik. Pantas saja Mas Alan begitu mencintainya.
Ku urungkan niat ku untuk turun ke ruang makan, ku putarkan badanku untuk kembali ke kamarku.
Dikamar aku menangis sejadi jadinya, aku merasa bersalah pada Lala karna sudah menikah dengan Mas Alan pria yang dia cintai dan mencintainya begitu besar.
Tapi ini bukan sepenuhnya salahku, ku coba menampikan rasa bersalahku. Ini semua terjadi karna perjodohan yang di buat oleh Ayah, untuk memenuhi janjinya pada mendiang Ibu dan Ayahku agar aku selalu baik baik saja. Bukan juga aku ingin menyalahkan Ayah yang sudah baik terhadapku.
Sebenarnya Ayah dan Ibuku tak pernah ada rencana menjodohkan aku dengan Mas Alan, ini semua rencana Ayah Ilham sendiri. Agar ada yang menjagaku, yaitu di jaga oleh pria dingin yang tidak bisa di beri amanah.
Ayah sampai saat ini belum tahu tentang pernikahan Mas Alan dengan Lala, mengingat Ayah belum berkunjung setelah hari pernikahanku dan Mas Alan hingga tidak mengetahui rumah tanggaku yang sesungguhnya. Entah rumah tangga macam apa ini, setahu Ayah aku dan Mas Alan bahagia dan baik baik saja.
ku lepas kerudung yang selalu terpakai di kepalaku ini.
Ku langkahkan kaki ku menuju kamar mandi, ku ambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban untuk melaksanakan perintah-Nya.
Setelah sholat, tak lupa ku berdzikir dan ku panjatkan doa kepada Allah SWT. Ku curahkan semua keluh kesah yang ada di hatiku pada-Nya.
"Nia, kenapa kok gak keluar makan?" teriak Lala di balik pintu kamarku lagi.
"kalian makanlah dulu La, aku belum lapar," sahutku berbohong.
"kamu baik baik saja kan Nia?" tanya nya lagi.
Aku terdiam dan bingung harus menjawab apa. Alasan apa yang tepat agar Lala percaya kalau aku baik baik saja.
"aku baik baik saja La, nanti kalau udah lapar aku pasti keluar sendiri La. Kalian makanlah duluan, aku mau sholat dulu La, maaf ya," ucapku berbohong lagi. Aku sudah selesai sholat tapi ku berbohong untuk sholat.
"ya sudah, kita makan duluan. Kamu jangan lupa makan ya Nia," ucapnya lagi tanpa ku jawab. Kini suara langkah kakinya terdengar sudah jauh dan semakin jauh dan sudah tak terdengar lagi.
Betapa perhatiaanya Lala itu padaku, bagaimana mungkin aku bisa membencinya. Dia tidak salah, di sini aku yang sudah salah hadir di tengah tengah hubungan mereka. perasaan bersalah itu selalu muncul di pikiranku.
Di tengah malam aku turun kebawah, hendak mengisi perutku yang kosong yang sedari siang belum terisi. Ku melangkah menuju meja makan, kulihat di setiap sudut ruang sudah sepi dan sudah tak terdengar suara Lala dan Mas Alan yang aneh.
Ku duduk di atas kursi, dan ku ambil nasi ke atas piringku. Ku nikmati masakanku sendiri dengan sangat nikmat. Tanpa ku sadari ada sepasang mata yang mengawasi kegiatanku tersebut.
Ya Mas Alan yang mengamati kegiatanku tadi, dia menghampiriku setelah aku menghabiskan makananku dan mencuci piring bekas makanku.
"lain kali waktu makan malam tiba, cepat makan. Jangan biarkan kami menunggu lama," ucapnya datar yang mengejutkanku.
"tadi belum lapar, maaf membuat kalian menunggu," ucapku tanpa memandangnya dan berlalu meninggalkan Mas Alan yang masih berdiri di tempatnya.
"kalau suami masih berbicara itu jangan asal pergi. Tidak sopan sekali," selorohnya langsung menghentikan langkahku.
"apa lagi yang mau kau bicarakan Mas? Jika hanya ingin melukai hatiku lebih baik simpan saja kata katamu," ucapku tanpa menoleh.
"jangan sampai kejadian ini terulang lagi, waktu makan cepat makan dan jangan biarkan aku menunggu berjam jam," ucapnya.
"iya aku tak akan mengulanginya, maaf. Aku permisi dulu mas," pamitku dengan sopan pada Mas Alan.
Aku tak melihat ekspresi di wajah Mas Alan, karna aku membelakanginya. Dan meninggalkannya yang masih berdiri di tempatnya.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.