Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 002. Rencana Setelah Lulus Kuliah
Andreas jarang diberi makan di rumah keluarga Grayden. Hal itu dikarenakan dia dianggap sering melakukan pelanggaran di rumah besar itu. Maka sebagai salah satu hukumannya adalah dia tidak boleh makan.
Jadi, tentu saja dia sering merasa lapar di rumah itu.
Kelaparan di rumahnya ya....
Bukan berarti dia kurang makan, sebenarnya, sehingga menjadikan tubuhnya tampak sedikit kurus sampai saat ini.
Tidak..., tidak begitu.
Terkadang dia membeli makanan di luar rumah. Itu dari hasil menjual lukisannya yang lumayan punya harga tinggi. Karena memang hasil lukisannya membuat pembelinya puas.
Seperti sudah disinggung sebelumnya Andreas memiliki salah satu bakat, yaitu melukis. Dan dia sudah bisa menghasilkan cukup banyak cuan dari hasil melukisnya itu.
Dan dari hasil menjual lukisan yang menghasilkan banyak duit, Andreas bisa membiayai kuliahnya sendiri. Di fakultas yang sesuai dengan keinginan dan salah satu bakatnya, yaitu fakultas desainer bangunan atau interior.
Sementara keluarga Grayden sama sekali tidak mau membiayai kuliahnya yang sesuai dengan fakultas yang dia inginkan. Alasannya sudah bisa ditebak.
"Fakultas itu terlalu mahal! Kamu cuma buang-buang duit papa kalau kamu kuliah di situ!" cerocos Tuan Hendrick dengan marah kala itu. "Anak pembuat onar seperti kamu pasti tidak akan memperoleh hasil yang gemilang di situ...."
"Kamu jangan belagu, Andre!" Evelyne ikut menyemaraki kemarahan papanya. "Kamu pikir fakultas itu adalah fakultas yang gampangan. Orang yang tidak punya bakat apa-apa seperti kamu mana bisa bersaing di situ...."
"Kamu jangan coba-coba mau menyaingi Leon," lanjut Evelyne dengan berapi-api, "kamu nggak akan pernah bisa...."
"Benar kata papa, Andre," tandas Stephanie bernada ketus dan sinis, "kamu cuma buang-buang uang saja kuliah di fakultas bergengsi itu. Kamu itu tidak punya bakat apa-apa untuk menjadi desainer interior. Tidak usah berkeinginan yang macam-macam lah kamu."
"Nak, kamu kuliah di fakultas bisnis saja," Nyonya Victoria ikut berperan membujuk dengan halus seolah memilihkan yang terbaik buat Andreas. "Toh nantinya kamu juga akan bekerja di perusahaan papamu...."
"Biar Leon, kakakmu saja yang berkuliah di situ, karena Leon lebih bisa dari pada kamu," lanjut Nyonya Victoria masih dengan gaya lemah lembutnya.
"Menurut saja sama papa ya, Andre! Jadilah anak yang baik, nak...."
Entah apa yang ada dalam pikiran keluarga Grayden, mereka sama sekali tidak melihat bakatnya di bidang desainer interior. Bahkan mereka sepakat meremehkannya.
Akhirnya Andreas dikuliahkan di fakultas bisnis, di kampus yang termurah dengan fasilitas yang tergolong tidak mewah.
Sungguh menyedihkan....
Itu pun Andreas berkuliah di kampus murah itu cuma setahun kurang lebih. Setelah itu keluarga Grayden tidak mau lagi bertanggung jawab untuk membiayai kuliah pemuda malang itu. Dengan alasan Leonard butuh banyak duit untuk biaya kuliahnya.
Sungguh ini cuma alasan yang dibuat-buat oleh mereka. Karena meski Tuan Hendrick seorang yang membiayai kuliah Leonard dan Andreas sekaligus, tidak akan mempengaruhi kekayaan keluarga Grayden yang melimpah ruah.
Apalagi Stephanie yang seorang CEO di perusahaan butik, cabang perusahaan Grayden Group dan Evelyne yang seorang dokter di rumah sakit ternama di Kota Nevan City ini ikut membantu, tambah tidak akan mempengaruhi kekayaan keluarga Grayden bukan?
Tapi sudahlah....
Keluarga Grayden tidak pernah mau mengerti akan keinginannya, bahkan tidak perduli akan apa yang dia inginkan.
Di mata keluarga Grayden seorang Andreas hanyalah seonggok sampah yang tidak berguna, yang tidak punya bakat apa-apa selain hanya berbuat onar di keluarga Grayden.
Seorang yang tidak punya masa depan yang gemilang, seorang yang tidak pantas dibela dan didukung.
Sedangkan seorang Leonard merupakan cahaya penerang bagi kebahagiaan keluarga, seorang penerus kekayaan dan bisnis keluarga Grayden. Seorang yang lebih pantas dibela dan didukung.
Sudahlah....
Meski tanpa dukungan orang-orang yang dia masih anggap keluarga, Andreas sampai detik ini masih mampu berpijak di atas kakinya untuk berjuang. Masih mampu membiayai kuliahnya dengan hasil jerih payahnya.
Ada untungnya juga keluarga Grayden hampir tidak pernah menghiraukan tentang apa yang diperbuat seorang Andreas. Jadi, kuliahnya yang sebentar lagi akan selesai tidak pernah terusik.
★☆★☆
Waktu bergulir seakan begitu cepat, menggulirkan berbagai takdir pahit dan peristiwa kejam yang begitu banyak.
Tanpa terasa Andreas sudah menyelesaikan kuliahnya dengan meraih nominasi salah satu predikat terbaik di fakultasnya, lebih tepatnya juara dua.
Itu hasil keringat dan jerih payah serta semangat membaranya seorang diri. Tanpa sepeserpun mendapat bantuan dari keluarga Grayden yang katanya keluarganya, apalagi dukungan.
Catat itu....!!!
Andreas memang pemuda yang pintar lagi cerdas, pemuda yang penuh semangat juang untuk meraih impian. Meski tidak mendapat dukungan dari keluarga Grayden, bahkan mereka menghina dan menindasnya.
Siapa pun tidak ada yang boleh meremehkan seorang Andreas. Meski keluarga Grayden tidak pernah menganggap seorang Andreas.
Acara wisuda sudah selesai dengan penuh khidmat. Saat ini para mahasiswa yang telah lulus kuliah tengah merayakan kegembiraan mereka. Sebagian merayakan dengan keluarga masing-masing.
Foto bersama keluarga atau bersama teman-teman yang telah lulus kuliah, demi mengabadikan momen penting penuh bahagia dalam hidup mereka.
Sedangkan Andreas cuma bisa menyaksikan momen bahagia orang-orang itu dari kejauhan, sambil tersenyum penuh kesahajaan.
Dia sudah cukup bahagia menikmati hasil kerja kerasnya selama ini, tanpa harus merayakannya.
Dia sudah cukup puas memperoleh predikat terbaik di fakultasnya, tidak perlu dukungan maupun pengakuan keluarganya, keluarga Grayden.
Yang terpenting sekarang bagaimana merancang masa depannya setelah ini, untuk lebih memperoleh banyak uang setelah lulus kuliah.
Agar dia bisa berdiri dengan lebih kokoh lagi di atas kedua kakinya. Agar dia tidak diremehkan lagi oleh keluarganya. Agar, bukan saja keluarga Grayden mengakui kemampuannya, bahkan juga dunia.
★☆★☆
"Ndre, kamu kok sendirian di sini?" teman akrabnya yang bernama Julian Robert yang juga sudah lulus datang menghampirinya. "Nggak bareng teman-teman merayakan momen bahagia ini?"
"Aku sudah cukup bahagia merasakan hasil jerih payahku selama ini, Lian," tanggap Andreas sambil tersenyum bersahaja. "Nggak dirayain juga nggak papa."
"Sebenarnya aku kecewa sama kamu, Ndre," kata Julian seolah menegur. "Harusnya tuh, dengan kecerdasanmu yang begitu hebat, yang juara satu di fakultas desainer interior tuh kamu, bukan Nayla...."
"Nayla memang pantas mendapatkan peringkat itu, Julian," tanggap Andreas, ada nada mengalah dalam ucapannya. "Dia memang cewek yang pintar."
"Iya, semua orang tau kalau Nayla memang pintar," ucap Julian menanggapi balik. "Tapi siapa sangka di balik kepintaran seorang Nayla, ada campur tangan seorang Andreas di dalamnya."
Andreas terdiam, tidak menanggapi ucapan Julian. Sepasang matanya terus menyaksikan sekumpulan alumnus merayakan kelulusan mereka. Tapi benaknya memikirkan apa yang dikatakan Julian barusan.
Apa yang dikatakan Julian tidak sepenuhnya salah. Nayla, atau lebih lengkapnya Nayshilla memang tergolong mahasiswi yang pintar. Tapi Andreas cukup banyak berperan agar Nayshilla bisa diakui sebagai seorang mahasiswi yang pintar.
Sepanjang masa kuliah, Nayshilla tergolong sering meminta bimbingan Andreas pada hampir semua mata kuliah yang dia tidak pahami, terutama tentang desain interior. Apalagi pada semester terakhir.
Boleh dikata, Andreas merupakan mentor bagi Nayshilla selain dosen.
Andreas memang pemuda yang baik hati dan berpikiran sederhana. Siapa yang meminta bantuan kepadanya, tanpa banyak pikir langsung dia bantu.
"Aku malah curiga kamu sengaja mengalah agar Nayla bisa meraih juara satu," kata Julian bernada sinis.
"Sudahlah, Lian, nggak usah lagi bicara soal itu. Bagiku nggak penting meraih juara yang terbaik. Yang penting aku sudah lulus dengan baik dan mulus, tanpa gangguan keluargaku."
"Itu sudah cukup bagiku...."
"Jangan-jangan kamu suka sama Nayla, Ndre," kata Julian mengusik hati Andreas, "hingga kamu sengaja mengalah demi dia meraih predikat terbaik."
"Kamu jangan mengada-ngada, Lian," bantah Andreas langsung, "dunia akan menertawakan aku kalau aku sampai suka sama anak pengusaha kaya itu. Dan juga keluargaku pasti akan lebih berat lagi menindasku kalau aku sampai menyukainya."
"Aku membantu cewek itu tanpa ada niatan apa-apa. Kamu harus tahu itu!"
"Tapi setidaknya dia harus berterima kasih padamu 'kan?"
"Apa rencanamu setelah lulus kuliah, Lian?" Andreas langsung merubah topik pembicaraan. Dia sudah jengah mendengar ocehan Julian yang menurutnya tidak penting.
"Kalau kamu, gimana?" Julian malah balik bertanya dengan nada sedikit kesal, Andreas malah merubah topik pembicaraan.
"Entahlah, aku belum tahu spesifiknya," sahut Andreas bernada mendesah. "Yang jelas aku akan terus mengembangkan bakat melukisku. Dan semoga gelarku sebagai desainer bisa menghasilkan banyak duit."
"Ya, aku doakan semoga kamu sukses dengan bakatmu itu," dukung Julian sepenuh hati.
"Apa... kamu nggak kasih tahu keluargamu kalau kamu sudah lulus kuliah?" lanjut Julian seperti menganjurkan. "Bahkan dengan prestasi yang tergolong memuaskan...."
"Aku rasa nggak perlu," sahut Andreas pesimis, "mereka pasti nggak akan menghargai. Apalagi sejak awal mereka nggak dukung aku agar kuliah di fakultas yang aku inginkan."
"OK lah. Yang jelas aku tetap mendukung apapun yang kamu lakukan. Aku harap kamu bisa tenang."
"Kamu memang sahabatku yang terbaik," sambut Andreas sambil tersenyum hangat.
"O iya, aku mungkin akan bekerja di perusahaan papaku setelah ini," kata Julian seolah teringat dengan pertanyaan Andreas tadi. "Kalau kamu mau, aku bisa rekomendasikan kamu bekerja di perusahaan papaku."
"Untuk saat ini nggak usah dulu, Lian," tolak Andreas dengan halus. "Terima kasih....."
"Kamu nggak usah sok sungkan begitu, Andre. Kita sudah bersahabat sejak SMA. Ayo lah...!"
"Beneran, nggak usah dulu. Untuk saat ini aku nggak pingin dulu ngelamar kerjaan. Aku berencana pingin keluar dari rumahku yang bagai neraka itu. Jadi, rencanaku sekarang pingin cari kontrakan."
"Gimana kalau hari ini kamu keluar aja dari rumah kamu itu," tawar Julian serius, "dan tinggal untuk sementara di rumahku?"
"Nggak usah, aku nggak mau merepotkan," tolak Andreas lagi dengan halus.
"Baiklah," kata Julian mengalah. "Tapi kalau kamu pingin tinggal di rumahku, kamu nggak usah sok sungkan untuk mengatakannya."
Andreas hanya tersenyum mengangguk membalas tawaran sahabat baiknya itu.
★☆★☆★
Semoga berkenan....