NovelToon NovelToon
Since The Beginning In You

Since The Beginning In You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Kisah cinta masa kecil / Cinta Murni / Rebirth For Love / Idola sekolah
Popularitas:643
Nilai: 5
Nama Author: Xi Xin

Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan Yang Kacau

Wira tidak tahu caranya membuat Felyn berhenti menangis, ia hanya menatap dengan tatapan sedih namun tak bisa berbuat apapun.

"Saya tidak tahu bagaimana caranya membujuk seseorang. Jadi, menangislah, tidak perlu menahan kesedihanmu," ucap Wira dengan nada pelan.

Felyn mengangguk. Ia menghapus air matanya dan kembali tersenyum. Ia tidak mau membuat Wira tidak nyaman dengan sikapnya yang tiba-tiba seperti itu. "Ah, maafkan aku kak Wira. Aku sudah berhenti menangis sekarang," Felyn beeusaha menyembunyikan kesedihannya, dia tersenyum di depan Wira.

Wira tahu bahwa Felyn belum bisa sepenuhnya menghapus kesedihan di hatinya, tetapi ia juga tidak bisa membantu Felyn.

"Tidak ada gunanya menyesal, waktu tidak bisa diputar kembali. Di waktu sekarang, kita harus terus maju untuk waktu yang akan datang."

Felyn terkejut sekaligus bingung mendengar ucapan Wira. "Kenapa kakak tiba-tiba bilang gitu?" tanya Felyn.

Wira tidak menjawab. Ia berdiri dari kursinya, "Ayolah, pergi ke suatu tempat yang lebih menyenangkan!" usulnya sambil tersenyum.

Felyn masih bingung dengan sikap Wira yang aneh. Mereka keluar dari kafe itu sambil berjalan tanpa tujuan yang pasti. Langkah Wira sangat panjang, Felyn terus menerus menyusulnya, tetapi Wira tidak sadar akan hal itu, ia hanya fokus pada dirinya sendiri.

Felyn berhenti berjalan, langkah kakinya terasa berat. "Kak Wira!" panggilnya.

Wira berbalik dan baru menyadari kalau Felyn tertinggal di belakangnya. "Ah, maaf. Langkahku terlalu lebar kan? Kamu tidak bisa menyesuaikannya."

Felyn mengangguk, tetapi bukan itu yang ia maksud. "Bukan karna itu aku memanggil kakak."

"Lalu? Kamu mau nanya apa lagi?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin bilang, aku mau ke toko buku saja. Aku tidak mau ke tempat lain," pinta Felyn dengan wajah sedih.

Wira melihat ke seberang jalan. "Emm, gitu? Kayaknya kamu emang nggak suka diajak ke tempat lain ya."

Felyn mengangguk. "Bagiku tempat lain hanya membuat berisik, membuang uang, tidak ada manfaatnya."

"Lain halnya kalau aku ada di Gramelove. Tempat di mana aku bisa membaca dengan tenang dan juga bisa membuang uangku dengan hal berguna," lanjutnya panjang lebar.

Wira tidak bisa menolak permintaan Felyn yang kekeh ingin kembali ke Gramedia. "Oke, kita balik ke sana lagi aja kalau kamu memang mau!"

Saat mereka berjalan berdampingan, orang yang berpapasan dengan Felyn dan Wira membicarakan tentang mereka. Tetapi sifat Wira dan Felyn hampir sama, kalau hal ini terjadi mereka tidak akan pernah peduli dengan apa yang terucap dari mulut orang lain kepada diri mereka.

Itu, lihat nggak tadi? Yang cewek masih pakai seragam sekolah.

Iya, kayaknya masih SMA deh?

Lihat mereka berdua, yang cowok ganteng, tapi yang cewek kayak anak SD pendek banget.

Ish, nggak cocok banget sumpah!

Dari SMA yang bagus itu nggak sih?

Eh, iya. SMA Kar.....apa gitu ya namanya. Pokoknya SMA bergengsi.

Pantas aja bisa berkeliaran seenaknya, cowoknya lebih tua kali?

Atau itu kakaknya? Atau saudaranya?

Bisa jadi, tapi nggak mungkin saudara ngajakin ke kafe tapi belum pulang ke rumah.

Wira menatap wajah Felyn, Felyn balik menatapnya. "Tidak perlu mendengarkan omongan mereka, oke?" pintanya sambil tersenyum.

Felyn mengerti. "Iya, Kak. Aku emang nggak mau dengarin mereka kok, nggak usah khawatir."

Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya sampai di Gramedia lagi. Wira dan Felyn berdiri di depan tempat itu, karena Wira tiba-tiba berhenti melangkahkan kakinya. Ia juga menatap Felyn dengan tatapan serius.

Felyn mengerutkan kedua alisnya. "Kenapa?" tanya Felyn dengan wajah bingung.

Wira membuka ponselnya, ia menunjukkan sekarang sudah pukul 17:34 WIB, sudah sangat sore.

"Kamu tahu apa artinya?" tanya balik Wira.

"Ya, aku tahu. Udah mau malam, seharusnya aku langsung pulang saja tadi."

"Walau saya tidak termakan omongan orang lain, tapi ada benarnya juga. Anak sekolah tidak boleh berkeliaran sampai jam segini, saya akan dikira macam-macam nanti."

Felyn mengangguk tanpa ragu. "Emm, iya aku tahu. Tapi aku belum masuk ke dalam karna tadi kita...."

"Karna tadi kita ke kafe? Fel, masih ada besok! Kamu masih bisa ke sini besok," sambung Wira dengan raut wajah gelisah.

Felyn hanya terdiam, ia mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan oleh Wira padanya. Ia juga melihat bahwa Wira benar-benar khawatir tentangnya.

Triing! Triing!

Ponsel Wira berdering. Tanpa rasa ragu, ia langsung mengangkat teleponnya dan meninggalkan percakapannya dengan Felyn. Ia memberi isyarat pada Felyn untuk menunggunya, karena dia akan berbicara di telepon.

"Fel, aku angkat telepon dulu ya? Kamu tunggu di sini dulu," bisik Wira sambil menutup lubang audio ponselnya.

Felyn mengangguk ragu, tetapi Wira tidak curiga. Ia pun langsung pergi untuk mencari tempat yang sepi untuk berbicara dengan peneleponnya itu. Sementara Wira pergi, Felyn mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam Gramelove dan memutuskan untuk kembali pulang secepatnya. Tetapi ia tidak bisa menunggu sampai Wira selesai berbicara di telepon.

Ia pun pergi menghampiri satpam yang berdiri di depan pintu masuk Gramelove. "Permisi, pak. Saya mau minta tolong."

"Ah, iya. Ada apa?" tanya satpam itu dengan tegas.

Felyn menunjuk ke arah Wira yang sedang menelepon di dekat pohon. "Pak, saya mau minta tolong. Kalau pria itu mencari saya, bilang kalau saya sudah pulang duluan," pesannya.

Satpam itu melihat ke Wira. "Oh, iya. Saya akan bilang nanti kalau orangnya ke sini."

Felyn tersenyum kecil. "Makasih, ya Pak. Saya permisi!" pamitnya dengan sikap sopan.

"Iya. Hati-hati!"

Wira sudah selesai menelepon di ponselnya, ia pun bergegas kembali ke depan Gramelove. Tetapi ia tidak melihat Felyn di tempat ia berdiri tadi, ia melihat ke sekeliling, tapi tidak menemukannya.

Ia pun bergegas masuk ke toko itu karena dia mengira Felyn mungkin sudah lebih dulu masuk ke dalam sana dan sedang membaca buku, tetapi Felyn tidak ada di dalam sana.

Ia mulai kebingungan. "Ke mana dia?" tanya Wira.

Saat ia berdiri di depan pintu, satpam yang tadi datang menghampirinya. "Permisi, Mas."

"Iya, Pak. Ada apa ya?"

"Tadi gadis yang sama Mas itu udah pulang duluan, saya disuruh kasih tahu Mas."

Wira terdiam sejenak. "Oh, gitu ya Pak. Terima kasih sudah kasih tahu saya Pak!"

"Iya, sama-sama."

Wira berjalan meninggalkan Gramelove dengan pikiran yang kacau. Ia mencari tahu apa yang membuat Felyn bersikap aneh, padahal ia tidak melakukan sesuatu yang salah pada Felyn.

Dia masuk ke dalam mobilnya dan yang hanya ia pikirkan adalah 'kenapa dengan Felyn?' bahkan ia memikirkannya saat sedang menyetir hingga sampai di rumahnya. Untungnya tidak terjadi kecelakaan, Wira bisa fokus dengan mobil yang ia sedang ia bawa tadi.

BERSAMBUNG .....

1
SISIN [Snow Fuyu]
Kisah cinta remaja yang tidak biasa
SISIN [Snow Fuyu]
Yuk mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!