Nathan Hayes adalah bintang di dunia kuliner, seorang chef jenius, tampan, kaya, dan penuh pesona. Restorannya di New York selalu penuh, setiap hidangan yang ia ciptakan menjadi mahakarya, dan setiap wanita ingin berada di sisinya. Namun, hidupnya bukan hanya tentang dapur. Ia hidup untuk adrenalin, mengendarai motor di tepi bahaya, menantang batas yang tak berani disentuh orang lain.
Sampai suatu malam, satu lompatan berani mengubah segalanya.
Sebuah kecelakaan brutal menghancurkan dunianya dalam sekejap. Nathan terbangun di rumah sakit, tak lagi bisa berdiri, apalagi berlari mengejar mimpi-mimpinya. Amarah, kepahitan, dan keputusasaan menguasainya. Ia menolak dunia termasuk semua orang yang mencoba membantunya. Lalu datanglah Olivia Carter.
Seorang perawat yang jauh dari bayangan Nathan tentang "malaikat penyelamat." Olivia bukan wanita cantik yang akan jatuh cinta dengan mudah. Mampukah Olivia bertahan menghadapi perlakuan Nathan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ARTIKEL BERITA YANG VIRAL
Malam itu, Jason duduk di dalam mobilnya yang terparkir tak jauh dari sebuah kafe yang biasa dikunjungi para jurnalis. Ia sedang menunggu seseorang, seseorang yang sudah ia hubungi sejak beberapa minggu lalu, seorang jurnalis yang pernah menulis berita-berita besar tentang dunia kuliner dan selebritasnya. Namanya Felicia Marden. Perempuan yang dikenal tajam, oportunis, dan sangat lihai menggali sensasi.
Tak lama, Felicia datang. Tubuhnya ramping, berpakaian santai tapi berkelas, dengan tablet di tangannya. Ia masuk ke mobil tanpa basa-basi.
“Ini tentang Nathan Hayes, bukan?” tanyanya sambil menyipitkan mata, langsung to the point.
Jason mengangguk. “Aku punya data... yang belum pernah sampai ke publik. Sesuatu yang bisa membuat namanya jatuh dalam satu malam.”
Felicia mengangkat alisnya. “Aku butuh lebih dari sekadar rumor, Jason.”
Jason lalu menyerahkan flashdisk kecil. “Di dalamnya ada laporan insiden yang pernah terjadi lima tahun lalu di Lyon, Prancis. Saat Nathan magang sebagai chef di restoran Michelin Star. Kau bisa cek email-emailnya, rekaman percakapan, bahkan catatan dari kepala dapur saat itu. Semua ada.”
Felicia mengambil flashdisk itu, menggenggamnya seolah menggenggam batu permata. “Dan kau ingin... apa?”
Jason tersenyum miring. “Hancurkan reputasinya. Perlahan tapi pasti. Mulai dari media online, lalu biarkan publik yang menghakimi.”
Felicia mengangguk tipis. “Aku akan menyusun ceritanya. Tapi aku butuh sesuatu lagi... seseorang yang bisa dikutip, walau anonimus. Seseorang dari dalam lingkarannya.”
Jason memandang keluar jendela. “Kau akan punya itu juga. Percayalah... Nathan bahkan belum sadar kalau ia sedang berjalan menuju jurang.”
Felicia tersenyum licik. “Berarti ini akan jadi headline.”
___
Besok paginya, di salah satu portal media kuliner ternama, muncul sebuah artikel bersambung
“Skandal Tersembunyi: Sosok Chef Terkenal Nathan H Pernah Terlibat Insiden Diskriminatif di Restoran Bergengsi Eropa?”
Artikel itu masih menggunakan bahasa ‘diduga’ dan ‘narasumber anonim’, tapi cukup untuk mengguncang jagat maya. Nama Nathan mulai jadi bahan pembicaraan. Di media sosial, mulai muncul komentar negatif, dan beberapa akun gosip mulai mengaitkannya dengan kepribadian Nathan yang temperamental.
Dan Nathan belum tahu... berita itu sedang menyebar.
Pagi itu, Erick sedang berada di kantornya, memeriksa laporan harian dari salah satu cabang restoran Nathan. Ia menyesap kopi sambil membuka tablet yang terhubung ke notifikasi berita kuliner dan media sosial.
Namun, tatapannya langsung berubah saat salah satu headline mencolok muncul di layar:
"Skandal Tersembunyi: Chef Nathan H Terlibat Insiden Diskriminatif Saat Magang di Prancis?"
Alis Erick mengerut tajam. Ia segera mengetuk layar dan membaca isi artikelnya dengan cepat. Kata demi kata menghujam pikirannya. Artikel itu tidak menyebutkan secara gamblang, tapi narasi yang dibentuk cukup untuk menggiring opini publik bahwa Nathan adalah pribadi yang angkuh, tidak profesional, bahkan arogan sejak dulu.
“Siapa yang berani” gumam Erick, geram.
Ia lalu membuka Twitter dan Instagram. Tagar #NathanHayes, #ChefKontroversial, dan #SkandalKuliner mulai ramai dibicarakan. Komentar warganet terbagi dua sebagian tak percaya, sebagian langsung menghakimi.
Erick menghempaskan tubuhnya ke kursi.
“Ini pasti bukan kebetulan. Terlalu rapi. Terlalu... menyakitkan.”
Ia tahu Nathan memang punya sisi keras, tapi bukan berarti pantas diperlakukan seperti ini. Dan yang paling mengganggu Erick adalah: hanya sedikit orang yang tahu soal insiden itu. Hanya orang-orang internal. Sangat sempit.
“Ini bukan kerjaan orang luar...” gumamnya pelan.
Ia langsung menghubungi seseorang melalui ponselnya. “Cek siapa saja yang punya akses ke catatan Nathan selama magangnya di Lyon. Dan cari tahu siapa yang pernah terlibat konflik dengan dia, terutama orang yang dulu magang bareng.”
Begitu telepon ditutup, Erick duduk termenung. Ia harus bertindak cepat. Nathan masih belum tahu, dan saat berita ini sampai ke telinganya dalam kondisi emosinya yang baru mulai stabil itu bisa menghancurkannya lagi dari dalam.
“Aku nggak akan diam. Siapa pun yang main belakang, akan aku bongkar,” batinnya dengan rahang yang mengeras.
Sore itu, Olivia baru saja selesai menyuapi Nathan yang tampak lebih tenang dan ceria dari biasanya. Tangan Nathan kini mulai bisa digerakkan perlahan. Mereka sempat berbincang singkat tentang buku dan musik sebelum akhirnya Nathan tertidur di kursi malas di teras belakang.
Olivia kembali masuk ke dalam rumah dan mendapati Erick berdiri di dekat pintu ruang tamu, wajahnya serius.
“Ada apa, Erick?” tanya Olivia, mendekat.
Erick menoleh, menarik napas panjang sebelum menjawab. “Aku harus bicara sebentar. Tapi... jangan panik dulu.”
Wajah Olivia langsung berubah. “Ini tentang Nathan?”
Erick mengangguk pelan. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, menunjukkan layar yang menampilkan artikel berita daring yang sedang viral. “Baru saja keluar siang ini. Seseorang mengungkit skandal lama Nathan, saat dia masih magang di Prancis. Cerita tentang konflik dia dengan staf senior di sana. Dulu itu kasus tertutup. Tapi sekarang... dibuka lagi.”
Olivia membaca cepat isi berita itu, lalu menatap Erick tak percaya. “Tapi... ini fitnah, kan? Maksudku, Nathan memang temperamental, tapi...”
“Ya, aku tahu. Dan benar, cerita ini dibumbui, diseret ke arah yang tidak adil. Tapi kamu tahu sendiri, publik tidak peduli mana yang fakta dan mana yang narasi. Mereka menelan mentah-mentah.”
Olivia menarik napas panjang, cemas. “Nathan belum tahu?”
“Belum. Dan aku harap dia tidak tahu dalam waktu dekat. Aku akan coba redam di media sebisa mungkin. Tapi aku harus jujur, Liv, ini bukan kerjaan sembarangan. Seseorang jelas ingin menjatuhkan Nathan secara sistematis. Dan ini baru permulaan.”
Olivia menggenggam tangan Erick. “Kita nggak boleh tinggal diam, Erick.”
Erick menatapnya, dan dalam kepanikan itu, ia sempat terpaku sejenak pada wajah Olivia yang serius tapi tetap tenang dan lembut.
___
Di dalam ruang kerjanya yang tertutup rapat, Jason duduk santai dengan secangkir kopi di tangannya. Di hadapannya, layar laptop menampilkan artikel berita yang kini tengah ramai dibicarakan publik, skandal lama Nathan yang kembali mencuat ke permukaan. Jason tersenyum miring, dingin, dan puas.
“Bagus,” gumamnya pelan, jemarinya mengetuk-ngetuk meja kayu. “Hanya butuh sedikit percikan... dan dunia mulai terbakar.”
Ia membuka tab lain, akun anonim yang digunakan untuk menyebarkan potongan email lama dan pesan-pesan manipulatif yang disusun dengan rapi. Beberapa akun gosip kuliner terkenal mulai mengambil umpan itu dan menambah bumbu.
Jason menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, membayangkan reaksi Nathan saat membaca semua ini. Ia tahu betul bagaimana Nathan yang keras kepala dan penuh harga diri akan merasa terpukul. Dan Jason tahu, luka di masa lalu itu masih ada. Dia hanya perlu membuka kembali borok lama itu, lalu menunggu.
“Satu demi satu akan kubuat hancur,” bisiknya lirih. “Reputasi, kepercayaan, dan bisnisnya. Karena selama ini, kau berdiri di depan pintu yang seharusnya menjadi jalanku.”
Jason lalu mengambil ponsel dan mengirim pesan ke seseorang
“Langkah pertama sudah berjalan. Siapkan dokumen untuk tahap kedua. Aku akan hubungi kau malam nanti.”
Ia menyeringai, lalu menutup laptopnya.
“Ini baru pemanasan, Nathan Hayes.”
Olivia hanya anggap erick sekedar tmn dan nathan berusaha mendekatkan erick sm olivia....
Olivia tidak akan bahagia bersama erick cintanya hanya tuk nathan pria sangat dikagumi dan dicintainya...
Lanjut thor💪💪💪💪💪
Jason sangat iri sm erick sangat sipercaya sm nathan ketimbang jason dan nathan pasti tahu mana yg jujur dan tidak....
Tunggu aja sampai bukti2 kuat terkumpul pasti tamat riwayatmu jason dan nathan tidak akan mengampuni seorang pengkhianat...
tp nathan merasa tidak pantas buat olivia krn lumpuh olivia mencintai nathan sangat tulus gimanapun keadaan nathan...
lanjut thor💪💪💪💪💪
Semenjak kehadiran olivia nathan kembali semangat lagi dan hidupnya penuh warna...
Tp nathan memendam rasa cintanya kpd olivia dan merasa tidak pantas buat olivia krn lumpuh....
lanjut thor...
semangat selalu💪💪💪💪💪
Ada mom carrolotte dan olivia sll kasih dukungan dan semangatnya.....
lanjut thor💪💪💪💪💪
Nathan sangat merasa minder/tidak pantas buat olivia dan ungkapan aja nathan perasaannya pd olivia....
krn olivia jg merawat nathan dangat tulus dan ikhlas nathan bisa bangkit dr keterpurukan hrs berusaha tuk sembuh dengan terapi pasti bisa jalan lagi....
lanjut thor....
semangat selalu...
sehat selalu.....