Pasangan rumah tangga Kisman dan Mawar kehilangan anak satu-satunya karena sakit. Mereka tidak bisa menerima kenyataan pahit dan menginginkan putri mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Kumuh
Dalam perjalanan menuju ke kota kumuh,
Tentu saja kota kumuh bukanlah nama tempat aslinya. Melainkan sebuah sebutan bagi wilayah yang memang belum tertata rapi dan birokrasinya masih serba semrawut.
Duduk berduaan di dalam bus kota yang tengah melaju dengan kencang.
Lengan Mawar dan lengan Kisman bergandengan. Bahu Kisman menjadi sandaran kasih sayang untuk kepala Mawar.
Di dalam bus yang sesak penumpang itu kekuatan cinta menjadikan dunia seakan hanya milik mereka berdua.
Ada dua kejadian aneh yang seolah-olah khusus ditujukan kepada Mawar dan Kisman di dalam bus yang mereka tumpangi.
Pertama terjadi saat Mawar dan Kisman baru saja duduk di bangku penumpang. Seorang anak kecil yang lelap tertidur duduk di bangku belakang mereka tiba-tiba terbangun kemudian menangis.
Tangisan keras itu berhenti setelah cukup lama mengganggu Mawar dan Kisman yang duduk di kursi depannya.
Yang kedua adalah dalam perjalanan menuju ke kota kumuh bus mereka sempat berhenti lama. Penyebabnya Kisman dan Mawar beserta para penumpang lainnya melihat dengan mata kepala mereka sendiri.
Ketika bus itu melewati persawahan ada seekor kerbau yang sedang dipakai untuk membajak sawah lepas kendali.
Kerbau itu mengamuk dan berlari ke tengah jalan raya.
Kerbau itu berhenti tepat di depan bus yang hendak membawa Kisman dan Mawar menuju ke kota kumuh.
Pak sopir dan kondektur sampai harus ikut turun dari bus untuk membantu orang-orang yang bersusah payah menenangkan si kerbau dan menggiring binatang itu kembali masuk ke sawah.
*
Sebelum matahari meninggi Kisman dan Mawar sudah sampai di kota kumuh.
Kisman tidak buru-buru mencari Bandi. Ia dan istrinya ingin jalan-jalan terlebih dahulu.
Sebuah kebetulan yang unik dan tanpa direkayasa.
Saat sedang berjalan-jalan Kisman dan Mawar secara tidak sengaja bertemu dengan penjual permen gulali.
“Beli permen gulali nya satu”, kata Kisman.
“Mau yang bentuk apa?”, tanya penjual itu.
“Biar aku buat sendiri”,
Pedagang itu membolehkan pembelinya yang satu ini untuk membuat bentuk permen gulali nya sendiri.
Dengan pandai Kisman membentuk permen gulali yang ia beli. Penjualnya pun cukup kagum dengan kemampuan Kisman yang terlihat begitu jago.
Kisman membuat permen gulali berbentuk hati untuk sang istri.
“Untuk mu”, kata Kisman kepada Mawar.
Tingkah romantis itu berhasil membuat hati Mawar bahagia.
Momen kebersamaan selanjutnya pasangan suami istri itu adalah ketika mereka jajan makan siang bersama.
Meski bukan makan malam mewah namun tetap saja kebersamaan ini tidak bisa dibuat-buat begitu saja.
Di warung makan yang hanya menjual hidangan sate kelinci.
Siang hari di bawah terik sinar matahari yang membuat semua orang berkeringat karena kepanasan. Mawar dan Kisman suap-suapan.
Suapan pertama dari tangan Kisman selalu untuk istrinya. Hal ini mengingatkan mereka seperti waktu awal-awal menikah dulu. Berlagu manis nan malu-malu.
Mawar mengusap bumbu kacang yang belepotan di sekitar mulut Kisman pakai tisu.
Kisman mengambil gelas Mawar, menghabiskan air jeruk yang rasanya sedikit manis lebih berasa kecut.
“Sekarang kita mau kemana lagi?”,
“Kita akan pergi menemui Bandi”,
*
Bertemu Bandi,
“Jika ingin mencariku pergilah ke tempat tukang cukur yang berada di dalam pasar”,
Itulah pesan Bandi sewaktu di dalam penjara.
Kisman mengajak Mawar pergi ke sana.
Setibanya di dalam pasar Kisman malah bingung. Ia dan istrinya sudah sampai di tempat tukang cukur di dalam pasar kota kumuh.
Tapi tukang cukur yang mana?
Di sana ada banyak tukang cukur. Tempat mereka berjajar panjang.
Jika dihitung ada mungkin sepuluh tukang cukur. Atau bahkan lebih.