NovelToon NovelToon
Ku Yakin Bahagia Datang

Ku Yakin Bahagia Datang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Gendhis Az-Zahra Bimantoro harus menerima takdir kematian ayahnya, Haris Bimantoro dalam sebuah kecelakaan tragis namun ternyata itu adalah awal penderitaan dalam hidupnya karena neraka yang diciptakan oleh Khalisa Azilia dan Marina Markova. Sampai satu hari ada pria Brazil yang datang untuk melamarnya menjadi istri namun tentu jalan terjal harus Gendhis lalui untuk meraih bahagianya kembali. Bagaimana akhir kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kakak Tahu

Setelah kepergian Haris, Bismo semakin sibuk mengurus perusahaan. Waktu untuk keluarga menjadi sangat terbatas. Gendhis, yang masih berduka atas kepergian ayahnya, merasa semakin kesepian. Ia hanya tinggal berdua dengan Khalisa di rumah besar itu.

Sejak Haris meninggal, sikap Khalisa berubah drastis. Ia tidak lagi bersikap ramah dan sopan kepada Gendhis. Khalisa mulai menunjukkan sifat aslinya yang angkuh dan suka memerintah. Ia memperlakukan Gendhis seperti pembantu di rumah itu.

"Gendhis, cepat bersihkan rumah ini! Kamu ini memang tidak becus kerja!" bentak Khalisa, dengan nada yang kasar.

Gendhis hanya bisa menunduk dan menahan air matanya. Ia tidak berani melawan Khalisa. Ia tahu, setelah ayahnya meninggal, hanya Bismo yang menjadi tempatnya berlindung. Ia tidak ingin membuat masalah dengan Khalisa, karena takut Bismo akan marah padanya.

"Gendhis, siapkan makan malam untuk Mas Bismo. Dia akan pulang malam ini," perintah Khalisa, dengan nada yang dingin.

Gendhis segera bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Ia berusaha untuk tidak mengeluh dan melakukan semua pekerjaan rumah yang diperintahkan oleh Khalisa. Ia berharap, suatu hari nanti, Bismo akan menyadari perlakuan Khalisa padanya.

Suatu malam, Bismo pulang larut malam. Ia terlihat sangat lelah dan stres. Khalisa menyambutnya dengan senyuman yang dibuat-buat.

"Mas, makan malam sudah siap. Ayo kita makan," kata Khalisa, dengan nada yang lembut.

Bismo mengangguk dan mengikuti Khalisa ke ruang makan. Gendhis sudah menunggu mereka di sana. Ia menyajikan makanan dengan hati-hati.

Saat mereka sedang makan, Khalisa tiba-tiba berkata, "Mas, Gendhis ini memang tidak bisa diandalkan. Dia tidak bisa melakukan pekerjaan rumah dengan benar. Aku jadi capek sendiri mengurus rumah ini."

Gendhis terkejut mendengar perkataan Khalisa. Ia tidak menyangka Khalisa akan mengadukannya kepada Bismo.

Bismo menatap Gendhis dengan tatapan yang tajam. "Gendhis, kenapa kamu tidak bisa membantu Khalisa?" tanya Bismo, dengan nada yang kecewa.

Gendhis tidak bisa menjawab. Ia hanya bisa menunduk dan menahan air matanya. Ia merasa sangat sedih dan kecewa dengan sikap Bismo. Ia merasa Bismo tidak lagi mempercayainya.

Malam itu, Gendhis tidur dengan hati yang hancur. Ia merasa sangat kesepian dan tidak berdaya. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Khalisa. Ia hanya bisa berharap, suatu saat nanti, kebahagiaan akan datang padanya.

****

Suatu hari, Khalisa membawa seorang wanita paruh baya masuk ke dalam rumah. Wanita itu terlihat asing, dengan rambut pirang dan mata biru yang tajam. Khalisa memperkenalkan wanita itu sebagai tantenya yang berasal dari Rusia, Marina Markova.

"Gendhis, kenalkan ini Tante Marina, tante dari Rusia yang akan tinggal bersama kita," ucap Khalisa, dengan nada yang Formal.

Gendhis menyalami Marina dengan sopan, namun ia merasakan firasat buruk dari tatapan mata wanita itu. Marina hanya tersenyum sinis padanya, tanpa membalas uluran tangannya.

Sejak kedatangan Marina, hidup Gendhis berubah menjadi neraka. Jika Khalisa sudah kejam, maka Marina jauh lebih kejam dari keponakannya itu. Marina memperlakukan Gendhis seperti seorang tahanan di rumahnya sendiri. Ia melarang Gendhis keluar rumah, bahkan untuk sekadar membeli makanan.

"Kamu tidak pantas keluar rumah, Gendhis. Kamu hanya seorang pembantu di sini," ucap Marina, dengan nada yang merendahkan.

Setiap hari, Gendhis harus bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan untuk Khalisa dan Marina. Setelah itu, ia harus membersihkan seluruh rumah, mencuci pakaian, dan memasak untuk makan siang dan makan malam. Jika ia melakukan kesalahan sedikit saja, Marina tidak segan-segan untuk memarahinya atau bahkan memukulnya.

"Kamu ini memang bodoh! Tidak bisa melakukan pekerjaan dengan benar!" bentak Marina, sambil melemparkan lap kotor ke wajah Gendhis.

Gendhis hanya bisa menangis dalam diam. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia merasa sangat tidak berdaya menghadapi dua wanita kejam itu. Ia hanya bisa berharap, suatu hari nanti, Bismo akan menyadari penderitaannya dan menyelamatkannya dari neraka ini.

Suatu malam, Bismo pulang lebih awal dari biasanya. Ia melihat Gendhis sedang duduk di ruang tamu dengan wajah yang lebam. Bismo terkejut melihat kondisi adiknya.

"Gendhis, apa yang terjadi padamu?" tanya Bismo, dengan nada yang khawatir.

Gendhis menggelengkan kepalanya dan mencoba menyembunyikan air matanya. Ia tidak ingin Bismo tahu apa yang telah terjadi. Ia takut Bismo akan marah dan justru membuatnya semakin menderita.

Namun, Bismo terus mendesaknya. Akhirnya, Gendhis menceritakan semua yang telah ia alami selama ini. Bismo sangat marah mendengar cerita Gendhis. Ia tidak menyangka Khalisa dan Marina akan berbuat sekejam itu pada adiknya.

"Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu lagi, Gendhis," ucap Bismo, dengan nada yang penuh amarah.

Bismo berjanji akan mencari cara untuk melindungi Gendhis dari Khalisa dan Marina. Ia tidak akan membiarkan adiknya terus menderita di rumah itu.

****

Bismo yang dipenuhi amarah segera menghampiri Khalisa dan Marina. Ia menatap mereka dengan tatapan yang tajam, matanya menyiratkan kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.

"Khalisa, apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini?" tanya Bismo, dengan suara yang bergetar.

Khalisa dan Marina saling berpandangan, wajah mereka terlihat tegang. Khalisa mencoba untuk bersikap tenang, namun Bismo sudah tidak bisa lagi mentolerir perlakuan mereka terhadap Gendhis.

"Mas, tidak ada apa-apa. Gendhis saja yang terlalu berlebihan," jawab Khalisa, dengan nada yang dibuat-buat.

Bismo tertawa sinis. "Berlebihan? Kamu bilang berlebihan setelah apa yang sudah kalian lakukan padanya?!" tanya Bismo, dengan nada yang semakin tinggi.

Khalisa dan Marina terdiam, tidak berani menjawab pertanyaan Bismo. Mereka tahu, Bismo sudah mengetahui semuanya.

"Kalian sudah keterlaluan. Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti Gendhis lagi," kata Bismo, dengan nada yang tegas.

Khalisa mencoba untuk membela diri. "Mas, aku hanya ingin Gendhis belajar untuk mandiri. Dia harus bisa membantu aku mengurus rumah ini," ucap Khalisa, dengan nada yang memelas.

"Mandiri? Dengan cara kalian menyiksanya seperti ini?" tanya Bismo, dengan nada yang marah.

Perdebatan antara Bismo dan Khalisa semakin memanas. Marina yang sedari tadi diam, akhirnya ikut angkat bicara.

"Sudahlah, Bismo. Jangan terlalu memanjakan adikmu itu. Dia harus belajar untuk menghormati orang yang lebih tua darinya," kata Marina, dengan nada yang sinis.

Bismo menatap Marina dengan tatapan yang tidak suka. "Kamu juga sama saja. Kamu tidak berhak ikut campur urusan keluarga kami," kata Bismo, dengan nada yang kasar.

Marina tidak terima dengan perkataan Bismo. Ia mencoba untuk melawan, namun Khalisa dengan cepat menariknya menjauh.

"Sudah, Tante. Jangan memperburuk situasi," bisik Khalisa kepada Marina.

Namun, Marina tidak mau mendengarkan perkataan Khalisa. Ia terus saja memprovokasi Bismo.

"Bismo, kamu harusnya berterima kasih pada kami. Kami sudah mendidik adikmu menjadi orang yang lebih baik," kata Marina, dengan nada yang penuh kebencian.

Bismo yang sudah sangat marah, tidak bisa lagi menahan emosinya. Ia mendorong Marina hingga wanita itu terjatuh ke lantai.

"Kalian berdua sama-sama jahat!" teriak Bismo, dengan nada yang keras.

Gendhis yang melihat kejadian itu, sangat terkejut. Ia segera berlari menghampiri Bismo dan mencoba untuk menenangkannya.

"Mas, sudah Mas. Jangan seperti ini," kata Gendhis, dengan nada yang khawatir.

Bismo memeluk Gendhis dengan erat. Ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa melindungi adiknya dari perlakuan Khalisa dan Marina.

"Maafkan aku, Gendhis. Aku janji akan melindungimu," kata Bismo, dengan nada yang penuh penyesalan.

Tiba-tiba, Khalisa mendorong Bismo hingga pria itu terjatuh dari tangga. Gendhis yang melihat kejadian itu, sangat panik.

"Mas Bismo!" teriak Gendhis, dengan nada yang histeris.

Khalisa dan Marina hanya diam melihat Bismo yang tergeletak di lantai. Wajah mereka terlihat dingin dan tanpa penyesalan.

1
Mika Su
sangat relate sskali
Serena Muna: terima kasih kakka
total 1 replies
Mika Su
sangat menarik sekali
Mika Su
aku kok gedeg ya liat tokohnya
Nikma: Permisi kakak Author ...

Halo kak Reader, kalau berkenan mampir juga di novel aku 'Kesayangan Tuan Sempurna' yaa..
Terima kasih😊🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!