NovelToon NovelToon
Cinta Ugal Ugalan Mas Kades

Cinta Ugal Ugalan Mas Kades

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dokter Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Kabupaten

"Perjalanannya jauh, pak?" tanya Runi pada Abi yang sedang fokus menyetir kemudi mobilnya.

"Dinas Kesehatan ada di kabupaten, sekitar satu sampai satu setengah jam perjalanan." jawab Abi.

"Wahh, ternyata cukup jauh juga." Ujar Runi yang merasa lemas, membayangkan jalanan yang akan di lalui.

"Tenang aja, jalanannya sudah halus, hanya sedikit yang sedang dalam tahap perbaikan. Tepat setelah gapura desa." jelas Abi. Ia mengerti apa yang di bayangkan gadis di sebelahnya itu.

"Iya, pak." jawab Runi yang kini merasa lega. Ia tak membayangkan jika harus mendapat guncangan seperti kemarin saat melalui jalan belakang desa.

Sepuluh menit berlalu, perjalanan baik - baik saja, walaupun melewati hutan yang cukup menyeramkan, namun pria di sebelahnya ini cukup membuat Runi merasa tenang.

Siapa sangka, jalanan gunung yang sebenarnya baru mereka mulai. Tentu saja hal itu membuat Runi terkejut.

"Pak Abi, yang bener aja, ini kok jalanannya kayak gini? Halus sih halus, tapi kok serem banget!" Protes Runi.

"Yang penting kan halus jalannya." Jawab Abi santai, dengan senyuman.

"Gak lucu ya, pak. Lihat deh, Astaga ini kita di pinggir tebing. Itu jurang loh, pak!" Cicit Runi melihat jurang di sebelah Abi.

"Iya, saya tau." Jawab Abi yang masih tampak santai. Pria itu kemudian menepi saat melihat Runi yang sangat gelisah.

Ia mengencangkan sabuk pengaman yang di pakai Runi, lalu mengalihkan perhatian gadis di sebelahnya.

"Jangan panik, ya. Percaya sama saya, saya terbiasa mengemudi di trek ini, bahkan sebelum jalananya sehalus ini." ujar Abi meyakinkan. Netranya mengunci pandangan Arunika yang menatapnya.

"Kita harus segera sampai di kantor dinas, karena staf yang bertanggung jawab ada kegiatan pukul dua nanti." Imbuh Abi kemudian.

"I-Iya pak." jawab Runi tergagap sembari menganggukkan kepala.

Jantung gadis itu semakin berdebar kencang, sudahlah jalan ekstrim yang di lewati ditambah lagi Abi menatapnya seperti itu. Namun ia berusaha menenangkan diri, takut tiba - tiba terkena serangan jantung.

"Mau minum dulu?" tawar Abi yang di jawab anggukan oleh Runi.

Abi kemudian mengambil sebotol air mineral yang ada di balik tempat duduknya. Ia membuka segel tutup botol sebelum memberikannya pada Runi.

"Terima kasih, pak." ujar Runi saat mendapat act of service dari pria di sebelahnya.

"Sama - sama. Nikmati saja perjalannya, pemandangannya bagus kok." kata Abi.

"Kita jalan lagi, ya." imbuh pria itu kemudian sembari mulai melajukan kembali mobilnya.

Arunika hanya bisa pasrah ketika Abi dengan lincah mengendarai mobil melewati tanjakan dan turunan curam di tambah jalanan yang berkelok dengan tikungan tajam di tepi jurang.

Mulutnya terus berkomat kamit beristighfar dan memohon perlindungan pada Sang Kuasa. Tanpa sadar, tangannya sedari tadi memegang erat pakaian Abi di bagian pinggang.

"Dokter Runi, saya gak bawa kemeja ganti kalau kemeja saya robek." Kekeh Abi.

"Gak apa, pak. Nanti saya belikan kemeja di kabupaten kalau kemejanya robek. Saya takut soalnya." jawab Runi yang justru semakin mengeratkan cengkramannya.

"Kalau sudah sering lewat, nanti terbiasa kok." kata Abi.

"Ke puskesmas terdekat juga harus lewat sini, pak?" tanya Runi, karena pekerjaannya tentu akan berhubungan dengan puskesmas itu.

"Iya, karena ini akses jalan satu - satunya menuju ke puskesmas." jawab Abi.

"Wah kalau saya yang melahirkan, lebih baik melahirkan di rumah, takut bayinya keluar di perjalanan." Cerocos Runi.

"Sayangnya warga desa gak sepenakut kamu. Jalanan seperti ini saja takut." Ledek Abi

"Mungkin kalau naik motor, enggak. Saya lebih suka naik motor dari pada naik mobil." Runi membela diri.

"Ok! Kita buktikan kapan - kapan." Kekeh Abi, membuat dokter cantik itu mengerucutkan bibir karena merasa di ledek.

Lima belas menit berlalu, mereka akhirnya sampai di kecamatan. Tadi, Runi sempat di beri tau keberadaan puskesmas yang menjadi tempat mereka berobat.

Jalanan mulai ramai. Terlihat hiruk pikuk dan jajaran pedagang makanan di sekitar alun - alun kecamatan. Runi kini tampak seperti hidup kembali.

"Sekitar empat puluh menit lagi, kita sampai di kabupaten." jelas Abi sembari melihat jam di tangannya.

"Duh, lega banget!" Lirih Runi yang membuat Abi tersenyum.

"Mau makan dulu? Sudah lewat jam makan siang." Tawar Abi.

"Pak Abi sudah lapar?" tanya Runi.

"Belum, kamu gak lapar?" Tanya Abi

"Nanti saja, pak. Kita selesaikan pekerjaan dulu, biar makannya gak terburu - buru." jawab Runi.

"Baiklah kalo gitu." kata Abi yang di jawab anggukan Runi.

***

"Mau makan apa?" Tanya Abi pada Runi saat mereka baru saja memasukki mobil.

"Terserah bapak, saya pemakan segala kok." jawab Runi.

"Ok!" jawab Abi singkat.

Trrriiinggg....

Trriingg....

Ponsel Abi berbunyi tepat sebelum ia mengemudikan mobil. Ia mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan yang ternyata dari ibunya.

"Hallo, Assalamualaikum, bu."

[..............]

"Njih, niki Mas kalih Runi. (Iya, ini Mas dengan Runi.)"

[..............]

"Mboten, bu. Runi mboten sanjang kalih Mas. (Tidak, bu. Runi tidak bilang dengan Mas.)"

[.............]

"Njih, bu. Mengkih Mas sanjang kalih Runi. Ibu, wonten sing bade di tumbasne? (Iya, bu. Nanti Mas bilang dengan Runi. Ibu, ada yang mau di belikan?)"

[.............]

"Njih, bu. Waalaikumsalam."

"Jangan ngeliatin saya kayak gitu. Kamu mau tanggung jawab kalau saya baper?." Tegur Abi yang sempat beberapa kali melirik ke arah Runi.

"Kaget sih, ternyata bapak tipe yang soft spoken. Padahal kelihatannya galak." Kekeh Runi.

"Emangnya saya kelihatan galak?" Tanya Abi.

"Lah, bapak gak sadar?." Runi balik tanya, setengah meledek.

"Menurut kamu, saya galak?." Tanya Abi yang ingin mendapat jawaban jelas.

"Kelihatannya sih iya, apa lagi kalau lagi mode serius. Tapi sebenernya enggak juga sih kalau udah kenal." Runi mengakui pada akhirnya.

"Eh, tadi yang telfon itu Ibu ya, pak? Ada apa?" Runi nengalihkan pembicaraan. Ia juga sebenarnya penasaran dengan telfon dari bu Kades yang membawa - bawa namanya.

"Iya. Kata ibu, ada yang mau kamu beli. Sekalian beli saja, mumpung di Kabupaten." kata Abi yang mulai melajukan mobilnya.

"Oh, itu. Sebenarnya iya sih, pak." Jawab Runi sungkan.

"Yasudah nanti kita mampir ke supermarket setelah makan siang." Putus Abi.

Setelah makan siang, Abi mengantar Runi ke sebuah supermarket yang menurutnya cukup lengkap dengan harga terjangkau.

"Kamu belanja sendiri gak apa? Saya mau beli titipan ibu dulu. Nanti saya susul ke dalam kalau kamu belum selesai belanja. Supaya menghemat waktu." Titah Abi pada Runi.

"Bapak mau ke mana?" tanya Runi.

"Ke toko langganan ibu. Kalau sudah selesai, telfon saya aja." ujar Abi. Keduanya masih sama - sama berada di dalam mobil.

"Saya kan gak punya nomor hape pak Abi." jawab Runi jujur.

"Oh iya. Saya telfon, ya. Saya dapat nomor hape kamu dari bapak waktu di suruh jemput kamu kemarin." jelas Abi sembari meraih ponsel dan mendial nomor Runi.

"Iya, udah masuk, pak." Ujar Runi sembari menyimpan nomor ponsel Abi.

"Kalau saya belum datang, tunggu di depan supermarket saja, ya. Jangan kemana - mana, nanti kamu hilang." Pesan Abi.

"Ya ampun, saya bukan anak TK loh, pak." Gerutu Runi sembari mengerucutkan bibirnya.

"Iya, tapi kan kamu baru pertama kali ke sini. Kalau sampe kenapa - napa, saya harus tanggung jawab gimana sama orang tua kamu?" tanya Abi.

"Iya deh iya, pak. Saya turun dulu kalau gitu." ujar Runi yang di jawab anggukan oleh Abi.

Abi, pergi meninggalkan halaman parkir setelah memastikan Arunika memasuki Supermarket. Ia segera membelikan pesanan ibunya, berharap ia akan selesai lebih dulu sebelum Runi.

***

Triingg....

Ponsel Abi berdering tepat saat ia akan masuk ke dalam mobil. Ia tak menyangka akan memakan waktu lebih lama karena antrian di toko itu.

Abi segera meraih ponselnya dan mengangkat panggilan dari Runi.

"Hallo, sudah selesai, Run?"

["Hiiikss.... Hiiikss... Pak Abi, tolong... Saya takut...."] Suara tangisan Runi yang seketika membuat tubuh Abi menegang.

"Ada apa? Kamu kenapa? Jangan kemana - mana, tunggu saya sampai sebentar lagi!" Abi bergegas masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

1
Syakira
saya suka dengan cerita nya
Kiran Kiran
Gemesin!
Giselle Bustamante
Siapin tisu buat nangis 😭
Gadislpg: Gak bikin banyak air mata kok, kak ✌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!