Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.
Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?
Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Matematika
Keesokan paginya, Alana kembali ke sekolah seperti biasa. Setelah insiden kemarin dengan Larissa,dan seperti biasa ia berangkat bersama Darel dan tentu nya turun agak jauh dari gerbang sekolah.
Tringgg
Tringgg
Tringgg
Setelah bel masuk berbunyi, Alana duduk di tempatnya bersama Shasa dan menyiapkan buku-buku.
"Alana,kamu sudah sembuh? " tanya Shasa.
"Udah kok,"jawab Alana.
" Aku kira kamu hari senin kemarin kenapa-kenapa tau, terakhir kamu bilang kan mau pulang ke rumah ayah kamu, jadi aku sempat berpikir yang tidak-tidak,tapi Darel kemarin bilang kamu sakit".
"Hehe,maaf ya buat kamu khawatir,aku juga nggak pegang handphone waktu sakit, jadi lupa nggak ngabarin kamu deh".
Tak lama, guru matematika masuk ke dalam kelas.
“Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita akan melanjutkan materi Matriks,” kata Pak Darma, guru matematika mereka.
Beberapa siswa tampak lesu mendengar itu, tetapi Alana mencoba untuk tetap fokus.
"Gila! pagi-pagi udah matematika aja" pekik Shasa frustasi.
"Ck,makanya dengerin pak Darma kalo lagi jelasin" ucap Alana.
"Ah, lo mah emang pinter, sedangkan aku harus belajar berhari-hari biar masuk tuh matematika ke otak" rengek Shasa.
Pak Darma mulai menjelaskan, “Matriks adalah susunan bilangan dalam bentuk persegi panjang yang disusun dalam baris dan kolom. Lalu pak Darma menulis di papan tulis menggunakan spidol
|Anggap aja papan tulis|
Sebagai contoh, perhatikan matriks berikut:
A \= \begin{bmatrix} 2 & 3 \ 4 & 5 \end{bmatrix}
Matriks ini adalah matriks berukuran 2 × 2, artinya memiliki 2 baris dan 2 kolom.”
Alana mencatat penjelasan itu dengan rapi di bukunya.
“Sekarang, mari kita bahas operasi dasar matriks. Yang pertama adalah penjumlahan dan pengurangan matriks. Dua matriks bisa dijumlahkan atau dikurangkan jika memiliki ukuran yang sama.”
Pak Darma menuliskan contoh di papan:
A \= \begin{bmatrix} 1 & 2 \ 3 & 4 \end{bmatrix}, \quad B \= \begin{bmatrix} 5 & 6 \ 7 & 8 \end{bmatrix}
Jika kita menjumlahkan A dan B:
A + B \= \begin{bmatrix} 1+5 & 2+6 \ 3+7 & 4+8 \end{bmatrix} \= \begin{bmatrix} 6 & 8 \ 10 & 12 \end{bmatrix}
Demikian juga untuk pengurangan:
A - B \= \begin{bmatrix} 1-5 & 2-6 \ 3-7 & 4-8 \end{bmatrix} \= \begin{bmatrix} -4 & -4 \ -4 & -4 \end{bmatrix}
Alana melihat Darel yang duduk di samping nya tampak santai. Ia tahu Darel tidak terlalu kesulitan dengan matematika, tetapi ia tetap memperhatikan.
Hingga Shasa menyenggol lengan Alana"Kamu lagi liatin Darel ya..."goda Shasa.
"Ih nggak ya...aku tadi liat ada orang lewat di luar"balas Alana.
" Liat tuh pak Darma lagi jelasin"ucap Alana.
"Ah, males banget" keluh Shasa. Walaupun mengeluh tapi tetap saja Shasa mendengarkan penjelasan dari pak Darma.
“Sekarang, kita masuk ke perkalian matriks,” lanjut Pak Darma. “Perkalian matriks tidak bisa dilakukan seperti perkalian biasa. Untuk mengalikan dua matriks, kita perlu mengalikan elemen baris pertama dari matriks pertama dengan elemen kolom pertama dari matriks kedua, dan menjumlahkan hasilnya.”
Pak Daa menuliskan contoh lain:
A \= \begin{bmatrix} 1 & 2 \ 3 & 4 \end{bmatrix}, \quad B \= \begin{bmatrix} 2 & 0 \ 1 & 3 \end{bmatrix}
Perkalian A × B adalah:
\begin{bmatrix} (1×2 + 2×1) & (1×0 + 2×3) \ (3×2 + 4×1) & (3×0 + 4×3) \end{bmatrix}
\= \begin{bmatrix} 2+2 & 0+6 \ 6+4 & 0+12 \end{bmatrix}
\= \begin{bmatrix} 4 & 6 \ 10 & 12 \end{bmatrix}
Pak Darma kemudian berkata, “Baik, sekarang coba kalian kerjakan latihan di buku halaman 132.dan akan kita bahas pada pertemuan berikutnya.”
Alana mulai mengerjakan soalnya dengan santai seolah tak ada yang sulit.Beda dengan Shasa yang tampak kesusahan.
"Alana....tolongin dong"rengek Shasa
Alana menarik buku Shasa sedikit lebih dekat dan menunjukkan cara menyelesaikan soal itu dengan perlahan.
“Perhatikan elemen-elemen di baris pertama dan kalikan dengan elemen di kolom pertama matriks kedua,” kata Alna sambil menulis.
Shasa memperhatikan dengan saksama. Cara Alana menjelaskan terasa lebih mudah dipahami dibandingkan penjelasan guru tadi.
“Dah paham belum Sha?” kata setelah selesai.
Shasa mencoba menghitung kembali, dan ternyata jawabannya benar. Ia menatap Darel dengan meringis “Kayak nya aku cuma bisa ngerjain nya sama kmau aja deh.”
"Yah, itu mah sama aja aku yang ngerjain" dengus Alana.
Shasa tertawa pelan"Ya, lagian yah pak Darma ngasih soal susahnya kaya wamil aja"
"Itu mah kamu aja yang males ngerjain matematika"ucap Alana.
" Tapi, makasih ya bestie ku"
Alana hanya mengangguk santai.
Setelah setengah jam para siswa kelas IPA 1 mengerjakan soal matematika, Pak Darma akhirnya mengakhiri kelas"Karna jam istirahat sebentar lagi,untuk hari ini sudah sampai di sini pembelajaran kita,".kata Pak Darma.
"Yang belum selesai jangan lupa di lanjutkan nanti atau di rumah" ucap Pak Darma sebelum benar-benar pergi meninggalkan kelas.
Shasa menghela nafas panjang "huft...akhirnya pergi juga pak Darmatik" ucap Shasa.
"Micin... micin,pak Darma bukan pak Darmatik dodol!" ujar Rio.
Shasa memutar bola mata nya malas"Ck, pak Darmatik itu Darma matematika Riopet... "balas Shasa.
" Wah,bener juga lo cin"ucap Rio yang malas menyetujui ucapan Shasa
Tolong lah Alana, Teman-teman nya kok rada-rada semua ya.
___
Setelah pelajaran selesai, Alana keluar dari kelas bersama gengk Darel tanpa Shasa karna Shasa masih berusaha mengerjakan ulang matematika yang di ajari oleh Alana tapi di bantu Kavin,Ini Kavin yang menawarkan dirinya sendiri untuk membantu Shasa.
Namun, tak jauh dari sana, Larissa dan teman-temannya berkumpul dengan ekspresi tidak senang.
“Kenapa Darel selalu ada di sekitar Alana?” gerutu salah satu teman Larissa.
Larissa menyipitkan mata. “Gue tidak akan membiarkan ini terus terjadi. Kita harus melakukan sesuatu.”
Salah satu temannya bertanya, “Apa yang bakal lo rencanain?”
Larissa tersenyum licik. “Kita lihat saja nanti. Gue akan memastikan Alana nggak akan nyaman di sekolah ini.”
Sementara itu, Alana tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang merencanakan sesuatu terhadap mereka.
___
Setelah jam pelajaran selesai,Shasa dan Kavin berjalan bersama ke perpustakaan. Setelah menemukan meja kosong di sudut ruangan, Kavin mengeluarkan buku matematikanya dan membuka halaman tentang matriks.
“Lo masih belum paham?” tanya Kavin, menoleh ke arahnya.
Shasa menghela napas dan mengangguk pelan. “Gue udah mencoba segala cara Kavin, tapi tetap aja nggak ada yang masuk ke otak lemot gue"adu Shasa tanpa sadar.
Kavin menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. “Kalau gitu, gue kasih tau lo cara yang bisa masuk ke otak lemot lo"
"Sial! otak gue nggak lemot!"kesal Shasa tak Terima di katai otak nya lemot oleh Kavin.
" Lo sendiri yang bilang tadi"ucap Kavin.
"Oh iya, lupa gue" gumam Shasa.
“Kalo gitu, kita mulai dari dasar dulu,” kata Kavin, mengetuk ujung pensilnya di buku. “Apa lo masih ingat gimana cara menjumlahkan dua matriks?”
Shasa mengangguk ragu. “Hmm… kalau ukurannya sama, kita bisa menjumlahkan elemen-elemen yang sesuai, kan?”
Kavin tersenyum. “Benar. Terus giman kalo perkalian matriks?”
Shasa mengerutkan kening. “Itu… gue masih bingung.”
Kavin mengambil sebuah contoh soal dan mulai menjelaskan.
A \= \begin{bmatrix} 2 & 3 \ 4 & 1 \end{bmatrix}, \quad B \= \begin{bmatrix} 1 & 2 \ 3 & 4 \end{bmatrix}
“Sekarang kita coba menghitung ,” kata Kavin sambil menuliskan caranya.
“Caranya, kita kalikan elemen baris pertama dari matriks A dengan elemen kolom pertama dari matriks B, lalu kita jumlahkan hasilnya.”
(2 \times 1) + (3 \times 3) \= 2 + 9 \= 11
(2 \times 2) + (3 \times 4) \= 4 + 12 \= 16
(4 \times 1) + (1 \times 3) \= 4 + 3 \= 7
(4 \times 2) + (1 \times 4) \= 8 + 4 \= 12
“Jadi hasilnya adalah,” Kavin menuliskan jawabannya:
A \times B \= \begin{bmatrix} 11 & 16 \ 7 & 12 \end{bmatrix}
Shasa menatap angka-angka itu dengan ekspresi berpikir. “Oh… jadi gitu caranya. Gue kira perkalian matriks itu kaya perkalian biasa.”
Kavin terkekeh. “Banyak yang berpikir begitu di awal. Makanya, lo harus memahami konsepnya dulu.”
Shasa mencoba mengerjakan soal lain dengan bimbingan Kavin. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya ia mulai mengerti.
“Gue bisa” serunya pelan, merasa bangga dengan dirinya sendiri.
Kavin tersenyum puas. “Kalo lo punya soal lain yang sulit,tanya aja"
Shasa meliriknya, sedikit terkejut dengan kebaikan Kavin hari ini. Biasanya, laki-laki itu terlihat cuek dan tidak peduli.
“Terima kasih, Kavin,” kata Shasa dengan tulus.
Kavin mengangguk santai. “Santai aja. Sekarang, ayo kita selesaikan PR ini sebelum perpustakaan tutup.”
Shasa tersenyum dan kembali fokus mengerjakan soal-soalnya. Tanpa ia sadari, belajar matematika tidak terasa terlalu sulit lagi—mungkin karena Kavin yang membuatnya lebih mudah dimengerti.Karna rasanya berbeda jika di jelaskan atau di ajari oleh Pak Darmatik dan Alana yang akan susah masuk ke otak lemot nya.