Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.
Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.
Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?
Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 2
Abe tergopoh-gopoh menuju dapur untuk menemui Akita.
"Ninja! Ada ninja di sana!", seru Abe dengan mata melotot.
Akita malah bingung.
"Ninja apa? Dimana? Kau tidak mabuk kan?", Akita memeriksa wajah Abe dengan seksama.
"Aku tidak mabuk! Ada ninja di kedai seberang. Kau lihat saja sendiri!", Abe jadi kesal karena tuduhan Akita.
Akita yang menganggap ucapan Abe di luar akal segera menuju pintu depan.
Di seberang, tepatnya di depan pintu masuk kedai itu tengah berdiri sesosok bayangan hitam yang hanya terlihat matanya. Tangannya memegang pulpen dan buku catatan, sepertinya tengah memberi instruksi pada pekerja yang masih melakukan finishing pada bagian depan kedai itu.
"Itu bukan ninja. Itu pakaian orang Arab, apa kau tidak pernah melihatnya?", Akita mendelik pada Abe. Dia ternyata benar, pikiran Abe tak masuk akal.
"Ah.. iya, kau benar. Hanya saja aku belum pernah melihatnya secara langsung. Oh, lihat itu. Mereka bahkan menempelkan tulisan Arab di jendela kaca mereka", Abe menemukan kejanggalan lainnya.
Akita melihat arah yang ditunjuk Abe.
"Jadi sebenarnya, itu kedai Italia atau kedai Arab? Aku benar-benar tidak mengerti", Abe meringis karena bingung dengan kenyataan yang dilihatnya.
"Itu logo halal, artinya produk yang mereka jual bebas dari bahan yang dilarang untuk dikonsumsi orang muslim atau yahudi", terang Akita pada Abe yang memang terbilang lugu tentang hal seperti itu, tapi tidak dengan kemampuan memasaknya.
Matanya masih mengamati ninja tadi. Dilihat dari sikap dan gelagatnya, hampir bisa dipastikan kalau dialah pemilik, atau paling tidak pengelola kedai itu. Ya, dia lah orang yang patut Akita waspadai.
"Wanita itu sepertinya pengelola kedainya. Apa kau pernah melihat dia sebelumnya?", tanya Akita.
Abe menatap heran pada Akita.
"Kalau aku pernah melihatnya, apa mungkin reaksiku seperti tadi?"
"Aku pernah melihatnya", Ryuu tiba-tiba sudah berada di belakang mereka, bahkan Akita dan Abe sampai terkejut dibuatnya.
Pemuda yang satu itu memang sudah seperti makhluk gaib, datang dan perginya kadang sulit terdeteksi.
"Biasanya ia datang agak larut malam saat kalian sudah pulang, bersama seorang wanita lainnya".
Akita dan Abe mengangguk-angguk, kemudian kembali mengawasi target mereka.
Tiba-tiba wanita itu menatap ke arah kedai mereka. Bahkan tepat di tempat dimana ketiganya berdiri dengan posisi mengintip. Mereka langsung panik dan berusaha membubarkan diri. Namun sayangnya, tubuh besar Abe malah membuat Akita menabraknya dan alhasil pelarian mereka sempat terekam oleh mata yang berada di seberang jalan.
"Mampus kita! Apa dia sempat melihat kita?", wajah Abe masih terlihat panik.
Mereka bertiga sekarang berada di dapur dengan nafas tersengal.
"Entahlah, semoga saja tidak. Kalau iya, itu akan sungguh memalukan", Akita menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menyesali perbuatan konyol mereka.
"Ia melihatnya. Wanita itu melihat kita", Ryuu menatap kosong.
Abe dan Akita menatap ngeri pada Ryuu.
"Kau, serius?! Bagaimana kau bisa yakin?", Akita merasa perlu mencari tahu, kekhawatirannya harus mendapatkan kejelasan.
"Aku bisa merasakannya", sahut Ryuu dengan tatapan seolah tengah menerawang sesuatu.
Akita dan Abe melengos. Makhluk yang satu ini memang langka, tapi sepertinya tak perlu dilestarikan.
"Sudahlah, anggap saja ia tidak melihat kita", mereka bertiga lalu membubarkan diri untuk kembali ke pekerjaannya masing-masing.
*******
"Apa kau tahu kapan kedai di seberang mulai buka?", tanya seorang pelanggan yang duduk di kursi bar di hadapan dapur saji.
"Oh, itu.. Maaf, saya belum tahu. Tapi sepertinya tidak lama lagi", sahut Akita sambil meracik ramen untuk pelanggan itu.
"Sepertinya mereka menjual menu Italia kan? Anak-anakku sudah tidak sabar ingin ke sana. Kau tahu, anak-anak memang sangat suka dengan pizza dan pasta. Mereka bahkan tak keberatan kalau harus makan itu setiap hari", ucap pelanggan itu lagi yang membuat Akita meringis dalam hati.
Bagaimana tidak, belum buka saja sudah ada calon pelanggan yang sudah bersemangat ingin mengunjungi kedai itu. Anak-anakku? Berarti ada lebih dari satu kan? Dan tentu saja mereka akan diantar oleh orang tuanya. Sedangkan pelanggan di hadapannya ini selalu sendiri bila mampir ke kedainya, tak pernah bersama anak dan isterinya. Sepertinya mereka tak menyukai masakan Jepang.
Bagaimana ini? Kedainya tengah terancam oleh saingan yang sepertinya cukup berat. Akita harus mulai memikirkan solusinya.
Pandangannya kemudian mengarah ke pintu masuk. Akita terperangah dan langsung melihat pada Abe yang sama terkejutnya dengan dirinya.
Wanita berkostum ninja dari kedai seberang tengah berjalan menuju spot pemesanan. Wanita yang bertugas di situ menyimak dengan serius ucapannya kemudian mengangguk. Namun wajah ragunya yang kini menatap pada Akita menampakkan kalau ia sedang bingung.
"Chef, wanita itu mau memesan sushi, tanpa saus. Bagaimana?", tanya petugas itu.
Akita kemudian melihat pada wanita yang dimaksud. Dan di saat yang sama, wanita itu juga menatapnya namun langsung berpaling ke arah lain.
"Lalu, apa masalahnya? Kenapa kau terlihat bingung begitu?", sahut Akita.
"Dia mau memesan 50 porsi, dan minta disiapkan dua jam lagi", sahut orang itu meringis.
Akita tentu saja kaget. 50 porsi? Dan harus siap dalam dua jam?
Akita duh nasibmu terancam
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
👍👍👍
😄😄😄
😅😅😅
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Jadi kena juga !!!!