Damian, lelaki yang dikenal dengan julukan "mafia kejam" karena sikapnya bengis dan dingin serta dapat membunuh tanpa ampun.
Namun segalanya berubah ketika dia bertemu dengan Talia, seorang gadis somplak nan ceria yang mengubah dunianya.
Damian yang pernah gagal di masa lalunya perlahan-lahan membuka hati kepada Talia. Keduanya bahkan terlibat dalam permainan-permainan panas yang tak terduga. Yang membuat Damian mampu melupakan mantan istrinya sepenuhnya dan ingin memiliki Talia seutuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Malam di Tokyo semakin ramai dengan lampu-lampu yang berkilauan di sepanjang jalan. Damian berjalan cepat, membawa Talia yang masih dalam keadaan mabuk di gendongannya. Gadis itu tidak berhenti berceloteh, terkadang tertawa sendiri, terkadang meracau tidak jelas.
"Kamu tahu nggak?" ujar Talia sambil menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.
"Aku heran kita akan ketemu di sini. Serius, ini pasti takdir! Atau mungkin … kita adalah saudara kembar yang terpisah sejak lahir?"
Damian meliriknya dengan ekspresi malas.
"Kau terlalu banyak menonton drama. Memangnya ada saudara kembar yang jarak usianya sampai bertahun-tahun?
Talia tertawa.
"Nothing impossible." katanya dengan nada penyebutan yang lucu.
Damian tertawa kecil menggelengkan kepala. Ia belum pernah menggendong atau membawa pulang gadis mabuk. Sesaat kemudian Talia mulai bernyanyi, suara nyanyian yang sekali tak ada indah-indahnya tetapi anehnya Damian mulai terbiasa dengan suara aneh itu.
Pria itu melangkah menuju sebuah minimarket terdekat, membuka pintu kaca otomatis dan berjalan masuk ke dalam. Udara sejuk dari pendingin ruangan menyambut mereka.
Talia mengangkat kepalanya, melihat-lihat rak-rak yang berisi berbagai macam makanan dan minuman. Matanya berbinar.
"Oooh! Aku mau ramen instan! Dan mungkin juga mochi! Atau es krim? Belikan aku semuanya!"
Damian mendecak pelan. "Kau perlu air mineral, bukan junk food."
Talia mengerang seperti anak kecil yang tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Pria jahat! Aku cuma ingin sedikit kebahagiaan dalam hidupku!"
Tidak menghiraukan rengekannya, Damian berjalan ke bagian minuman dan mengambil sebotol air mineral dingin. Ia juga mengambil sekotak susu pisang sebelum menuju kasir.
Saat mereka menunggu giliran untuk membayar, Talia mendadak menarik kerah jaket Damian dan menatapnya dengan ekspresi penuh rahasia.
"Hei, Damian … aku mau tanya sesuatu," bisiknya dramatis.
Damian menghela napas.
"Apa lagi?"
Talia mendekatkan wajahnya, nyaris menempel dengan wajah pria itu.
"Apa kau benar-benar tidak punya istri? Kalau kamu bohong, menggendong perempuan lain selain istrimu, akan membuat kesalahpahaman. Aku bisa di tuduh selingkuh. Aku ini calon artis, tidak boleh ada scandal."
Artis? Damian menggeleng lagi. Percuma juga menanggapi orang yang sudah mabuk berat seperti Talia ini. Beberapa orang Jepang yang mengantri di belakang mereka terus memperhatikan Damian dan Talia. Mungkin mereka penasaran dengan bahasa yang Talia pakai, atau tidak biasa melihat orang mabuk.
Damian membayar minuman mereka tanpa menjawab, lalu kembali menggendong Talia keluar dari minimarket.
"Hei, kau belum jawab! Sebenarnya istrimu ada atau tidak?! protes Talia.
"Atau jangan-jangan … kau pacaran dengan putri bangsawan tapi karena kau hanya seorang rakyat biasa, hubungan kalian tidak di restui. Namun dia sudah terlanjur hamil anakmu. Akhirnya setelah melahirkan, keluarganya memberikan anak itu padamu dan melarangmu bertemu dengan putri bangsawan mereka selamanya?!"
Damian menatap Talia dengan ekspresi tak percaya.
"Otakmu bekerja lebih keras saat mabuk, buktinya kau tambah gila."
Talia terkikik, merasa bangga dengan teorinya sendiri.
"Tentu saja! Aku seorang gadis jenius."
Damian menghela napas panjang.
"Kau lebih seperti penulis drama yang kebanyakan nonton telenovela."
Sambil terus menggendong Talia, Damian berjalan menuju hotel tempatnya menginap, jaraknya tidak jauh dari sini. Udara malam Tokyo yang sejuk membuat napasnya sedikit berkabut. Talia menggeliat, dan sesekali akan berseru kencang.
"Aku ingin makan ramen!" gumamnya pelan.
"Minum air dulu," ucap Damian datar, menyodorkan botol air mineral yang baru dibelinya.
Talia menerima botol itu dengan malas, tapi tetap meminumnya.
Ia meneguk airnya perlahan, sebelum kembali menempelkan kepalanya di bahu Damian. Ia tidak bicara lagi selama beberapa menit. Matanya mulai tertutup.
Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya sampai di depan hotel. Damian masuk ke lobi, lalu langsung menuju lift. Saat pintu lift tertutup, Talia tiba-tiba mengangkat wajahnya lagi dengan ekspresi serius.
"Aku punya pertanyaan terakhir," katanya dramatis.
Damian mendengus.
"Apa lagi?"
Talia menatapnya tajam.
"Kau benar-benar pacaran dengan putri bangsawan?"
Damian menghela nafas malas. Ia mengabaikan pertanyaan Talia saat pintu lift terbuka. Ia melangkah keluar, berjalan menuju kamarnya. Saat sampai di depan pintu, ia mengeluarkan kartu kunci dari saku jaketnya dan membukanya.
Begitu masuk, pria itu langsung membawa Talia ke kamarnya dan membaringkannya perlahan di atas kasur. Gadis itu mengerang kecil, lalu meringkuk seperti anak kucing yang mencari posisi nyaman. Damian menghela napas dan duduk di sisi ranjang menatap gadis itu lama.
Ingatannya kembali ke kejadian di tempat karaoke tadi. Dia sedang bersama Ethan dan yang lain di sana. Sebenarnya dia sudah menolak dan ingin langsung balik ke hotel karena masih kesal melihat Talia akrab sekali dengan dua pria yang dia lihat siang tadi. Namun Ethan memaksanya ikut.
Saat mereka hendak masuk ke ruangan, secara kebetulan ia melihat gadis yang sukses membuatnya kesal seharian ini. Gadis itu sedang berbincang dengan pria Jepang tetapi terlihat mereka tidak saling mengenal. Dan ... Gadis itu tampak mabuk. Tanpa pikir panjang Damian langsung datang dan mengambil alih gadis itu.
Tangan Damian terangkat mengusap-usap pipi Talia penuh kelembutan. Pandangannya tak berpindah sedikitpun dari gadis itu.
"Kenapa kau sendirian di sana? Teman-temanmu ke mana? Kau pikir jalan malam-malam ke tempat seperti itu sendirian tidak bahaya?" Pria itu bicara setengah mengomel.
Saat ia mau bicara lagi mata Talia terbuka lebar. Tatapan mereka saling bertemu. Tetapi Talia yang masih dalam keadaan mabuk berat. Yang dilihatnya sekarang bukanlah wajah tampan Damian, tapi ..."
"Apel ..."
Gadis itu bergumam dan tersenyum seperti orang bodoh. Tangannya terangkat menangkup wajah Damian, pria itu itu mengernyit bingung. Sesaat kemudian ia merasakan gigitan di pipinya, hidung, bahkan bibirnya di gigit berkali-kali.
Damian terdiam sejenak, otaknya berusaha mencerna situasi yang baru saja terjadi. Gadis ini … menggigitnya? Dan sekarang malah tertawa sendiri dengan ekspresi puas seperti baru saja menggigit apel segar.
"Talia," ucapnya datar, menahan diri agar tidak tertawa.
"Hm?" sahut gadis itu dengan suara malas, matanya masih setengah terpejam.
Damian menghela napas panjang.
"Kau tahu yang baru saja kau lakukan?”
Talia mengernyit, tampak berpikir keras. Lalu, tiba-tiba dia menepuk pipinya sendiri dan berseru,
"Aku makan apel. Apelnya sangat kenyal! Enak sekali!"
Damian mendengus.
"Aku bukan apel." katanya.
Talia terkikik pelan,
"Hehehe?" ia hanya tersenyum bodoh.
Damian mengusap wajahnya kasar. Dia benar-benar sudah menahan diri, tetapi tidak bisa. Gadis ini sungguh-sungguh menguji kesabarannya. Lalu kepalanya turun dan tanpa ijin menyerang bibir Talia. Melu-matnya dengan ganas. Talia yang masih mabuk kaget mendapat serangan tiba-tiba, namun tidak menolak dengan serangan itu. Ia justru menikmati karena merasa manis dan belum benar-benar sadar.
dobel up
hahaa dasar kau damian nyosor langsung
👍🌹❤🙏🤣🤣🤣