NovelToon NovelToon
SLEEP WITH MR. MAFIA

SLEEP WITH MR. MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Duda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Roman-Angst Mafia / Dokter / Bercocok tanam
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mae_jer

Damian, lelaki yang dikenal dengan julukan "mafia kejam" karena sikapnya bengis dan dingin serta dapat membunuh tanpa ampun.

Namun segalanya berubah ketika dia bertemu dengan Talia, seorang gadis somplak nan ceria yang mengubah dunianya.

Damian yang pernah gagal di masa lalunya perlahan-lahan membuka hati kepada Talia. Keduanya bahkan terlibat dalam permainan-permainan panas yang tak terduga. Yang membuat Damian mampu melupakan mantan istrinya sepenuhnya dan ingin memiliki Talia seutuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27

Damian terkesiap saat pukulan-pukulan kecil mendarat di dadanya, bahunya, bahkan wajahnya. Gadis ini benar-benar brutal! Talia memukulnya dengan penuh semangat seolah sedang menghadapi penjahat kelas kakap.

"Rasakan ini, rasakan! Dasar penjahat, bisa-bisanya kamu menyakiti gadis manis nan cantik yang pernah nolong kamu! Aku gak akan lepasin kamu, pokoknya kamu harus di hukum! Rasakan ini!"

Damian menangkis serangan asal-asalan gadis itu dan sesekali tertawa kecil. Ia sudah menghadapi banyak sekali musuh dan penjahat beneran yang berlaku brutal. Tetapi baru sekarang dia menghadapi amukan seorang gadis yang merasa telah di perkosa olehnya.

"Berhenti, Talia. Kau yang akan malu kalau tahu yang sebenarnya." kata Damian kemudian. Namun Talia yang masih kesal terus-terusan menyerangnya.

"Kenapa aku harus berhenti?! Kamu sudah menghancurkan kehormatanku!" Talia berseru dengan wajah panik, meskipun jelas dia lebih banyak dramatis daripada benar-benar percaya telah dilecehkan.

Damian menghela napas panjang.

"Tenang dulu, bocah."

"TENANG KEPALA LU!" Talia terus memukulnya.

Sial. Gadis ini tidak mendengar sama sekali.

Akhirnya, Damian memutuskan mengambil langkah ekstrim. Dalam satu gerakan cepat, ia menangkap kedua pergelangan tangan Talia dan mendorongnya ke bawah. Gadis itu terkejut dan kehilangan keseimbangan, jatuh telentang di tempat tidur dengan Damian menindihnya, kedua tangannya terkunci di atas kepalanya.

Suasana tiba-tiba berubah drastis.

Mata Talia membesar, napasnya tertahan. Damian bisa melihat bagaimana pipinya semakin merah, dan tubuhnya menegang di bawahnya.

"Kalau kau terus berteriak dan memukulku seperti itu, aku bisa saja benar-benar melakukan hal yang kau tuduhkan tadi," bisik Damian dengan nada rendah yang berbahaya.

Talia menelan ludah.

"K-kamu nggak akan berani ..."

Damian menaikkan sebelah alis.

"Kau yakin?"

Tatapannya semakin tajam, sementara wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Talia bisa mencium wangi khas Damian. perpaduan antara sabun, aftershave, dan aroma maskulin yang khas. Jantungnya berdegup tidak karuan.

"Aku sudah menahan diri dari semalam, saat kau menggigit bibirku." lanjut pria itu lagi sontak membuat Talia membelalak kaget.

"Aku, gigit bibir kamu?! Nggak, nggak mungkin." seru Talia. Ia ingin bergerak tetapi pergelangan tangannya masih di pegang kuat oleh Damian, membuatnya tidak dapat bergerak dengan bebas.

"Ya, kau lupa? Kau mengira bibirku apel dan kau memakannya."

Mata Talia berkedip-kedip. Benarkah? Masa sih? Kenapa dia tidak sadar sama sekali? Gadis itu berpikir keras mencoba mengingat-ingat tetapi bukannya ingatan semalam yang ia dapat, kepalanya justru makin pusing.

"Kau mabuk berat semalam. Aku membawamu dari tempat karaoke ke kamar hotel tempat aku menginap. Jadi ini adalah kamarku, bukan kamarmu. Kau masih tidak ingat dengan semua drama yang kau lakukan semalam?" Damian menyadari dia berbicara jauh lebih panjang kali ini. Pandangannya tetap lurus ke Talia.

Talia terdiam. Matanya berkedip beberapa kali, mencoba memahami informasi yang baru saja ia terima.

"K-kamarmu?" suaranya melemah.

Damian mengangguk, masih menindihnya dengan kedua tangan terkunci di atas kepala. Pandangan Talia menyapu seluruh ruangan kamar itu. Benar, ini bukan kamarnya. Dia baru sadar. Kamar ini jauh lebih besar dari kamar hotel yang dia sewa.

Astaga, jadi semalam apa sudah dia lakukan?

Tenang Talia. Tenang. Ingat baik-baik. Semalam kamu berpisah dengan Lintang dan Casen, pergi ke tempat karaoke dan ...

Gadis itu tiba-tiba teringat kalau habis bernyanyi ia kehausan dan meminum air dari botol minum yang dia ambil secara random. Setelah itu kepalanya pusing. Ia keluar ingin pulang ke hotel, lalu bertemu dengan seorang laki-laki. Bukan Damian, laki-laki lain berkebangsaan Jepang. Saat laki-laki itu menarik tangannya hendak menawari membawanya pulang, Damian tiba-tiba muncul.

Oh iya! Benar. Dia baru ingat sekarang.

Talia kembali menatap laki-laki yang masih menindihnya itu. Mereka saling bertatapan lama. Lalu Talia menampilkan senyum malunya.

"Heheh, jadi kamu tidak ngapa-ngapain aku? Aku masih perawan kan?" Ia bertanya memastikan.

Damian mendengus.

"Kalaupun aku ingin melakukannya, aku akan melakukan saat kau sadar." ucapnya, tatapannya begitu intens dan berbahaya.

Talia melotot. Wajahnya bersemu merah karena malu. Ia segera mendorong dada Damian dengan wajah merona, berusaha melepaskan diri dari posisi yang sangat memalukan ini.

"Minggir! Berat tahu, kamu kayak gorila!" gerutunya dengan nada setengah kesal, setengah malu.

Damian justru tersenyum miring, jelas menikmati ekspresi panik gadis itu.

"Kau yakin sudah tidak mau menuduhku macam-macam lagi" tanyanya, masih tetap di atas Talia, enggan bergerak. Jelaslah enggan bergerak, karena dia menikmati momen ini.

Talia yang merasa terpojok karena tidak bisa bergerak bebas dengan kedua tangannya yang masih di genggam Damian di atas kepalanya, akhirnya mengangkat kepala, ingin mendorong pria itu dengan kepalanya, namun yang tidak dia sangka-sangka malah terjadi. Bukannya berhasil mendorong Damian, bibirnya malah menempel dengan bibir itu itu.

Jantung Talia rasanya mau berhenti berdetak saat ini juga.

Damian membeku. Begitu pula Talia. Waktu terasa berhenti saat bibir mereka bersentuhan, hanya sekejap, tapi cukup untuk membuat kepala Talia meledak karena rasa malu.

Matanya melebar, sementara Damian justru terdiam dengan ekspresi tak terbaca. Lelaki itu seolah sedang mencerna apa yang baru saja terjadi. Semalam ia memang mencium Talia lebih dari sekadar menempel seperti ini. Tetapi tetap saja kejadian yang terjadi pagi ini membuat dia membeku karena tegang.

Lalu, seolah baru tersadar, Talia buru-buru menjauhkan kepalanya. Wajahnya merah padam, sedangkan jantungnya masih berdetak begitu kencang, seakan-akan baru lari marathon.

"A- Aku nggak sengaja!" seru Talia tergagap.

Damian menatapnya dalam diam selama beberapa detik, lalu tiba-tiba bibirnya melengkung membentuk senyuman miring yang berbahaya.

"Oh? Tidak sengaja? Tapi tadi kau cukup lama di sana."

"Lama apanya? Itu cuma tiga detik!" Talia memprotes dengan suara yang lebih tinggi dari seharusnya.

Damian tertawa kecil, suaranya berat dan menggoda.

"Tentu saja, nona fales. Aku percaya." Namun dari ekspresinya, jelas sekali bahwa dia sama sekali tidak percaya.

Talia semakin panik. Dia harus segera keluar dari posisi ini, atau kepalanya benar-benar akan meledak karena malu.

"Minggir!" rengeknya sambil menggeliat.

Tapi Damian justru menatapnya lebih dalam.

"Bagaimana kalau aku tidak mau?"

Talia menegang.

"H-hah?"

"Aku baru saja diserang habis-habisan pagi-pagi begini, dituduh macam-macam, dan sekarang aku yang harus minggir?" Damian mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, membuat Talia semakin menempel ke kasur.

"Aku rasa aku punya hak untuk sedikit balas dendam."

Talia menelan ludah.

"Damian, jangan bercanda …"

"Aku tidak bercanda," gumamnya dengan suara rendah, nyaris seperti bisikan.

"Kau tadi menuduhku melakukan hal yang tidak-tidak, dan sekarang kau malah menciumku lebih dulu. Apa itu adil?"

"Aku kan nggak sengaja!" protes Talia, tapi suaranya semakin melemah karena tatapan Damian yang terlalu intens.

Damian memiringkan kepalanya sedikit, seakan mempertimbangkan sesuatu.

"Baiklah, kalau kau merasa tidak adil, bagaimana kalau kita buat impas?"

Talia mengerutkan kening.

"I-Impas?"

Tanpa peringatan, Damian menurunkan wajahnya. Sebelum Talia sempat memproses apa yang terjadi, bibir pria itu menyentuh pipinya, tepat di bawah sudut bibirnya.

Talia membeku. Matanya membelalak seperti baru melihat hantu. Damian menciumnya?

1
Hafifah Hafifah
kena tonjok kamu 😂😂😂😂
Rita
pada ngelawak 🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
fix sefrekuensi
Rita
bro bro ngga tuh😂
Rita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
Max kasihan amat nahan ketawa terus
Rita
bangun2 palingan Talia nanya mukanya napa lebam?😇😇😇
Rita
😅😅smpe kebawa mimpi🤣🤣🤣
Miss Typo
hahaha itu ulahmu Talia 🤣
tanpa sadar Talia kasih bogem dan tendangan ke Damian
Tuti Tyastuti
itu ulahmu talia pake nanya lg🤣🤣🤣🤣🤣
vnablu
wow cerita bagus luar biasa
Ani Basiati
lanjur
rahmah
bian yg jawab kata papa di tonjok makhluk halus langsung tertawa semua dan Talia bingung dg wajah yg baru bangun tidur itu..😆
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ɳҽ𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ♋
itu ulah kamu thalia
Desyi Alawiyah
Ulahmu itu, orang Damian mau bangunin malah kamu tonjok 😄
Desyi Alawiyah
Oh, jadi kemarin-kemarin ngga manusiawi gitu.. 🤭
nyaks 💜
wkwkwkwk
Luh Hartadi
keren
Ipehmom Rianrafa
lnjuut 💪💪💪
ollyooliver🍌🥒🍆
lagi cosplay😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!