Zara Nabila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana untuk bisa membiayai kedua orangtuanya yang sedang sakit.
Tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuatnya terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Selepas kepergian dokter tadi, Alfa kembali menghampiri Zahra yang masih terduduk disofa.
"Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Alfa.
"Tadi saat saya sedang menyetrika baju nggak sengaja tangan saya kena setrikaannya tuan," jawab Zahra jujur.
"Makanya kalau mau melakukan apapun ituh harus hati-hati. Kamu istirahat aja dirumah selama tangan kamu masih luka. Jangan datang kesini," Ujar Alfa.
"Tolong jangan pecat saya tuan. Saya mohon, saya janji tidak akan datang terlambat lagi. Tapi tolong biarkan saya tetap bekerja disini." Zahra spontan berlutut dikaki Alfa yang kala itu sedang duduk disofa sebelah. Zahra hanya tidak ingin berada kosan sepanjang hari karna jika begitu, dia tidak akan bisa mendapatkan uang untuk membayar konsannya. Walau kerja dengan Alfa mendapat banyak tekanan juga tapi setidaknya dia merasa nyaman bekerja dikantor itu.
Alfa yang mendengar permohonan Zahra hingga berlutut seperti itu sontak tertawa lepas. Dia bahkan tidak berniat untuk memecat Zahra walaupun terkadang gadis itu suka membantah perintahnya.
"Kamu berfikir saya bakal memecat kamu?" Tanya Alfa dan kembali tertawa.
"Ma-maksud tuan? Bukannya tadi tuan bilang saya tidak boleh ke kantor lagi? Berarti itu saya dipecat kan?" tanya Zahra dengan tatapan polos sambil mendongakkan kepalanya menatap kearah bosnya yang sedang tertawa.
"Kamu ini lugu atau culun sih? Tadi saya bilang kamu istirahat dirumah selama luka kamu belum sembuh. Bukan mau memecat kamu. Kamu bisa datang lagi kalau kamu sudah bisa bekerja dengan maksimal." Jelas Alfa.
"Huuhh.. Kirain tuan mau pecat saya. Tau gitu saya gak perlu berlutut kaya gini tadi." Zahra mendengus kesal lalu bangkit dan merapihkan bajunya yang sebenarnya tidak kusut.
"Memang kenapa kalau saya pecat kamu?" Tanya Alfa.
"E-enggak kenapa-kenapa sih tuan. Saya cuma masih ingin bekerja disini." Jawab Zahra dengan seadanya.
"Masih ingin bekerja disini atau masih ingin terus berdekat dengan saya?" Goda Alfa.
"Hah.. Si siapa bilang? Geer banget jadi orang." Jawaban gugup Zahra membuat Alfa semakin senang menggodanya. Alfa mendekati Zahra yang masih berdiri disamping sofa hingga Zahra terduduk disofa karna tidak bisa melangkah mundur. Kemudian Alfa terus mendekatkan wajahnya ke wajah Zahra sehingga wajah mereka semakin mendekat.
"Tu tu tuan mau ngapain! Jangan macem-macem ya sama saya." Zahra yang ketakutan mendorong dada Alfa tapi tubuhnya yang kecil dan tenaganya yang tak sekuat Alfa, membuat Alfa tidak terdorong sama sekali.
Entah sejak kapan Alfa mulai suka menggoda Zahra, melihat rona merah di pipi putih Zahra menjadi hiburan tersendiri baginya.
"Kamu pikir saya mau ngapain kamu?" Tanya Alfa menegakkan tubuhnya lalu melipat tangannya didepan dada. Zahra bernafas lega ketika Alfa sudah menjauh darinya.
"Ini udah waktunya makan siang, apa tuan ingin makan sesuatu untuk siang ini?" Tanya Zahra menghindari pertanyaan bosnya.
"Tidak perlu. Saya sudah bawa makanan sendiri," Ucap Alfa.
"Yasudah kalau begitu saya pamit ke kantin dulu tuan." Pamit Zahra.
"Siapa bilang kamu boleh pergi dari ruangan ini?" Ucapan Alfa menghentikan langkah Zahra.
"Ma-aksud tuan? Saya harus tetap disini? Ini kan waktunya istirahat tuan," Ucap Zahra.
"Kamu bisa istirahat disini. Sambil Temani saya makan." Alfa membuka bungkus makanan yang tadi dia bawa kekantor.
"Kamu ngapain berdiri disitu?" Tanya Alfa yang menyadari bahwa Zahra masih tetap berdiri ditempatnya.
"Memang saya harus ngapain tuan? Kan tadi ga boleh pergi" Jawab Zahra polos.
"Duduk sini." Alfa semakin gemas dengan tingkah Zahra yang menurutnya sangat polos itu.
Zahra pun akhirnya menurut dan duduk disofa jauh dari Alfa.
"Jauh banget, takut sama saya? Memangnya saya ada virusnya apa," Ucap Alfa dengan nada kesal.
"Abis tuan mukanya serem kalo lagi marah," celetuk Zahra membuat Alfa tertawa.
"Kamu ga usah takut, saya gak makan orang kok. Kecuali kalo kamu gak nurut." Ucapan Alfa sontak membuat Zahra duduk lebih dekat dengan Alfa.
"Nah gitu dong nurut. Gadis baik." Alfa mengacak sedikit kepala Zahra membuat gadis itu tersipu dengan perlakuan kecil bosnya itu.
"Makanlah, kamu juga pasti laper kan." Alfa menyodorkan makanan itu kedepan Zahra.
"Saya bisa makan dikantin nanti tuan, ini buat tuan aja," Tolak Zahra.
"Padahal aku nggak punya uang buat beli makanan," gumam Zahra didalam hatinya.
"Saya ga akan bisa memakan semuanya. Kamu temani saya makan jadi kamu harus ikut makan juga, kalau kamu nggak nurut saya akan marah sama kamu dan kamu bakal dapat hukuman dari saya," Ucap Alfa.
"Tapi..."
"Ga usah tapi-tapian, Atau kamu mau saya makan sekalian?" Ancam Alfa.
"E-enggak, iya saya makan." Zahra pun langsung mengambil makanan didepannya lalu memakannya dengan lahap. Memang Zahra sudah sangat lapar karna memang jam sudah menunjukan waktunya makan siang.
"Lahap banget, ga makan berapa hari?" Ejek Alfa yang melihat begitu lahapnya Zahra saat makan.
"ish.. Katanya tadi disuruh makan. Udah makan malah diejek," ucap Zahra dengan mulut yang penuh makanan membuat pipinya mengembung.
"Lucu," ucap Alfa didalam hatinya tanpa sadar.
"Iya iya sorry. Silahkan makan lagi. Biar kamu ga kurus kaya gitu," Ucap Alfa mengejek Zahra yang memang sangat kurus tak terurus. Zahra tidak menghiraukan ucapan Alfa, dan tak juga menyadari bahwa dia sedang makan bersama bosnya. Alfa hanya memperhatikan betapa rakusnya Zahra saat memakan semua makanan yang ada termasuk makanan milik Alfa. Dia hanya tersenyum menggelengkan kepalanya melihat tingkah Zahra yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Mau lagi?" Tanya Alfa menyodorkan makanan miliknya.
"Udah cukup tuan. Maaf sudah menghabiskan makanan tuan," Ucap Zahra yang baru menyadari bahwa semua makanan habis tak tersisa dimakan olehnya.
"Tuan bisa potong dari gaji saya buat bayar makanan ini. Saya minta maaf." Zahra yang tidak enak hati terus meminta maaf kepada Alfa. Sebelum Alfa menjawab pertanyaan Zahra, terdengar pintu diketuk dari luar. Zahra lalu bangkit dari duduknya tapi tangannya ditahan oleh Alfa. Sadar akan hal itu Alfa langsung melepaskan tangannya dari tangan Zahra.
"Masuk," Ucap Alfa. Terlihat Roy masuk membawa 2 kantong makanan dan minuman.
"Ini pesanan tuan." Roy meletakannya diatas meja didepan Alfa.
"Makasih Roy, kamu boleh istirahat, nanti bakal saya kasih bonus kamu," Ucap Alfa.
Sontak mata Roy langsung berbinar."Serius tuan?" tanyanya tak percaya. Karna memang jarang dan sangat jarang sekali bosnya itu memberikan bonus kepadanya sama kepada pegawai yang lain pun. Meskipun ya gaji Roy sangat besar dan bisa kebeli rumah.
Alfa hanya mengangguk.
"Makasih tuan," ucap Roy tersenyum bahagia.
"Yaudah sana keluar," usir Alfa.
"Baik, saya permisi tuan." Pamit Roy.
Saat Roy sudah keluar dari ruangan Alfa, dia berjingkrak-jingkrak senang."Tumben banget tuan Alfa ngasih gua bonus, kesambet apa ya tu orang. Benar kan dugaan gua semenjak ada Zahra bos lambat-laun berubah nggak sedingin kaya dulu." ucapnya lalu pergi ke kantin.
Diruangan Alfa.
"Minumlah, kamu belum minum dari awal makan," Ucap Alfa seraya menyodorkan satu cup minuman kepada Zahra.
"Terimakasih banyak tuan." Zahra menerima minuman itu dan meminumnya.
Setelah selesai makan, Zahra membereskan bekas makanan tersebut dan membuangnya kedalam tong sampah. Dan Alfa pun kembali ke kursi kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
semoga cepet sadar de alfa kalo dia suka sama zahra...