NovelToon NovelToon
ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

ODELIA The Ocean Heart & Mortal Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Persahabatan / Fantasi Wanita / Transmigrasi Copyman
Popularitas:438
Nilai: 5
Nama Author: Tilia

Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.

Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.

Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2

Cahaya putih menyilaukan mata, langit biru dengan awan-awan putih di udara terdengar kicauan burung dengan hembusan ombak pantai.

Suasana yang cerah serta damai siang hari, terdengar dari kejauhan beberapa orang berbicara di perahu.

“Ah.. apakah ini mimpi?” Odelia sambil melihat ke arah kapal, Odelia dapat melihat ketiga orang itu, salah satunya merupakan tubuhnya saat ini.

“Cal, apa kita tidak terlalu jauh menuju tengah lautan?” Catherine dengan khawatir duduk bersebelahan dengan Calix sambil melihat ke arah dermaga yang nampak semakin kecil.

“Tenang saja Cath, kita berapa diperahu bangsawan dengan kualitas yang baik” Calix menenangkan Catherine dengan memegang tangannya.

“Tidak perlu khawatir, Catherine. Kapal ini pasti aman” Annalise muncul dari dalam kabin kecil kapal sambil membawa sebotol wine untuk di nikmati mereka bertiga.

“Terimakasih, Lady Annalise” Catherine berusaha tenang. Mereka bertiga menikmati suasana liburan di atas kapal dengan berbagai macam hidangan serta wine.

“Uhhhh.. seperti aku mulai bauk laut Cal, ayoo kita kembali saja ke kota” Catherine merasa tidak nyaman sebab ia mudah mabuk laut.

“Ada apa Cath? Lebih baik kamu beristirahat saja di dalam kabin sambil menuju kota” Calix membantu Catherine berdiri dan membantunya memasuki kabin kapal.

Catherine berbaring di dalam kapal.

BRUKKKK!!!!

Apel terjatuh dari keranjang buah di meja kecil samping Catherine. Membuka matanya tangan Catherine berusaha mengambil apel tanpa melihat. Saat jari tangannya menyentuh lantai ia merasakan genangan air bukanya papan kayu. Segara terbangun Catherine terkejut ternyata lantai kabin sudah basah oleh air laut.

“Bocor?”

“Cal, lantai kabin bocor” Catherine berdiri segara memanggil Calix, namun tidak ada jawaban. Melangkah menuju pintu kabin, menarik kenop pintu terasa berat dan pintu tidak terbuka Catherine berusaha menarik lebih kuat tetap tidak terbuka.

“Cal, pintu terkunci” Catherine berteriak sambil menarik-narik kenop pintu menggunakan kedua tanganya. Tidak mendengar suara apapun Catherine memukul pintu dengan keras.

DUK!! DUK!! DUK!! DUK!!

DUK!! DUK!!

“CAL!!” suara Catherine meninggi, melihat ke belakang air sudah menyentuh ujung gaunnya. Kabin kapal nampak kacau buah-buah serta perlengkapan kapal mengapung bahkan tepat tidur Catherine sudah terendam air, melihat air semakin tinggi Catherine bertambah panik.

“Cal! ini tidaklah menyenangkan, hentikan lelucon ini!”

“Buka pintunya, CALLLL”

“CALL” Cathrine melihat sekeliling kabin menemukan jendela kecil di atas tempat tidur, melangkah kesulitan karena gaunnya semakin terasa berat. Berhasil menaiki tempat tidur Cathrine membuka jendela kecil melihat keluar dengan jarak pandang yang sempit.

Saat berusaha melihat keluar, tubuh Catherine menegang suara ombak laut menghilang lingkungan disekitarnya terasa hening hanya ada dua orang yang terlihat dari pandanganya. Calix memegang tangan Annalise untuk menuruni papan menuju kapal di sisi lain.

Calix memeluk pinggang Annalise serta mencium tangannya, Annalise membalas dengan senyuman puas.

Menutup matanya tetesan air mata kecewa berjatuhan menyatu dengan air laut, Catherine tersadar ia di tinggalkan. Dalam kesedihan air laut semakin memenuhi kabin.

Melihat kembali sekeliling kabin, Catherine segera turun ketinggian air di dalam kabin telah sampai ke pinggangnya. Catherine segera menuju pintu menggunakan tubuhnya mencoba mendobrak pintu.

BRUKKKKK!!

BRUKKK!!

BRUKK!!

Bersandar pada pintu air mata Catherine kembali menetes, Catherine merasa sangat lelah dengan situasinya saat ini. Perlahan kaki Catherine menekuk dinginnya air laut mulai menjalar. Menatap kabin untuk terakhir kalinya bahkan tempat ia terakhir istirahat sudah sangat kacau, tiba-tiba Catherine melihat laci disisi atas rak.

Catherine bangkit kembali bergegas menuju laci dengan air sudah sampai di dadanya. Saat membuka laci, harapan terlihat sebuah tongkat besi penjepit arang yang usang, memegang penjepit arang Catherine berbalik dengan semangat untuk dapat berhasil selamat dari kabin ini.

Menggunakan penjepit arang, Catherine mencungkil pintu dengan sekuat tenaga. Berpacu dengan waktu air semakin bertambah tinggi Catherine menarik penjepit arang yang sudah terendam air menambah kesulitannya untuk memegang batang besi tangan Catherine beberapa kali terlepas.

Dengan sisa tenaganya Catherine menendang batang besi.

DRUKKKKK!!!!!!!!!!

Pintu berhasil terbuka, namun gelombang air memasuki kabin dengan kencang Catherine yang berada tepat di sambil pintu kabin terhempas ke dinding kabin karena kuatnya gelombang air. Catherine terbentur dinding merasakan sakit ditubuhnya, namun melihat kesempatan di depan mata Catherine segera berenang keluar pintu.

Berhasil keluar pintu, kapal dalam kondisi hampir tenggelam hanya tersisa ujung dipermukaan laut. Melihat ke arah permukaan laut Catherine melihat kilauan cahaya matahari. Kembali menggerakkan kakinya untuk berenang namun terasa sangat berat karena gaunnya.

Catherine berusaha membuka pakaian luarnya, berenang menuju permukaan. Dengan sisa nafasnya Catherine muncul di permukaan laut, melihat sekelilingnya birunya lautan serta awan putih di langit. Merasa sangat lelah Catherine berusaha membuat tubuhnya mengapung ke permukaan laut.

Melihat langit dengan awan-awan putih bagaikan goresan-goresan lukisan, burung camar menari-nari dilangit dengan kicauannya bagaikan sebuah musik beriringan dengan lantunan melodi angin laut. Menghela nafas Catherine menutup kelopak matanya.

Seiring hembusan melodi angin aliran air mata kembali menyatu dengan arus laut untuk terakhir kalinya, merelakan raga kembali pada alam biarkan takdir gelombang laut membawa kemana raga pergi.

Senyuman hangat bagaikan cahaya matahari di musim semi, perasaan hangat dirasakan Odelia saat melihat Catherine perlahan menghilang bersama pudarnya cahaya.

Samar-samar terdengar suara terdengar Odelia serta sentuhan hangat di wajahnya. “Cath” terdengar seperti suara khas seorang pria dengan getaran di nadanya. “Cath” kembali Odelia mendengar panggilan itu.

Odelia menyadari bahwa ia benar-benar berada di tubuh Catherine “Ah.. benar juga ini bukan tubuh ku lagi, terimakasih Cathrine sudah bertahan”.

“Cath” kembali nama itu dipanggil.

Odelia perlahan membuka matanya nampak seorang pria dengan wajah khawatir dihadapannya Odelia merasakan ia berada dalam pangkuan pria dihadapanya.

Odelia memperhatikan pria di hadapnya beberapa helai rambut basah menempel pada wajahnya dengan warna merah gelap bertolak belakang bola matanya berwarna emas cerah.

Melihat Catherine membuka matanya serta menatapnya dengan lemah Adrian segara memeluk Catherine dengan erat “Syukurlah Cath, kamu akan pergi”. Mendengar perkataan Odelia meliriknya dengan heran.

“Adrian!” seseorang memangilnya, Adrian berteriak untuk memanggil teman-temanya “DISINI!! Catherine ditemukan!”.

Berlari di bebatuan pantai tampak tiga pria menghampiri Odelia dan Adrian. “Bagaimana kondisinya?” seorang pria memimpin bertanya di ikuti dua pria dibelakangnya.

“Terluka cukup parah sepertinya Cath sempat tenggelam kemudian terdampar di bebatuan pantai” Adrian membuka jubahnya untuk menyelimuti Odelia, ketiga pria terlihat sedih.

“Ayoo kita kembali ke kota terlebih dahulu” Davian menepuk pundak Adrian “Ya..” Adrian memeluk tubuh Catherine berjalan keluar gua di ikuti bersama yang lainya kembali menuju kota.

Dalam pelukan Adrian, Odelia menutup matanya kembali dengan tenang bersandar pada Adrian untuk beristirahat.

......................

1
Dayra Malay
Bingung harus ngapain tanpa cerita ini setiap malam 😔
Tilia: Di tunggu ya kak 😊
update secepatnya 🚀
total 1 replies
Bridget
Kisahnya bikin aku lebih semangat menghadapi hidup!❤️
Tilia: Makasih Kak /Heart/
Semangat terus 💪🏻....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!