Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4_Ranjang Penyelesaian
"Tolong! Tolong!"
Aulia terbangun dari tidurnya saat lagi-lagi ia memimpikan kenangan mengerikan yang dia saksikan langsung 10 tahun yang lalu.
Ya Allah... Ternyata aku sedang bermimpi. Sudah berlalu selama lebih dari 10 tahun. Tapi aku masih sering memimpikan kejadian itu. Batin Aulia memeluk tubuhnya sendiri.
Ia menoleh ke samping melihat putrinya yang tertidur pulas.
Senyuman terbit di bibirnya melihat sosok gadis kecil yang sering menemani hari-hari sulitnya.
Bunda sayang sama kamu. Batin Aulia kembali berbaring memeluk tubuh putri kecilnya.
Keesokan harinya terdengar suara pintu rumah yang dia tempati di ketuk dengan keras.
Dor dor dor
Aulia bergegas membuka pintu. Ia heran melihat salah satu ibu-ibu mendatangi rumahnya marah-marah.
"Ada ya?" Tanya Aulia.
"Kau tanya ada apa? Kau tanya saja pada diri mu sendiri, j*lang! Berani sekali kau menggoda suami ku!" Pekik wanita itu segera menarik rambut Aulia.
Aulia menepis tangan si ibu-ibu dan menutup pintu. "Dasar ibu-ibu nggak waras. Bisa-bisanya pagi-pagi begini dia sudah datang nuduh aku yang nggak-nggak." Aulia hanya bisa menarik nafas menenangkan emosinya.
"Bunda, kok bunda nggak bangunin aku ke sekolah?" Tanya Asya yang baru bangun tidur.
Aulia tersenyum menghampiri putrinya. "Kita akan pindah. Kita akan kembali ke kota. Nanti di sana, Asya bisa sekolah lagi," ucapnya.
"Pindah? Kok pindah lagi, bunda? Bukannya kita baru aja tinggal di desa ini?" Tanya Asya.
"Iya, bunda tahu. Tapi sepertinya tempat ini tidak cocok untuk kita," Aulia bicara baik-baik agar putrinya bisa mengerti.
Gadis itu mengangguk. "Baik, bunda." Asya benar-benar sangat menurut dengan bundanya. Sehingga Aulia tidak harus kerepotan mengurusi putri kecilnya kesayangannya.
**
"Mana uangnya?" Tanya seorang pria sedang berbicara dengan seseorang melalui panggilan telepon.
"Bukannya aku baru saja mengirim mu uang? Apa kau berniat ingin memerasku!" Ucap Lusia tidak tahan terus di peras oleh seseorang selama bertahun-tahun lamanya.
"Ahahahaha. Apa kau baru sadar? Kalau aku memang sedang memeras mu? Kau kan banyak uang, suamimu kaya raya, uang mu tidak akan habis hanya untuk memberi ku uang tutup mulut," Ucap pria itu dengan nada mengancam.
"Kau jangan keterlaluan! Sudah lebih dari 6 tahun, kau terus saja meminta ini dan itu! Aku bahkan sudah menghabiskan miliaran rupiah hanya untuk bisa memenuhi semua keinginanmu! Apa semua yang aku berikan belum bisa membuatmu puas!" Lusia tertekan dengan pria tersebut.
Tak tahu kejahatan apa yang sudah wanita itu lakukan. Tapi sepertinya dia punya rahasia besar yang terus berusaha ia sembunyikan dari Dave tentunya.
"Terserah kau saja Nona Lusia sayang. Kalau kau bilang mau memberi ku uang, iya silakan. Tapi kalau katamu tidak mau, aku juga tidak keberatan. Tapi kau harus ingat satu hal. Aku masih menyimpan semua bukti rekaman kejahatan mu. Dan kalau sampai diketahui oleh suami mu, maka kau akan kehilangan segala-galanya, dan sampai kapanpun kau tidak akan bisa menguasai harta suami mu kalau itu terjadi."
"Kau mengancam ku!" Nafas Lusia naik turun menahan gejolak amarah.
"Tenang Nona Lusia, aku tidak mengancam mu. Justru aku hanya berusaha agar kau tidak terlena dan melupakan masa lalu mu."
Tit
Usai mengancam Lusia. Pria itu segera memutus panggilan telepon.
"Arghh!" Lusia melempar ponselnya hingga retak tak berbentuk.
Bajingan sialan!
Semua ini gara-gara bayi sialan itu!