Raka Chandra Wijaya, merasa bersalah dengan apa yang saat ini dia lakukan terhadap istrinya. Dia memiliki anak dengan wanita lain, karena kesalahan satu malam yang dilakukannya. Seharusnya, dia jujur dari awal pada Yuna Dafhina Aryadi agar wanita yang sangat dicintainya itu tidak pergi. Sayangnya, Raka terlambat mengatakan kebenarannya pada sang istri. Alhasil, Yuna pergi meninggalkan dirinya sembari meninggalkan surat perceraian mereka. Tapi, Raka tidak menyerah dia ingin kembali pada sang istri apapun yang terjadi. Apakah Raka berhasil mendapatkan cinta Yuna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 2 ~
Yuna, terbangun dari tidurnya. Dia mengambil pakaiannya yang berserakan di samping ranjang. Bagian intimnya terasa begitu perih, setelah melayani suaminya. Ya, mereka baru saja melakukan hubungan suami-istri. Saat Yuna sedang marah-marahnya, Raka tidak tinggal diam. Dia menyentuh beberapa titik kelemahan istrinya. Awalnya Yuna menolak dengan tegas, sayangnya dia kalah tenaga dari Raka. Jadi, mau tidak mau dia harus melayani sang suami. Wanita itu melirik ke arah suaminya, yang saat ini masih tertidur pulas. Dia memukul wajah Raka, agar pria itu terbangun dari tidurnya .
“ Bangun ih, sudah sore tahu! ”
Raka, melirik pada istrinya yang saat ini terlihat begitu marah padanya. Pria itu tersenyum manis, dan memeluk tubuh sang istri,“ Ah, kamu sudah bangun Sayang? "
“ Kelihatannya bagaimana? Sakit tahu, bantu aku mandi dulu, bangun ih! "ujarnya ketus.
“ Iya baiklah, ayo kita bersihkan tubuh kita dulu ” Raka, menggendong tubuh sang istri. Keduanya, sama-sama tidak mengenakan sehelai benangpun. Jadi, tinggal berendam saja di bathtub ini.
“ Kamu masih marah padaku? " tanya Raka sembari menatap wajah sang istri.
Yuna, membuang mukanya, membuat Raka kesal karena dia benar-benar tidak suka akan hal itu. Jadi, dia dengan jahilnya menggelitik pinggang sang istri.
“Raka, hentikan ih...! "
“ Baiklah, tapi aku punya satu syarat " ujar Raka sembari menatap wajah sang istri.
“ Jangan mulai deh, aku enggak mau menuruti keinginan kamu lagi ya. Kalau aneh dan enggak masuk akal " tolak Yuna.
“ Iya enggak, tapi kalau aku minta cium kening kamu 'kan? "
Yuna menoleh, menatap wajah tampan sang suami. Dia benar-benar mempesona dengan mata yang tanpa kacamata itu. Sebab, biasanya suaminya itu selalu memakai kacamata, “ Tampannya! " puji Yuna tanpa sadar.
Pria itu tersenyum, kemudian mengecup pipi sang istri. Kemudian turun ke hidung, dan berakhir pada bibir sang istri. Saat sentuhan bibirnya semakin intens, tapi sang istri memaksanya untuk berhenti.
" Raka, hentikan jangan mulai lagi! "
Raka,tertawa kecil, kemudian mengecup kening sang istri penuh kasih sayang.
“ Kamu kenapa sih? Dari tadi selalu saja menggangguku. Tidak puaskah kamu menyentuhku dua ronde, sampai pinggangku sakit, karena ulahmu. "
Raka, semakin terkekeh mendengar perkataan istrinya tersebut. Kemudian, dia menyudahi mandi mereka. Sang istri pun hanya bisa pasrah saat suaminya menggendong tubuhnya. Kemudian, dia dia dan sang istri berganti pakaian. Karena disini memang sudah disiapkan juga pakaian Raka. Jadi, dia bisa bebas berganti pakaian dengan mudah.
“ Mari kita sudahi mandi kita, karena aku takut tergoda lagi. Nanti kamu tidak bisa jalan lagi seperti minggu kemari. Kalau saja kamu tidak meminta cerai, aku akan melakukannya dengan lembut. Tapi, kamu tuh sedikit-sedikit minta cerai, sebenarnya kenapa sih? "
Yuna menatap nanar wajah sang suami.
“ Kamu berpura-pura polos 'kan ? Aku akan pastikan, secepatnya mendapatkan bukti-bukti perselingkuhan kamu dan wanita itu" batin Yuna.
“ Sayang, kamu kenapa sih ? Kok, tidak menjawab ucapanku, dari tadi hanya menatap wajahku dengan tatapan sedih seperti itu. Ayo jujur , aku tuh enggak mau kita marahan terus. Capek tahu! " kata Raka penuh frustasi.
Yuna mendorong tubuh suaminya, saat sang suami hendak memeluk tubuhnya. Kali ini, dia tidak boleh kalah lagi dari Raka. Sudah cukup dia luluh oleh sentuhan suaminya tadi. Kini, tidak boleh lagi mengikuti keinginannya, dia harus teguh pendirian tidak boleh lemah lagi.
“ Capek ya? Memangnya aku enggak capek kamu bohongin aku terus. Kamu tuh enggak pernah jujur sama aku Raka. Aku kesal tahu, seolah-olah aku tuh istri yang tidak di anggap. Coba deh aku tanya kamu, bulan kemarin kamu kemana aja dan ngapain aja? ”
Yuna tampak menahan rasa sedih nya, ketika bertanya pada sang suami. Raka, terlihat begitu bingung dengan pertanyaan sang istri.
“ Memangnya aku ngapain? Aku kan kerja buat kamu, Sayang. Semua hasil kerjaku 'kan aku serahkan ke kamu,”.
Yuna, menghela napasnya, saat mendengar jawaban dari sang suami.
“ Bohong, lalu kenapa kamu tidak menerima panggilan masuk dari aku. Berkali-kali aku menghubungi kamu, tapi kamu selalu mematikan panggilan itu. Kamu pikir aku bodoh ya, kamu selingkuh Raka. Aku lihat kamu ke hotel bersama dengan wanita itu. Aku lihat kamu bermesraan dengannya. Bahkan, kalian begitu intim sampai-sampai wanita itu menyebut kamu sayang" tak terasa air matanya jatuh begitu saja saat menjelaskan semuanya pada Raka.
Deg...
Raka, tidak percaya dengan ucapan sang istri. Dia benar-benar tidak merasa menyentuh wanita lain, selain istrinya sendiri.
“ Itu bukan aku, kamu salah lihat kali. Beneran deh, aku tuh bulan kemarin ada perjalanan bisnis ke Amerika. Kenapa juga aku harus ke hotel bersama wanita lain? Aku punya istri cantik, dan sebentar lagi akan memiliki anak dari wanita kesayangan aku ini. Mengapa aku harus selingkuh, bukannya aku harus bersyukur memiliki kamu seorang "
Yuna menggelengkan kepalanya, dia tidak boleh tergoda dengan ramuan suaminya tersebut.
“ Aku enggak mau punya anak sama lelaki seperti kamu. Tukang bohong, tukang selingkuh menyebalkan ” kata Yuna sembari memukuli dada bidang suaminya tersebut.
Raka hanya diam saja, dan tidak menolak saat sang istri memukuli dada bidangnya begitu kencang. Dia tidak ingin membuat istrinya itu marah lagi, sebaiknya dia memang harus diam. Dan menunggu sampai kemarahan sang istri mereda.
“ Ponselmu berbunyi, angkatlah barangkali penting " ujar Yuna sembari menghentikan perbuatannya.
Raka mengangguk, kemudian dia menerima panggilan masuk tersebut.
? : “ Hallo...”
Raka yang mendengar suara seseorang wanita di sebrang sana, terlihat begitu panik. Dan segera mematikan ponselnya.
" I--i---itu, suara wanita 'kan? " batin Yuna.
“ Sayang, aku ada perlu sebentar. Kamu nggak usah nungguin aku ya, makanlah dengan baik. Aku sayang kamu ” ujar Raka sembari mengecup kening dan bibir sang istri .
Kemudian, dia pergi dengan tergesa-gesa memakai hoodienya. Yuna hanya melihat punggung suaminya dengan tatapan nanar. Dia tahu betul, itu adalah suara seorang wanita.
“ Iya kan, aku bilang juga apa kamu tuh selingkuh Raka ”ujarnya lirih.
Wanita cantik itu jatuh terduduk di lantai kamarnya tersebut. Dia menyenderkan kepalanya pada lemari pakaian mewahnya tersebut. Wanita itu, menangis seorang diri sembari memukuli dadanya yang terasa begitu sesak tersebut.
“ Dia pembohong besar, haruskah aku bertahan dengan lelaki sepertinya? Ya Allah, aku harus bagaimana? "
Yuna menangis, sembari menyakiti dirinya sendiri. Dia menggigit pergelangan tangannya hingga membiru. Dia berdiri kemudian menghancurkan semua foto-foto kebersamaannya dengan Raka. Bahkan, foto pernikahannya dengan Raka pun tidak luput dari kebenciannya, “ Pembohong Arrrrrghhh! " teriaknya.
“ Ibu Yuna, jangan begini tenanglah " kata Lala sembari mendekati majikan perempuannya itu.
“ Bi, dia tidak mencintai aku lagi. Aku harus bagaimana? Apakah aku bisa hidup tanpanya? Apakah aku bisa bahagia jika aku bercerai darinya? “
“ Jangan mengatakan hal bodoh seperti ini. Anda cantik, kalaupun bercerai dengan Pak Raka maka akan banyak sekali lelaki yang menunggu anda. Saya selalu berdoa, agar anda selalu bahagia. Saya diberi amanah agar menjaga anda di sini. Setelah Nyonya tiada, saya diperintahkan untuk menjaga anda. Jadi, anda tidak sendiri, anda punya Tuhan dan anda juga punya saya. Jadi, tidak perlu memikirkan Pak Raka. Anda berhak bahagia, Bu " ujar Lala mencoba menenangkan Yuna.
Yuna memeluk tubuh asisten rumah tangga kesayangan Neneknya tersebut. Dia menangis sejadi-jadinya, sembari meluapkan segala emosi dalam hatinya tersebut.
Bersambung