Dia seorang wanita yang begitu dihormati dalam jalanan bebas harga diri. Dia bisa menjadi wanita yang begitu unik dengan tertawa gila nya. Ia juga Menjalankan tugas dengan berat.
Ini kisah dari Chandrea. Wanita licik dari tempat yang jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Sementara itu Jake berjalan keluar dari kantor polisi dan akan membuka pintu mobil. Saat sudah duduk di dalam, ponselnya berbunyi, membuatnya harus mengangkatnya sambil mengemudi karena itu dari Bein.
"Yo Jake, kau sudah selesai dalam kasus mu atau belum? Bukankah ini sungguh sangat aneh, untuk apa kau menyarankan sebuah tugas yang bahkan tidak berguna, apalagi kau harus mencari wanita yang diincar oleh banyak orang tinggi hanya untuk sebuah pertaruhan pertarungan..." katanya dengan basa-basi.
"Ada apa? Langsung saja," Jake membalas dengan tatapan datar juga suara yang sangat biasa.
"Ini soal Direktur Chaneh, dia benar-benar telah menemukan wanita taruhannya meskipun sudah 4 tahun. Saat ini dia sedang di depanku tak sadarkan diri terikat, apa kau mau ke sini melihatnya... Tentunya kau bakal kemari, bukan?" Kata Bein, di kalimat terakhirnya dia seperti memprovokasi Jake. Seketika Jake meremas kemudi mobilnya dan mematikan ponselnya sambil melemparnya di bangku samping.
Alexa terbangun di ruangan yang gelap, dengan kepalanya yang berdarah. Ia tampak sangat pusing dan memegang kepalanya, begitu merasa tangannya terlumur darah, ia juga sadar kepalanya berdarah.
"Kau sudah bangun, cantik?" kata Bein dari depannya meskipun Alexa tak mengenali suaranya. Bein duduk di depan dengan senyuman palsu itu.
Alexa akan bergerak tapi ia sadar kaki dan tangannya terikat di kursi. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Dia berpikir serius.
"Kau masih ingat dengan pria tinggi, berambut cepak dan berkulit putih, bukan? Dia yang melihatmu di atas ring 4 tahun lalu, menyaksikan kesalahanmu dan membuatnya kecewa dengan taruhan nya padamu. Dia membeli mu dan kau malah pergi begitu saja... Begitu disayangkan, benar kan, cantik?"
"Orang ini... Kenapa dia bisa tahu?"
"Chaneh memintaku menjagamu di sini, jadi jangan buat aku repot yah... Kau taruhan yang paling mahal, dia membayar sangat banyak untukmu. Tapi karena dia belum datang, aku ingin sedikit bertanya soalmu. Apa kau pernah merasakan luka dari pukulan yang telah diarahkan padamu?" tatap Bein dengan wajah santai, lalu Alexa terdiam.
"Aku memang menang 15 kali berturut-turut, tapi bukan berarti aku tidak pernah terpukul sekalipun," balas Alexa.
"Aku mengerti, jadi itu sangat sakit, yah..."
Lalu ada suara pintu terbuka dari balik gelap. Perlahan langkah kaki seseorang mendekat ke cahaya di antara mereka. Alexa terdiam dan melihat pria yang ia lihat di gang tadi.
Kali ini wajahnya terlihat, dan dia adalah Chaneh. Alexa berwajah terkejut tak percaya dengan pandangan lurus. Jantungnya berdegup kencang dan sepertinya kali ini dia benar-benar panik, membuat tubuhnya gemetar.
"Kenapa... Dia di sini?!"
--
Alexa tertampar dan terjatuh ke bawah. "Utk..." Dia tak bisa bangun karena sosok pria yang disebut sebagai Chaneh menginjak punggungnya dengan satu kakinya. Chaneh yang menamparnya tadi sambil merokok, sementara ikatan Alexa tadi sudah dilepaskan.
"Benar-benar wanita yang tidak tahu harga diri, kau bekerja hanya untuk uang, dan tak peduli apa yang dibuat uang untukmu... Kau membuat banyak sekali drama pelarian ini hanya untuk membuatku susah payah untuk mendapatkan mu dan juga aku harus kembali mengeluarkan uang untuk mencari mu... Hanya sebatas menemukan wanita yang seharusnya menjadi budakku karena aku sudah membeli mu di taruhan itu," kata Chaneh.
Alexa yang mendengar itu hanya bisa mengepal tangan dan mencoba untuk memberontak hingga dia berteriak, "Aku tak pernah tahu ada pertaruhan penjualan!! Aku tidak dijual!! Aku hanya bekerja untuk uang!"
Teriakan itu membuat Chaneh membuang rokoknya dan semakin menginjak punggung Alexa, membuat Alexa kesakitan dalam diamnya.
"Kau mungkin tidak tahu, mereka juga tidak akan memberitahumu, jadi kau tidak akan berpikir bahwa ketika ada yang kalah, mereka akan dibeli... Ini juga bukan sepenuhnya salahku jika aku harus menghancurkan pekerjaan dan kehidupanmu secara bersamaan, aku tak peduli apa yang terjadi padamu karena aku hanya mengikuti pertaruhan..." kata Chaneh sekali lagi, lalu dia tertarik untuk menambah perkataannya.
"Biar aku ulangi lagi ceritaku untukmu, Alexa," tatapnya dengan tatapan memaksa, membuat Alexa hanya bisa terdiam dan tak bisa bergerak ke mana pun.
"Saat itu aku diundang untuk datang dalam pertandingan gelap, menyaksikan beradu tak henti di bawah dan melihat yang ada di atas ring. Mereka berteriak, 'beri dia pukulan dan luka yang besar,' apa itu memang perjanjian atau semacam sumpah untuk seorang pemukul di atas ring?.... Yang pasti aku menyaksikannya di kursi khusus, melihatmu terkena serangan beberapa kali di tubuhmu itu. Tak lain denganmu yang seperti monster, menghancurkan tulang mereka satu per satu.
Sebelum itu mereka memintaku bertaruh, dan aku memilihmu. Jika kau kalah, maka aku harus memberikan uang pada mereka. Tentu saja aku tidak akan setuju begitu saja seperti anjing bodoh, aku mengatakan aku juga akan membawamu pulang, lalu mereka mengatakan iya, dan begitulah saat kau tak sadarkan diri di atas ring, aku meminta mereka memasukkan mu ke dalam mobil sementara menungguku melakukan pembayaran, tapi kau lari begitu saja dari mobilku? Benar-benar wanita menyusahkan," kata Chaneh yang semakin menekan punggung Alexa dengan kakinya.
"Akh... Benar-benar bukan manusia... Setelah semua yang aku lakukan untuk tempat bekerja itu, mereka malah melakukan taruhan yang semakin ilegal..." Alexa menjadi kesakitan tak kuat menahan itu.
"Kau baru terlihat sekarang, bagaimana jika melayaniku lebih dulu, huh? Tapi mood ku tak bagus karena melihatmu hari ini... Harusnya aku membunuhmu lebih lama saat tahu kau tinggal di mana," Chaneh menarik rambut Alexa untuk berdiri lalu membuatnya berjalan masuk ke sebuah ruangan dan menguncinya. Alexa terdorong ke ruangan itu dan jatuh lemas.
"Apa kau akan mengurungnya?" tanya Bein yang datang mendekat.
"Kunci dia di sini, aku akan membunuhnya setelah selesai bekerja," balas Chaneh, dia melempar sesuatu pada Alexa di dalam lalu berjalan pergi.
Di dalam, Alexa mencoba berdiri dengan tubuh yang gemetar. Dia benar-benar kedinginan di sana. "Entahlah... Kedinginan atau bukan... Entah kenapa aku menjadi gemetar... Apakah aku takut... Tapi aku seharusnya melawannya sama seperti aku memukul di atas ring, tapi begitu aku teringat harus memukul seseorang, rasanya pikiran ini terus membunuhku dan membuatku berhenti melakukannya... Ini semua sudah berakhir... Seharusnya aku tak perlu menyombongkan diri, aku hanya harus mengakui bahwa aku memang payah, aku memang wanita yang payah..." Ia tampak putus asa, bahkan beberapa kali dia hampir kehilangan kesadarannya.
Kemudian dia melihat sesuatu yang dilemparkan di dekatnya oleh Chaneh tadi, rupanya sebuah liontin berbentuk nama miliknya di sana. Dia mengambilnya di tangannya yang gemetar. Ia melihat sambil mengingat sesuatu.
"Kehidupanku... Sangatlah berbeda dengan kehidupan kalian yang suka melakukan seenaknya, aku sangat mencintai apa yang kulakukan dulu, karena memang aku selalu yang menjadi nomor satu. Mereka berteriak memanggil namaku dengan dukungan yang kuat, meskipun aku tahu, aku selalu melihat ayahku memperbaiki mobil di saat diriku masih kecil. Ibu hanyalah seorang yang biasa saja dan keluarga kami tak lebih dari biasa.
Mereka berdua mati di usiaku yang 10 tahun dengan jarak yang tak jauh, di saat itu juga tekanan tubuhku menyerang, aku gampang sakit dan pingsan karena penyakit ini. Tapi aku putuskan untuk merawat tubuhku dan berusaha semaksimal mungkin untuk melalui semuanya. Aku juga membutuhkan uang untuk selalu membeli obat agar aku tidak terserang rasa panik yang kapan saja datang untuk membunuhku. Aku berhasil bergabung dengan hal yang gelap dan ilegal, jika bukan karena kemampuan burukku, aku juga tak akan pernah diambil atau diterima di tempat seperti itu. Ini semua mulai menjadi sebuah kriminalisasi di mataku yang telah terbuka di usia yang masih muda.
Sampai sekarang... Hidupku benar-benar berakhir... Tak ada yang peduli padaku sama sekali. Dari titik awal aku lahir dan dari akhir perjuanganku, aku melakukan semuanya sendiri membuat tubuhku begitu tertekan. Ini adalah tekanan dalam tubuhku.... Tak ada siapa pun yang bisa mengerti."
Bein membuka pintu, membuat Alexa menoleh padanya. Dia ada di pojokan dinding, duduk memeluk kakinya di sana. Bein mendekat dan melemparkan selimut padanya. Alexa terdiam menatapnya.
"Kau pasti kedinginan... Di sini tak ada obat, hanya ada itu," kata Bein, sambil menunjuk selimut tadi.
Lalu Alexa terdiam mendengar itu. Ia mulai mengingat seseorang. "Obat? Kupikir aku sudah meminum obat yang diberikan olehnya, tapi... Itu tetap sama saja..." Dia mengingat Jake.
"Tapi mau bagaimana lagi... Ini adalah jalan akhir milikku, aku akan dihukum mati di sini... Tak ada hal terakhir dan kata terakhir yang mau aku ucapkan saat ini." Dia menundukkan wajahnya, lalu pintu terbuka dan yang membukanya adalah Chaneh. Dia membawa pisau besar. Mendekat, melangkah dengan santai ke arah Alexa.
"Seharusnya aku tahu dia sedang bermain taruhan saat itu, pastinya aku tak akan bertanding karena dia adalah orang terkejam yang kukenal dari lawan-lawan lain."
Saat Alexa masih menjadi petarung, dia sudah selesai bertanding dan turun dari ring. Ada wanita lain yang ikut dengannya ke ruang ganti.
"Kau sudah dengar tentang orang paling kriminal di sini? Dia akan datang entah kapan, dia adalah pembunuh bayaran tinggi, sekali memesan barang, dia tak akan membayar dengan uang, tapi dengan membunuh."
"Kriminal atas?" Alexa terdiam bingung. Seharusnya dia waspada setelah mendengar hal itu, tapi dia sama sekali tak memperhatikan bahwa Chaneh datang di pertandingan ke-16-nya yang mengakibatkan dia kalah.
"Biar aku berkata lagi... Alexa," kata Chaneh, berdiri tepat di depannya.
"Katakan padaku, apa kalimat yang mau kau katakan sebelum aku menjadi penghukum mu?" tambahnya.
Alexa hanya menunduk lalu mengatakan sesuatu. "Maafkan aku," kata Alexa. Seketika, wajah Chaneh berubah tak percaya.
"Aku sudah lama meninggalkan catatanku di lemari tua, selama ini aku telah sadar akan sesuatu, aku wanita yang baik... Aku menjaga kehormatanku hingga dewasa, tapi entah kenapa mereka terus saja merendahkanku. Aku satu-satunya wanita yang dipandang banyak mata. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku takut karena aku benar-benar mengira mereka adalah mata-mata milikmu. Aku kembali berpikir kau melakukan ini padaku karena kau pernah berurusan dengan kedua orang tuaku," kata Alexa.