Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hide In The Villa
Alsa masih berdiam diri dengan jantung yang berdetak cepat seperti meletup-letup dari tempatnya. Nafasnya terasa sesak. Bukan karena Gerald masih membekap mulutnya, tetapi juga Gerald yang begitu dekat dengannya. Jarak mereka sangat tipis dan ini untuk yang pertama kalinya Alsa dan Gerald berada di jarak yang begitu dekat seperti sekarang.
Gerald segera melepaskan tangannya dari mulut Alsava. "Sstt jangan berisik, gue nggak mau temen-temen gue tahu lo ikut gue," ucap Gerald datar dan lirih.
Alsa memajukan bibirnya kesal. Siapa juga yang berniat ikut dengan cowok alay itu? Alsa salah masuk mobil tadi karena sudah begitu ngantuk dan kesal.
Gerald mulai masuk ke dalam, diikuti Alsava dari belakangnya. Dengan sangat pelan dan hati-hati Gerald memasuki kamar yang memang sudah disediakan oleh pihak Vila untuknya.
"Lo diem di sini," ucap Gerald menyuruh Alsa untuk berdiam diri di kamarnya.
"Lo mau kemana?" tanya Alsa dengan suara setengah berbisik.
"Temuin temen-temen gue," jawab Gerald yang langsung keluar dari kamarnya.
Alsa menghela napasnya kasar. Kenapa juga sih dia bisa sampai nyasar ke mobil cowok alay seperti Gerald? Dengan kesal Alsa mulai membaringkan tubuhnya di ranjang. Masalah Gerald yang tidur dimana nanti, Alsa masa bodoh amatlah.
Gerald menemui teman-temannya di belakang Vila yang sudah mulai dengan acara barbeque untuk kemenangan mereka tadi. Lampu juga sudah menyala kembali karena Gerald sudah memberitahukan kepada petugas Vila.
"Nah ini nih yang ditunggu dari tadi," ucap Abim melihat kedatangan Gerald.
"Woy Ral lama amat lo, sini lah!" teriak salah satu temannya.
Gerald tersenyum. Lalu menghampiri mereka yang sudah mulai sibuk dengan acara bakar-bakarannya.
Verrel yang duduk di sebelah Gerald menepuk pundak Gerald dengan pelan. "Thank Ral, lo bantuin gue banget tadi," ucap Verrel membuat Gerald menganggukan kepalanya.
Gerald tersenyum lalu mengangguk. "Jangan berlebih gue nggak sehebat lo," jawab Gerald merendah.
Verrel kembali mengangguk. Dia sudah paham karakter Gerald yang tidak suka dipuji meski itu karena keberhasilan yang dia lakukan. Karena menurut Gerald dia hanya membantu saja. Ada atau tidaknya Gerald tadi tim basket sekolahnya tetap akan menang.
Abim yang tadi sedang sibuk dengan panggangannya menghampiri Gerald dan Verrel.
"Wuih... Keren lo tadi bro," puji Abim kepada Gerald.
Abim baru tahu jika Gerald juga jago basket selain pelajaran dan yang lainnya.
"Eh Rel pertandingan minggu depan sekolah kita lawan SMA Pelita ya?" tanya Abim lagi.
Abim memang tidak ikut tim basket. Dia hanya menjabat sebagai anggota asis seperti Gerald. Tetapi dimana ada Gerald dan Verrel di situ juga pasti ada Abim.
Verrel mengangguk. "Iya, dan lawan kita timnya Digo, lumayan bikin keringatlah buat minggu depan," jelas Verrel membuat Abim mengangguk.
Abim memikirkan sesuatu. Dia seperti tahu nama yang tadi disebutkan oleh Verrel tadi. Abim pernah membaca di take name salah satu siswa. Tetapi dimana dan kapan Abim lupa.
"Lo kalau nggak sibuk, bantuin kita lagi Ral," ucap Verrel yang hanya diangguko oleh Gerald.
Mereka melanjutka acara bakar-bakarannya. Bahkan sampai tengah malam. Sekitar jam setengah 2 nereka akhirnya memutuskan untuk istirahat dan pergi ke kamar masing-masing.
"Ral kita satu kamar kan?" tanya Abim kepada Gerald.
Gerald menghentikan langkahnya. Begitu juga dengan Verrel yang berada di sebelahnya.
"Kenapa?" tanya Abim melihat wajah Gerald yang terlihat aneh dan tidak setuju dengan usulnya.
Padahal sudah jelas jika mereka bertiga satu kamar. Seperti yang lainnya juga menggunakan kamar dengan di isi 3 atau 4 orang.
"Oke gue tahu lo pasti capek, gue sama Abim biar tidur di kamar yang satunya. Masih ada yang kosong kok," jelas Verrel yang tahu jika Gerald seperti tidak ingin diganggu. Tetapi karena apa Verrel sendiri tidak tahu.
Gerald menghela napasnya kasar. Ini semua karena adanya Alsava. Tetapi Gerald tidak ingin kedua sahabatnya salah paham karena membawa Alsava ikut ke Vila bersama dengan dirinya.
"Sorry Bim, Rel," jawab Gerald yang langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang masih berdiri di tempatnya.
Abim masih menatap kepergian Gerald dengan bingung. Karena Gerald tidak seperti yang biasanya. Verrel segera menepuk pundak Abim dan mengajaknya untuk pergi.
Sampai di depan pintu. Gerald sedikit ragu untuk masuk karena di dalam ada Alsava yang mungkin saja sudah tertidur. Tetapi dia juga butuh istirahat setelah capek seharian penuh dengan aktifitas yang padat. Bahkan panggilan dari Anaya juga Gerald abaikan. Gerald terlalu lelah jika harus menghadapi Naya yang terkadang seperti anak kecil. Naya sudah berubah sejak menginginkan Gerald bukan sebagai sahabatnya, tetapi sebagai kekasih hatinya.
Ceklek
Gerald membuka pintu kamar. Terlihat Alsa yang sudah tertidur dengan pulas. Gerald menghela napasnya kasar. Lalu berjalan untuk menghampiri Alsa. Niatnya untuk membangunkan Alsa dan mengantarnya pulang. Meskipun Gerald begitu lelah, tetapi dia juga tidak sopan membawa seorang gadis yang belum menjadi istrinya. Alsa baru calon istrinya.
"Bangun lo," ucap Gerald seraya menggoyangkan pundak Alsava.
Alsa tidak bergeming. Dia masih memejamkan matanya dan tidur dengan pulasnya. Gerald lagi-lagi menghela napasnya.
Tidak mungkin juga dia menggendong Alsa dan memasukinya ke dalam mobil. Bisa saja teman-temannya di Vila ada yang melihat. Matanya menatap gadis cantik di depannya.
"Lo cantik tapi suka bikin masalah," gumam Gerald masih dengan menatap Alsava.
Tanpa disadari bibirnya melengkung ke atas. Gerald tersenyum tipis melihat Alsa yang terlihat menggemaskan ketika sedang tertidur. Sangat berbeda sekali jika Alsa sedang membuka mata. Alsa akan selalu membuat gara-gara dan memberontak jika diberi hukuman karena kesalahannya.
Gerald memutuskan untuk tidur di sofa sebelah ranjang kamar. Dia memasang alarn agar bangun lebih awal, bahkan Gerald sudah mengirim pesan singkat untuk meminta sopirnya menjemput Alsa di Vila besok pagi-pagi sekali sebelum teman-temannya bangun.
Dan benar saja keesokan paginya Gerald terbangun karena suara alarm yang dipasangakan tadi malam. Masih jam 4 lebih semua teman-temannya juga masih tertidur dengan lelap.
Gerald melihat Alsa yang masih meringkuk di tempatnya. Alsa masih terlihat cantik meskipun tanpa make up di wajahnya. Dengan senyum tampannya Gerald mencibir Alsa yang tidur seperti kebo. Tidak terganggu dengan adanya alarm yang dia pasang. "Dasar kebo,"
"Al bangun," ucap Gerald mencoba untuk membangunkan Alsava.
Bukannya bangun, Alsa malah merubah posisi tidurnya. Gerald semakin tidak tega membangunkan Alsa di pagi buta seperti sekarang ini. Tetapi jika Alsa tidak segera pergi dari Vila. Bisa gawat nantinya, Gerald tidak bisa lagi menyembunyikan Alsa seperti tadi malam.
"Alsa bangun," bisik Gerald tepat di telinga Alsava. Dan Gerald terpaksa melakukan itu karena Alsa tidak kunjung bangun juga.
Alsa terkesiap, dia langsung menoleh ke arah Gerald dan hampir saja berteriak jika saja Gerald tidak cepat membekap mulutnya.
"Sstt.. Jangan teriak," ucap Gerald membuat Alsa mengangguk.
Alsa baru sadar jika dia tidur di Vila karena kesalahannya tadi malam dan harus membuatnya ikut dengan Gerald.
Gerald melepaskan tangannya. "Lo siap-siap sopir gue udah di depan, dia juga bawa mobil lo," jelas Gerald membuat Alsava mendelik.
Alsa melihat jam yang masih menunjukan jam setengah 5 dan dia harus pergi di pagi buta seperti ini. Alsa sangatlah malas. Dia masih ingin melanjutkan tidurnya lagi.
"Lo gila! gue masih ngantuklah jam segini," jawab Alsa kesal dan seakan enggan untuk melangkahkan kakinya menuju mobil.
Yang benar saja Gerald menyuruhnya untuk pulang di pagi buta seperti ini? Biasanya Alsa juga masih di alam mimpi tanpa gangguan seperti sekarang ini.
"Lo mau semua orang ngira kita ngapa-ngapain tadi malam karena gue sembunyiin lo di kamar ini?" tantang Gerald membuat Alsa terdiam sebentar.
Alsa menatap Gerald kesal. Benar juga apa yang dikatakan oleh Gerald, jika teman-teman Gerald tahu yang ada Alsa yang akan rugi. Dia sebagai cewek pasti akan dianggap rendahan. Berbeda dengan Gerald sebagai cowok yang hanya akan membuat teman-temannya tidak menyangka dengan perbuatan Gerald atau malah mungkin akan memuji Gerald sebagai cowok yang sudah menambah koleksi gadisnya. Secara Gerald palyboy tengil menurut pandangan Alsava sekarang.
Berikan Like, Comment dan Vote ya.. 😘
Kalau nggak sibuk banget aku up lagi nanti 🤗