"Dua kali lipat usaha, sepuluh kali lipat keuntungan!"
"Kamu sudah ketinggalan zaman. Angkatan Laut baru saja memperbarui sistem mereka ke 200 kali lipat!"
"Apa?! Jadi kalau kru bekerja dua kali lebih keras, kaptennya mendapat keuntungan sepuluh kali lipat?"
"Tidak masalah! Seperti yang kita semua tahu, Sistem Kapten adalah sistem terbaik, dan aku—Lion D Andi—juga kapten yang hebat!"
---
Andi terbangun di dunia bajak laut dan tanpa sengaja membangkitkan Sistem Kapten. Dengan sistem ini, usaha para krunya berlipat ganda, sementara keuntungannya melesat hingga ke langit!
Dari perairan Lautan Timur hingga Samudra Dunia Baru...
Dari seorang Pahlawan hingga menjadi Raja Bajak Laut
Dari buronan dengan hadiah 8 juta hingga menjadi legenda bernilai 10 miliar Bailey...
Saat Andi menoleh ke belakang, lautan telah dipenuhi mayat para bajak laut. Dan di sisinya, berdiri kru yang telah menjadi legenda:
Thief Cat, Shura, Black Foot, Dan Lain - lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - "Kematian Sang Tiran Monka Lahirnya Legenda Bajak Laut"
"Monka sudah mati! Hentikan pertempuran atau Mati !!!
Suara Andi tidak lantang, tapi cukup untuk membuat semua orang di medan pertempuran membeku.
Di tangannya, kepala Monka tergantung, wajahnya yang dulu angkuh kini kosong. Kematian itu nyata, tak terbantahkan.
Para prajurit laut yang sebelumnya bertarung dengan penuh keyakinan kini tampak seperti patung es. Wajah mereka pucat, tangan yang tadi menggenggam senjata gemetar.
Beberapa bahkan nyaris terjatuh, seolah gravitasi pun ikut menyeret harapan mereka ke dalam kehampaan.
"Mayor Monka... tewas?"
Seorang prajurit laut berbisik dengan suara bergetar, Ia memegang lengannya yang terluka, seolah ingin memastikan dirinya masih hidup di dunia nyata.
"Tidak mungkin… Tidak! Ini hanya tipuan!"
Seorang prajurit lainnya meraung, matanya dipenuhi penyangkalan, "Bagaimana aku bisa tunduk pada bajak laut?! Monka tidak mungkin kalah!"
Sebuah tawa putus asa keluar dari bibirnya, namun sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya
Swish!
Kepalanya melayang, darah menyembur liar, mengenai wajah rekan-rekannya yang berdiri di dekatnya.
"Hangat... asin... bau besi..."
Salah satu prajurit menyentuh wajahnya yang kini ternoda darah. Pupilnya membesar, nafasnya tersengal. Ini bukan mimpi. Ini nyata.
Darah merah pekat bercampur dengan debu di tanah. Rasa percaya diri mereka sebelumnya kini hancur seperti kaca yang pecah berkeping-keping.
Jika Monka yang kuat pun bisa ditebas dengan begitu mudahnya, lalu apa artinya perlawanan mereka?
Satu per satu, senjata-senjata logam jatuh ke tanah. Sebuah simfoni ketakutan dan keputusasaan.
Pertempuran di pulau itu telah berakhir.
Ketika para prajurit laut ditangkap dan diikat, sekelompok bajak laut yang setia kepada Andi berkumpul di sekitarnya. Tatapan mereka penuh dengan ketidakpercayaan dan rasa hormat.
"Kapten... Dia benar-benar mengalahkan Monka?"
"Mengalahkan? Ini lebih dari sekadar mengalahkan! Ini penghancuran total!"
Seorang bajak laut dengan topi besar mendekat, menatap kepala Monka yang tergeletak di tanah. Dengan gemetar, ia menyentuh leher mayat itu, seolah ingin memastikan bahwa ini bukan ilusi.
"Kali ini, kapten kita pasti akan terkenal di seluruh Lautan Timur!"
"Bahkan monster-monster di Grand Line pun mungkin tidak bisa menandingi kapten!"
Beberapa dari mereka tertawa, beberapa menatap Andi dengan api semangat yang baru menyala di mata mereka.
"Aku merasakan sesuatu yang berbeda…" Seorang bajak laut bergumam. "Kapten kita… bukan hanya semakin kuat… Dia telah berubah. Secara mental, fisik, dan tekadnya. Ini bukan Andi yang dulu!"
Semua orang kini menatap punggung Andi. Kekaguman dan keyakinan bercampur menjadi satu. Jika sebelumnya mereka hanya mengikutinya demi keuntungan atau keseruan, kini mereka benar-benar percaya—Andi adalah pemimpin yang akan membawa mereka ke puncak dunia bajak laut.
Langit yang tadinya mendung kini tampak lebih terang. Seolah pulau ini baru saja melewati badai besar.
Andi berdiri di atas penghalang kapal perang yang kini telah mereka rebut. Di hadapannya, para prajurit laut yang tertangkap berlutut dalam ketakutan.
Seorang pria berjubah dengan wajah tertutup sebagian melangkah maju. Dialah juru mudi Andi, kini menjabat sebagai wakil kapten sementara.
"Kapten, apa yang harus kita lakukan dengan mereka?"
Andi menatap para tawanan dengan ekspresi dingin. Ia terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata dengan suara rendah, namun tegas:
"Tinggalkan mereka di pulau ini."
Juru mudi itu tampak terkejut. "Kapten… orang-orang ini telah menumpahkan darah banyak saudara kita. Kita hanya akan membiarkan mereka pergi begitu saja?"
Tangannya yang memegang kemudi mengepal erat.
"Apa kau sedang mencoba mengajariku cara memimpin?"
Suara Andi terdengar lebih tajam.
Juru mudi itu langsung berlutut, wajahnya pucat. "T-tidak, kapten! Aku tidak berani!"
Detik itu, ia sadar. Andi bukanlah pria baik hati. Ia bukan seorang kesatria dengan hati mulia.
Ia adalah bajak laut sejati.
Seorang pemangsa.
Dan bagi mereka yang menantangnya tidak ada jalan keluar.