Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Aditya
Pagi ini, mentari sudah bersinar cerah. Cahayanya sudah menembus masuk sampai ke sela-sela jendela kamar. Amira pagi ini masih berada di dalam kamarnya. Sejak tadi dia masih menemani Kayla anaknya yang masih tidur nyenyak di atas tempat tidur.
Amira melangkah ke arah jendela kamar. Dia dengan perlahan membuka korden jendela kamarnya. Amira kemudian menatap Kayla yang masih terlelap.
"Kamu nyenyak banget tidurnya sayang. Mama nggak akan ganggu tidur kamu," ucap Amira.
Amira menghampiri Kayla. Dia kemudian memegang kening Kayla.
"Syukurlah panas kamu sudah turun. Mama sangat mengkhawatirkan kamu sayang. Tadi malam badan kamu panas banget. Mama takut kamu kenapa-kenapa. Mama belum punya uang untuk memeriksakan kamu ke dokter. Mama hanya bisa mengompres kamu setiap malam, maafkan Mama sayang karena Mama belum bisa membahagiakan kamu," gumam Amira.
Amira sangat mengkhawatirkan kondisi anaknya. Sudah dua hari, Kayla demam. Dia juga selalu mengiggau dan menyebut-nyebut ayahnya.
Ring ring ring
Tiba-tiba suara ponsel Amira berdering. Amira buru-buru mengambil ponselnya yang ada di atas tempat tidur.
"Nomer siapa ini," ucap Amira. Dia tidak mengenali nomer siapa yang menelponnya.
"Halo..."
"Halo Amira..."
Amira terkejut saat mendengar suara Reifan dari balik telpon.
Mas Reifan, kenapa dia bisa tahu nomer aku, batin Amira.
Sejenak Amira diam.
"Halo Amira... kamu masih di sana?"
"Halo..."
"Halo Amira. Izinkan aku bicara sama kamu Amira."
Amira kembali mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Halo. Dari mana kamu tahu nomer aku?"
"Kamu tidak perlu tahu aku dapat nomer kamu dari mana. Aku cuma pengin bicara sebentar sama kamu Amira."
"Sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi Mas. Kita sudah bercerai. Kita sudah bukan siapa-siapa lagi. Lebih baik, kamu tidak usah ganggu aku dan Kayla lagi Mas."
"Amira. Aku mohon Amira. Maafkan semua kesalahan aku. Aku nelpon kamu, karena aku hanya ingin tahu kabar kamu dan anak kita saja."
"Anak kita? sejak kapan kamu menganggap Kayla anak kamu. Bukankah kamu bilang waktu itu, kalau Kayla bukan anak kandung kamu. Tapi anak selingkuhan aku."
"Amira. Dengarkan aku Amira. Waktu itu aku emosi. Aku tidak bermaksud untuk bicara seperti itu. Aku juga tidak bermaksud untuk mentalak kamu Amira. Aku hanya terpengaruh oleh ibu dan adik aku saja. Sekarang aku tahu, kamu itu tidak bersalah. Ibu ku lah yang salah."
"Sudah terlambat untuk membicarakan soal ini Mas. Tolong, mulai sekarang jangan pernah ganggu hidup aku lagi Mas."
Tut Tut Tut.
Amira buru-buru mematikan ponselnya. Dia sama sekali tidak ingin bicara dengan mantan suaminya.
Amira menatap Kayla lekat. Kayla tampak nyenyak tidur. Sudah dua hari dia demam. Dan Amira belum sempat membawa Kayla ke dokter. Amira sama sekali tidak punya uang untuk membawa Kayla ke dokter. Dia hanya memberikan Kayla obat warung untuk meringankan demamnya.
Sejak bercerai dengan Reifan, hidup Amira berubah drastis. Dia hidup dengan ekonomi yang sangat memprihatikan. Setelah bercerai, Amira masih terus berjuang untuk mencari nafkah demi Kayla. Saat ini dia menghidupi Kayla dengan berjualan keliling. Dengan berjualan dia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya walau hanya pas-pasan saja untuk makan, bayar kontrakan, dan membayar sekolah Kayla.
"Papa... Papa..." Amira terkejut saat melihat Kayla mengiggau dan menyebut-nyebut ayahnya.
Sudah dua hari ini semenjak demam, dia selalu menyebut-nyebut ayahnya.
"Sayang, sabar ya sayang. Ini Mama sayang. Mama janji, mama akan mencari uang yang banyak untuk membawa kamu periksa ke dokter," ucap Amira sembari mencoba menenangkan anaknya.
Amira bangkit dari duduknya. Setelah itu dia mendekati jendela kamarnya. Amira menatap ke luar jendela.
"Aku mau jualan hari ini. Mudah-mudahan, kuenya laku semua agar aku bisa mendapatkan banyak uang. Nanti sore, aku akan membawa Kayla periksa ke dokter," gumam Amira.
Hari ini, Amira akan pergi berjualan dan berencana untuk menitipkan Kayla ke tetangga dekat rumahnya. Sebelum Amira pergi, Amira memasak dan menyiapkan makanan untuk Kayla. Setelah makanan siap, Amira kemudian bersiap-siap untuk pergi berjualan.
"Kayla belum bangun, tapi aku harus pergi sekarang," ucap Amira.
Amira keluar dari rumahnya. Setelah itu dia ke rumah Bu Ani tetangga yang biasa Amira menitipkan anaknya.
"Bu Ani, saya mau titip Kayla. Dia sedang sakit. Saya sudah menyiapkan sarapan untuk Kayla di meja makan. Tapi sekarang dia belum bangun," ucap Amira.
"Kamu mau berangkat jualan sekarang?"
"Iya Bu."
"Ya sudah kalau mau pergi. Pergi saja. biar Kayla sama saya."
"Makasih banyak ya Bu."
"Iya. Hati-hati ya."
Setelah menitipkan anaknya pada Bu Ani, Amira kemudian pergi meninggalkan rumahnya untuk berjualan.
Amira berjalan menyusuri jalanan untuk menjual kuenya. Sudah sejak tadi, Amira berjualan. Namun, belum ada satu pun kue yang terjual.
"Bu Amira," ucap seseorang dari belakang Amira.
Amira menoleh ke belakang. Dia terkejut saat melihat Aditya sudah berada di belakangnya.
"Aditya. Kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Amira pada Aditya yang tak lain adalah asisten mantan suaminya.
Aditya tersenyum.
"Bu Amira, Pak Reifan yang menyuruh saya untuk mencari ibu. Akhirnya saya bisa menemukan Bu Amira di sini."
"Jangan panggil saya Ibu. Saya sudah bukan istri atasan kamu lagi. Panggil saja saya Amira. Lagian, saya juga sudah tidak punya hubungan apa-apa dengan Reifan."
Aditya diam. Dia menatap Amira lekat. Dia merasa prihatin dengan kondisi Amira saat ini. Padahal sebelum bercerai dengan Reifan, Amira punya segalanya. Karena Reifan adalah seorang pengusaha. Dia bisa memberikan segalanya untuk istrinya termasuk mobil dan rumah mewah. Namun semua sudah berubah semenjak Amira diusir oleh Reifan dari rumahnya.
Amira pergi hanya membawa Kayla dan baju-bajunya saja. Dia tidak membawa uang sepeserpun. Dan Reifan pun tidak memberikan harta gono-gini ke Amira dan Kayla. Karena Reifan fikir, Kayla bukan darah dagingnya.
"Amira, aku sudah lama ikut dengan Pak Reifan. Aku tahu segalanya tentang hubungan kamu dan Pak Reifan. Sekarang bagaimana kabar kamu dan Kayla anak kamu? apakah kalian baik-baik saja? dan sekarang kamu tinggal di mana Amira ?" tanya Aditya.
"Seperti ini lah keadaan aku sekarang Dit. Aku jualan keliling untuk memenuhi kebutuhan hidup aku dan Kayla. Aku tinggal di rumah kontrakan kecil di sekitar sini."
Aditya menatap sekeliling.
"Boleh aku mampir ke rumah kontrakan kamu?" tanya Aditya.
"Maaf, bukannya aku nggak membolehkan kamu mampir ke rumah aku. Tapi aku nggak mau sampai Reifan tahu rumah aku. Aku belum bisa memaafkan dia. Sudah terlalu sakit hati aku Dit. Aku tidak mau ketemu dia."
Amira terkejut saat Aditya meraih tangannya.
"Amira, aku tidak akan memberi tahu keberadaan kamu pada siapapun termasuk Pak Reifan. Mulai sekarang, anggaplah aku sahabat kamu. Aku akan membantu semua kesulitan kamu Amira."
"Maaf, aku harus kembali berjualan," ucap Amira sembari menghempaskan tangan Aditya.
Amira buru-buru pergi meninggalkan Aditya. Dia tidak mau menghiraukan Aditya. Karena Amira tahu, kalau Aditya adalah kaki tangan mantan suaminya. Dan Amira sudah tidak mau berurusan lagi dengan Reifan dan orang-orangnya Reifan termasuk Aditya.
Aditya tidak mau kehilangan jejak Amira lagi. Dia diam-diam mengikuti kemana Amira pergi. Sampai akhirnya, dia menemukan tempat tinggal Amira.
"Oh, jadi Amira tinggal di sini," ucap Aditya.