Ini adalah kisah perjalanan seorang mafia italia yang bernama Ken dari keluarga Gatto salah satu keluarga mafia kelas kakap yang ada di italia,lika liku kehidupan gelap mafia ia jalani menjadi mesin pembunuh terbaik di keluarga Gatto,awal mula ketika ia diculik oleh sindikat perdagangan manusia di korea dan ia dibawa ke italia untuk dijadikan pekerja paksa namun siapa sangka ketika ia mencoba kabur dari sindikat tersebut ia bertemu dengan bos mafia di sana.Ken pun menjadi anak angkat bos mafia yang bernama Emilio itu.ia disekolahkan dan didik menjadi mesin pembunuh yang kejam hingga tidak ada satupun di dunia mereka yang tidak mengenal seorang Ken,orang yang kejam,berdarah dingin,diskriminatif dan berani itu menjadi pembunuh nomor satu di italia,bahkan namanya tidak hanya terkenal di keluarga mafia yang ada di italia saja,keluarga keluarga mafia dari berbagai belahan dunia mengenal baik nama seorang Ken
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gatto Pieno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Sementara itu, dalam perjalanan, sang kapten melaporkan kesuksesan misinya kali ini kepada Fabio, walaupun semua laporannya adalah laporan palsu yang dibuat atas kesepakatannya bersama Ken.
"Maaf, Tuan, mengganggu Anda malam-malam begini," sang kapten memulai percakapan dari balik teleponnya.
"Ada apa, Kapten?" jawab Fabio.
"Lapor, Tuan, misi yang telah Anda berikan telah saya selesaikan," lapor sang kapten kepada Fabio.
"Bagus...bagus...ternyata julukanmu sebagai beruang tak terkalahkan tidaklah salah," jawab Fabio dari balik teleponnya.
"Saya akan segera meninggalkan Italia, untuk urusan uang bisa Anda urus pada direktur korps kami," ucap sang kapten.
"Baiklah, satu juta USD per kepala kalian akan segera saya kirim," Fabio langsung menutup teleponnya.
Sementara itu di dalam ruangan Fabio, Argus dan Antonio duduk di sofa ruangan itu sambil menghisap cerutu di tangan mereka. Untuk kalian yang belum tahu, Antonio adalah anak sulung Fabio, ia yang berpotensi menggantikan ayahnya itu daripada anak-anaknya yang lain. Ia unggul dari segala aspek. Hal itu terjadi karena Argus menolak menggantikan Fabio menjadi pemimpin keluarga. Memang dari awal Argus tidak mengincar jabatan, ia hanya ingin membalas budi kepada Fabio atas pertolongannya kali itu.
Mereka berdua dipanggil oleh Fabio ke ruangannya karena ia ingin memberitahu kabar kemenangannya kali ini.
"Ada apa Ayah memanggil kami ke sini?" tanya Antonio.
"Aku ingin memberitahu kalian bahwa aku berhasil membunuh Ken kali ini," jawab Fabio.
"Apa kabar itu benar, Ayah? Bagaimana mungkin seorang Ken bisa terbunuh hanya dalam waktu semalam?" ucap Antonio.
"Kau tenang saja, aku percaya pada orang suruhan Argus itu," Fabio menatap Argus yang dari tadi diam menyimak percakapan ayah dan anak itu.
"Siapa orang suruhan Kakak itu? Betapa hebatnya mereka bisa membunuh Ken yang sehebat itu," tanya Antonio kepada Argus.
"Aku menyuruh korps tentara bayaran yang berada di Afghanistan," jawab Argus singkat.
"Aku tidak percaya kepada mereka, bisa saja mereka malah menerima negosiasi dari Ken dan tak jadi membunuhnya," ucap Antonio sambil menunjukkan tatapan sinis ke arah Argus.
"Jika kau tidak percaya kepada mereka, berarti kau juga tidak percaya kepada kami," ucap Fabio sambil menatap tajam ke arah anaknya itu.
"Aku bukan tidak percaya kepada Ayah, tapi aku tidak mempercayai orang asing yang berada di ruangan ini," Antonio masih melirik sinis ke arah Argus.
"Kau jangan berkata seperti itu, Antonio. Walaupun ia adalah orang yang kupungut, tapi ia telah mengabdi padaku jauh lebih lama daripada kau yang sangat cengeng itu," ucap Fabio sedikit menaikkan suaranya.
Keadaan di dalam ruangan itu mulai memanas oleh mereka. Antonio sangat membenci Argus karena ia selalu dipuji oleh anggota keluarga lain, padahal yang akan menjadi penerus Fabio adalah dirinya.
Fabio menyuruh mereka berdua keluar dari ruangannya. Di tengah lorong menuju lobi depan, Argus dicegat oleh Antonio.
"Apa kau senang selama ini mendapat perhatian semua orang?" Antonio berbicara sambil menatap tajam mata Argus.
"Kau salah, Toni. Selama ini aku hanya ingin balas budi kepada bos, tidak ada dalam diriku niatan untuk mencari perhatian kepada anggota keluarga lain," jawab Argus.
"Heh, bullshit. Omonganmu sangat busuk seperti dirimu yang aneh itu," Antonio tersenyum remeh kepada Argus.
"Ku beritahu kau satu hal, jika bos sangat tidak suka pada orang yang lemah seperti dirimu. Bukan salahku jika bos lebih percaya padaku daripada dirimu yang lemah itu," Argus mulai memprovokasi Antonio.
"BANG*AT KAU..." Antonio melancarkan serangan kepada Argus, tetapi dapat dengan mudah ditahan oleh Argus.
"Kau memang kuat, Toni, tapi kau lebih lemah dariku," ucap Argus sambil menahan tangan Antonio dan melepaskannya.
Antonio hanya bisa diam menahan amarahnya. Perkataan Argus memang benar, ia tidak sekuat Argus. Argus telah banyak melalui pertarungan hidup dan mati, berbeda dengan dirinya yang hanya berlatih tanpa melalui pengalaman yang sesungguhnya.
"Kau tunggu saja, Argus, aku akan membunuhmu," gumam Antonio dalam hatinya.
Dua malam setelah kejadian itu, Ken sedang pergi ke Rusia menemui Ivan, kepala keluarga dari Bratstvo. Ia adalah generasi ketiga setelah ayahnya. Dulu ayahnya yang ditolong oleh Emilio dalam percobaan pembunuhan oleh keluarga Black Rosse di Ukraina. Namun, setelah ayahnya jatuh sakit, ia yang meneruskan pabrik bisnis ayahnya. Jika kalian tahu, keluarga Bratstvo adalah satu-satunya keluarga yang hanya menjalankan bisnis legal. Mereka memasok senjata untuk seluruh dunia.
Bisa kalian bayangkan jika ada konflik antar negara, bisnis merekalah yang paling untung. Keluarga-keluarga mafia juga menjadi distributornya untuk menjual senjata-senjata dari mereka, termasuk keluarga Gatto.
Sesampainya di Rusia, ia disambut hangat oleh Ivan. Mereka bagaikan saudara yang telah lama tak bertemu.
"Hai, apa kabar? Lama tak bertemu denganmu, sobat," Ivan memeluk Ken.
"Aku sedang tidak baik-baik saja, banyak pertikaian yang terjadi akhir-akhir ini," jawab Ken.
"Kau masih sama saja seperti dulu, terlalu jujur. Tidak bisakah kau berpura-pura untuk baik-baik saja denganku?" ucap Ivan tertawa menepuk-nepuk pundak Ken.
"Ayo kita ke markas, ayah tidak sabar bertemu denganmu," ucap Ivan sambil membawa Ken menuju mobilnya.
Sesampainya di markas keluarga Bratstvo, Ken sedikit terkejut melihat pabrik senjata itu. Terakhir kali ia ke sana saat menemani Emilio berkunjung menemui Aldrich, ayahnya Ivan, dua tahun yang lalu.
"Kenapa kau terkejut seperti itu, Ken?" tanya Levi.
"Ah, tidak. Aku hanya terpukau melihat pabrik senjata ini. Bagaimana mungkin kalian bisa berkembang secepat ini," ucap Ken.
"Kau tahu sendiri, kawan, jika dunia ini sedang gempar-gemparnya. Banyak perang antar negara terjadi, bahkan belum lama ini negaraku sendiri yang berperang. Ini sangat menguntungkan bagi bisnis kami," jelas Ivan.
Ken hanya mengangguk pelan. Ia juga berpikir, keuntungan keluarganya yang hanya menjual senjata di Italia saja sangat besar, apalagi jika mereka menjualnya di seluruh dunia.
Mereka berdua melanjutkan berkeliling pabrik dan menuju markas utama keluarga Bratstvo. Di sana ia langsung disambut oleh Aldrich yang menggunakan kursi rodanya dan dikawal oleh dua panglima tempur keluarga Bratstvo.
"Apa kabarmu, Ken? Aku sangat berduka cita atas kematian Emilio," ucap Aldrich berusaha menjabat tangan Ken dari kursi rodanya.
"Terima kasih, Paman, atas ucapannya," Ken menyambut tangan Aldrich.
"Ayo masuk, ada yang sudah menunggu di dalam," ucap Aldrich.
Mereka mulai berjalan masuk ke markas utama. Ivan mempersilakan Ken duduk di sofa yang ada di sana. Tak lama kemudian datang seorang wanita berparas cantik bermata biru ke arah mereka.
"Perkenalkan, Ken, ini adalah putri bungsuku. Namanya adalah Stevia," Aldrich memperkenalkan wanita itu kepada Ken.
"Hai," ucap Ken dengan dingin.
"Kau tak perlu menatapnya seperti itu, kawan. Jika kau seperti ini terus, bagaimana kau akan punya pasangan?" ucap Ivan sedikit meledek Ken.
"Berhubung kau datang ke sini, langsung saja aku ingin menyampaikan sesuatu yang penting padamu," ucap Aldrich.
"Karena kita sudah seperti saudara jauh, dan aku ingin hubungan kita tidak sebatas saudara saja," ucap Aldrich.
"Maksud Anda?" Ken sedikit kebingungan dengan pernyataan Aldrich.
"Aku ingin menjodohkanmu dengan putri bungsuku," ucap Aldrich terang-terangan.
Ken hanya terdiam mendengar ucapan Aldrich barusan. Ia tidak bisa menerima perjodohan itu karena di dalam hatinya hanya ada Yoo Ra seorang. Jika ia langsung menolak, bisa-bisa keluarga Bratstvo tersinggung kepadanya. Saat ini ia dalam kondisi terpojok pada perasaannya, perasaan cintanya pada Yoo Ra dan perasaannya untuk keluarga Gatto.
Saran, lanjut thor, semangatt