Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fakta yang Baru Arya Tahu
Usai acara akad nikah yang penuh haru dan kebahagiaan, Mikael dengan penuh cinta menggandeng tangan Wilda, membawanya menuju sebuah mobil mewah yang telah menanti mereka di depan masjid. Wilda, yang masih terbalut kebahagiaan, hanya bisa mengikuti langkah suaminya dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya.
Mobil mewah itu melaju membelah jalanan kota Jakarta, membawa Wilda dan Mikael menuju sebuah tempat yang masih menjadi misteri bagi Wilda. Ia bertanya-tanya dalam hati, ke mana suaminya akan membawanya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, mobil itu akhirnya berhenti di depan sebuah gerbang tinggi dan megah. Wilda terkejut melihat rumah mewah yang berdiri kokoh di balik gerbang tersebut. Rumah itu terlihat sangat besar dan mewah, dengan taman yang luas dan indah.
"Ini rumah kita, Sayang," kata Mikael sambil tersenyum.
Mata Wilda membelalak. Ia tidak percaya bahwa suaminya memiliki rumah semewah ini. Ia merasa seperti mimpi.
"Ini... ini rumah kita?" tanya Wilda dengan nada tidak percaya.
"Iya, Sayang," jawab Mikael sambil mengangguk. "Mulai sekarang, kita akan tinggal di sini."
Wilda masih terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Ia masih terkejut dan kagum dengan rumah mewah yang ada di hadapannya.
Mikael kemudian menggandeng tangan Wilda dan membawanya masuk ke dalam rumah. Wilda terus mengamati setiap sudut rumah itu dengan tatapan kagum. Rumah itu terlihat sangat mewah dan elegan, dengan perabotan yang modern dan mewah.
"Bagaimana, Sayang? Kamu suka dengan rumah ini?" tanya Mikael dengan nada lembut.
Wilda mengangguk pelan. Ia masih belum bisa berkata apa-apa. Ia terlalu kagum dengan rumah mewah yang ada di hadapannya.
"Saya suka sekali, Mikael," kata Wilda akhirnya. "Rumah ini sangat indah."
"Saya senang kamu suka," kata Mikael sambil tersenyum. "Saya akan melakukan yang terbaik untuk membuat kamu bahagia di rumah ini."
Mikael kemudian mengajak Wilda untuk berkeliling rumah. Ia menunjukkan setiap ruangan yang ada di rumah itu kepada Wilda. Wilda terus mengamati setiap sudut rumah itu dengan tatapan kagum.
"Rumah ini terlalu besar untuk kita, Mikael," kata Wilda. "Kenapa kamu membeli rumah sebesar ini?"
"Saya ingin memberikan yang terbaik untuk kamu, Sayang," kata Mikael. "Kamu pantas mendapatkan yang terbaik."
Wilda terdiam. Ia merasa sangat terharu dengan perhatian dan cinta yang diberikan oleh Mikael. Ia tidak menyangka akan mendapatkan suami yang begitu baik dan perhatian.
****
Dengan langkah berat dan hati yang penuh harap, Nurjannah membawa Juwita menuju rumah mewah Wilda dan Mikael. Sebagai seorang ibu, ia sangat ingin kedua anaknya berbaikan. Ia yakin, kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka pasti bisa diselesaikan dengan baik-baik.
Selama perjalanan, Nurjannah tak henti-hentinya menasehati Juwita. Ia meminta Juwita untuk melupakan amarah dan dendamnya pada Wilda. Nurjannah meyakinkan Juwita bahwa Wilda tidak mungkin melakukan perbuatan sekeji yang dituduhkan padanya.
"Juwita, Ibu mohon, jangan keras kepala," kata Nurjannah dengan nada lembut. "Wilda itu kakakmu. Dia tidak mungkin menyakitimu."
"Tapi, Bu ...." Juwita masih ragu dan bimbang. Hatinya masih dipenuhi amarah dan kekecewaan. Ia masih belum bisa melupakan perkataan Agustine yang telah menghasutnya.
"Ibu tahu, kamu masih marah sama Wilda," kata Nurjannah. "Tapi, Ibu yakin, dia tidak bersalah. Pasti ada kesalahpahaman di antara kalian."
"Tapi, Bu, Mas Aldo ...." Juwita tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia masih teringat dengan suaminya yang kehilangan pekerjaan akibat fitnah yang ia percayai.
"Soal Mas Aldo, biar Ibu yang urus," kata Nurjannah. "Kamu jangan khawatir. Yang penting sekarang, kamu harus minta maaf sama Wilda."
Juwita terdiam. Ia masih belum yakin dengan keputusan ibunya. Namun, ia juga tidak ingin mengecewakan ibunya.
Sesampainya di rumah mewah Wilda dan Mikael, Nurjannah langsung mengetuk pintu. Tak lama kemudian, Wilda membukakan pintu dengan senyum ramah.
"Ibu?" sapa Wilda dengan nada terkejut. "Ada apa Ibu datang ke sini?"
"Ibu mau bicara sama kalian," kata Nurjannah. "Bisa kita bicara di dalam?"
Wilda mempersilakan Nurjannah dan Juwita masuk. Mereka bertiga kemudian duduk di ruang tamu.
"Juwita, Ibu mau kamu minta maaf sama Wilda," kata Nurjannah dengan nada tegas.
Juwita terkejut mendengar perkataan ibunya. Ia masih belum siap untuk meminta maaf kepada Wilda.
"Tapi, Bu ...." Juwita mencoba untuk menolak.
"Tidak ada tapi-tapi," kata Nurjannah dengan nada yang sama. "Kamu harus minta maaf sekarang juga."
Juwita akhirnya mengangguk pasrah. Ia kemudian menatap Wilda dengan tatapan yang penuh penyesalan.
"Mbak Wilda," kata Juwita dengan nada lirih. "Aku minta maaf atas semua yang sudah saya lakukan. Aku sudah salah paham sama Mbak."
Wilda tersenyum. Ia tahu, Juwita tidak bersungguh-sungguh dengan permintaan maafnya. Namun, ia tetap memaafkan adiknya.
"Tidak apa-apa, Juwita," kata Wilda. "Aku juga minta maaf kalau ada salah sama kamu."
Keduanya kemudian berpelukan erat. Nurjannah yang melihat pemandangan itu, merasa sangat lega. Ia berharap, kedua anaknya akan kembali berbaikan seperti dulu.
****
Dengan langkah gontai dan pikiran kalut, Arya berjalan menyusuri lorong rumahnya. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Wilda, mantan istrinya yang kini hidup dalam kebahagiaan. Rasa bersalah dan penyesalan menghantuinya, membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.
Saat melewati ruang keluarga, Arya mendengar suara percakapan yang membuatnya terhenti. Suara itu berasal dari ibunya, Zulaikha, yang sedang berbicara di telepon. Dengan rasa penasaran, Arya mendekat dan menguping pembicaraan mereka.
"3 tahun lalu saya yang membuat Wilda keguguran. Dia itu sebenarnya nggak mandul."
Arya terkejut mendengar percakapan ibunya itu. Ia tidak percaya ibunya tega melakukan hal sekeji itu kepada Wilda.
"Apa maksudnya ini?" gumam Arya dalam hati.
Ia kemudian mendekat dan merebut telepon dari tangan Zulaikha.
"Ibu, apa yang sudah Ibu lakukan?" tanya Arya dengan nada marah.
Zulaikha terkejut melihat Arya yang tiba-tiba muncul. Ia berusaha untuk merebut kembali teleponnya, namun Arya dengan cepat menjauhkan telepon itu darinya.
"Ibu sudah membuat Wilda keguguran?" tanya Arya dengan nada yang semakin tinggi.
Zulaikha terdiam. Ia tidak berani menatap mata Arya.
"Kenapa Ibu tega melakukan itu?" tanya Arya dengan nada yang sama. "Kenapa Ibu berbohong kepadaku?"
"Ibu hanya ingin kamu bahagia, Arya," kata Zulaikha dengan nada membela diri. "Ibu tidak ingin kamu hidup dengan wanita itu."
"Tapi Ibu sudah menipuku!" kata Arya dengan nada marah. "Ibu sudah membuatku kecewa pada Wilda tanpa alasan yang jelas."
"Ibu hanya ingin yang terbaik untuk kamu," kata Zulaikha.
"Tapi ini bukan yang terbaik!" kata Arya dengan nada membentak. "Ibu sudah membuat hidupku hancur!"
Arya kemudian pergi meninggalkan ibunya dengan perasaan marah dan kecewa. Ia tidak menyangka orang yang ia sayangi ternyata telah mengkhianatinya.
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Ibu," kata Arya dalam hati. "Kamu sudah membuatku kehilangan Wilda."
Memang gak ada tindakan campur tangan RT yg menengahi nya dulu yaa???
dan.. kenapa yg memihak kebenaran gak langsung turun tangan saat kejadian tsb???
dan kenapa tuba ada orang jahat macam bgtt juga secara tiba-tiba 🤨🤨
sama... kenapa ditampakkan rambut panjang Wilda saat menyapu teras rumah nya?? bukannya dia di Cerita kan memakai Hijab yaa???