Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasr4t yang tertunda
Saat tiba di rumah, wanita itu di hadapkan masalah.
Plak
"Ahh!" ringisnya.
"Darimana saja kau? Dasar gadis murahan. Sudah tau ini malam, kenapa baru pulang sekarang hah? Apa kau tidak berpikir kalau ini sudah malam? Cih!!" celoteh seorang wanita paruh baya.
"Be Bella dari tokoh, Ma. Bella habis membeli barang keperluan Bella," jawabnya gugup dengan wajah menatap lantai. Bella adalah gadis cantik yang tak tau siapa orang tuanya. Ia di angkat oleh keluarga kaya yang sebentar lagi jatuh bangkrut akibat bisnisnya kalah saing dan mempunyai banyak hutan. Ia di asuh oleh Resky dan Ambar, sepasang suami istri yang memiliki satu anak yang bernama Aqila. Gadis manis yang jahat dan sombong.
Plak
Lagi-lagi tangan Ambar mendarat tepat di wajah Bella, hingga wajah itu menoleh kesamping akibat tamparan yang diberi Ambar.
"Ada apa ini?" tanya seorang pria paruh baya.
"Ini nih, anak kamu, anak angkat kamu," sembari menunjuk kepala Bella, "Dia baru pulang."
"Apa benar itu Bell?" tanya Resky.
Bella mengangguk, "Bella habis dari toko Ayah," jawabnya.
"Ohh.. dia kan dari toko Ma. Ya sudah, kamu kekamar sekarang!" ucap Resky.
"Iya Yah," jawabnya berlalu. Ambar dan Aqila yang tak menerima atau tidak puas dengan pelajaran yang ia berikan pada Bella hanya bisa bersedekap dada. Menatap kepergian gadis cantik itu.
"Sial4n!" maki Aqila dalam hati.
"Ayah gimana sih? Dia pulang telat, kenapa Ayah tidak memarahinya," kesal Aqila berlalu.
Ambar yang juga merasa jengkel pada suaminya hanya bisa menatap sinis lalu pergi. Membuat Resky menggeleng.
Hanya Resky lah yang sayang pada gadis malang itu. Reski sudah menganggap Bella seperti anaknya sendiri. Semoga!
****
Do0rr
Do0rr
Do0rr
Suara tembak4n terdengar keras di markas Utara. Hingga semua lawan dari kalangan John gotti habis tak tersisa.
"Aku ingin kau menjaga markas Utara ini dengan baik Mark! Dan kau Frans hubungi anggota barat dan timur untuk berjaga-jaga! Jangan sampai John Gotti kembali menyerang disisi lain."
"Iya baik!"
Kini Albert sudah berada di dalam kamarnya sedang menikmati wine yang ia teguk secara kasar dan menaruhnya kembali. Tak lupa pula ia menghisap tembak4u dan mengulurkan buliran asap indah di udara lewat mulut dan hidungnya.
Hingga terlintas bayangan seorang gadis yang hampir tertabrak tadi.
Cantik.
Albert menggelengkan kepalanya cepat untuk menghilangkan wajah gadis itu. Umur yang dibilang masih mudah diusianya 29 tahun membuat jiwa lelakinya merontah. Ia memegang juniornya yang kini tiba-tiba merontah didalam sana. Membuat dirinya berdecih kesal. Apalagi hasr4tnya di club' malam tadi tidak tertuntaskan karena wanita malam itu tak membuatnya respect sama sekali.
"JOE!" teriak Albert. Dan dengan sigapnya Joe muncul tanpa menunggu lama.
"Hum, ada apa?"
"Aku ingin kau memanggil Chelsea kemari! Aku ingin menyelesaikan hasr4tku yang tertunda!"
Joe mengernyitkan alisnya, "Bukannya tadi kau--
"Cukup Joe! Cepat laksanakan perintahku!" potong Albert kesal.
Joe pun dengan cepat menghubungi Chelsea, wanita pengh1bur Albert dikala Albert ingin menuntaskan hasr4tnya. Hanya dialah yang bisa membuat Albert lega saat seperti ini. Menurutnya.
Setelah beberapa menit kemudian, Chelsea pun datang memasuki kamar bos mafia itu dengan gaya berlenggak-lenggoknya yang seksi. "Hay Albert?" sapa wanita itu.
Albert tersenyum devil. "Ayo kita lakukan di tempat biasa!" ajak Albert berlalu di ikuti Chelsea.
Sesampai dikamar yang terbilang ruangan biasa oleh Albert, ia segera menyuruh Chelsea melakukan apa yang ia inginkan.
Chelsea yang sudah tau langsung melakukan apa yang seharusnya ia lakukan pada pria itu tanpa berpikir lama.
"Ya, lakukan dengan baik Chelsea!!" perintah Albert dengan mata yang sayu mendongak keatas dan menunduk singkat melihat permainan wanita itu.
"Ayo! Naik!" Chelsea yang mendengar perintah Albert dengan cepat wanita itu pun melakukannya.
sementara di luar sana Joe dan Frans tengah asik dengan urusan mereka masing-masing.
***
"Oke kau boleh pergi!" usir Albert.
Chelsea menyunggingkan senyumnya. "Apa seperti ini Albert?" tanyanya kecewa.
Albert berdecih kesal, "Cih, terus apalagi Chelsea? Apa kau menginginkan lebih dariku?" tanya Albert dingin.
"Aku ingin bersamamu lebih dulu Albert." Dengan anggunnya Chelsea duduk dipangkuan Albert dan mengalungkan tangannya dileher pria itu.
"Lepas!" cerca Albert dingin. Chelsea pun melepas tangannya. "Sekarang aku ingin kau pergi, aku ingin istirahat!" lanjutnya berdiri dan beranjak dari sana.
Chelsea yang diperlakukan seperti itu merasa kesal, dirinya tertawa sembari mengepalkan tangan. "Sungguh terlalu!" ucapnya pergi dari kamar itu.
Albert merasa lega, karena hasr4tnya bisa tersalurkan. Ia menutup masuk kedalam kamar mandi dan merendam tubuhnya di bathtub, ia menutup mata dan sosok gadis yang hampir ditabrak itu kembali muncul dalam pikiran Albert.
"Wajah cantik, tubuh indah, rambut panjang, aku akan mendapatkanmu. Aku menginginkanmu," lirih Albert. Ia membuka mata lalu berjalan masuk kedalam pintu rahasia yang terhubung dengan kamarnya.
***
Duduk di sudut kamarnya, Bella hanya bisa menangis dalam kesedihan merenungi nasib yang selama ini dijalani bersama keluarg Reski apalagi mama angkatnya yang menyakitinya. Namun, di antara kesakitan itu, ada rasa bersyukur yang tumbuh, masih ada Resky yan menyanyanginya dan tanpa mereka, bukan tidak mungkin ia bisa berada di sini, berhasil bersekolah tinggi, meskipun ia tahu itu berkat beasiswa yang ia peroleh melalui kerja kerasnya sendiri.
"Sungguh aneh rasanya, di satu sisi mereka menyakitiku tapi di sisi lain, apa yang aku miliki sekarang juga tak lepas dari kontribusi mereka," gumam Bella pelan, merasa bingung dengan perasaan yang ada.
Tangannya mengepal lalu mengusap wajah yang dipenuhi dengan air mata. Seakan menenangkan diri dan menutup perasaan campur aduk itu. Bella mencoba melupakan kesedihan hatinya sejenak dan mulai melihat tumpukan tugas mata kuliah yang sempat tertinggal karena lamanya merenungkan nasibnya tadi. Ia berkonsentrasi dan menenangkan pikiran agar bisa menyelesaikan tugas tersebut. "Kusadari bahwa aku harus tetap semangat dan terus belajar demi meraih masa depan yang lebih baik," desah Bella dalam hati, sembari mencoba untuk tidak terjebak dalam pilu kesedihan yang tengah menyelimutinya.
Apalagi dalam pikirnya, pasti ada kebahagiaan setelah rasa sakit yang ia arasakan di keluarga ini. Dan juga, ia akan berusaha agar bisa membuktikan pada mereka semua bahwa ia akan membanggakan mereka atas apa yang ia capai nantinya.
Apalagi Bella anak mahasiswi semester lima yang sebentar lagi akan lulus dan mendapat gelar sarjana management.
***
"Hey Frans, gimana wilayah utara, aapa sudah aman?" tanya Joe yang baru saja datang dan mendaratkan bokongnya tepat di kursi yang ada di dalam ruagan Frans.
"Aman," jawab Frans singkat. "Ngomong-ngomong, Albert ada dimana?" lanjutnya bertanya.
"Dia ada di kamarnya bersama Chelsea, wanita bay4ran Albert," jawab Joe.
Frans mengangguk. "Kapan kalian bisa sadar?" tanya Frans menatap Joe.
Joe mengernyit dikala mendapat serangan pertanyaan dari Frans. "Ayolah Brother. Itu sudah kebiaasaan kaami mencari hiburan," jelas Joe.
"Ck, terserah kau sajalah," decak Frans.