NovelToon NovelToon
Temanku Ayah Sambungku

Temanku Ayah Sambungku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Dendam Kesumat
Popularitas:502
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.


"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.

Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.

*
*
*

Hmm, penasaran dengan kelanjutannya? baca sekarang, dijamin bakal suka deh:)))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Milik Mama

"Jadi gimana Ma, apa yang harus aku pelajari?" tanya Jasmine, suaranya sedikit meninggi, tatapannya pun dingin.

Cahaya mendongak, menatap Jasmine dengan tatapan lelah, bahkan sedikit frustasi. Semua yang ia rencanakan dan cita-citakan seakan sirna begitu saja.

"Kamu baca-baca dulu aja ini map-mapnya sama berkas-berkas. Nanti kalau ada yang nggak ngerti kamu bisa tanya Mama," ujar Cahaya sembari menyerahkan tumpukan map dan berkas kepada Jasmine. Dia melakukannya seperti tidak ikhlas. Seperti terpaksa.

Jasmine yang menyadari itu segera merasa kesal. Dia mengambil semua map dan bekas itu dengan kasar. "Mama nggak ikhlas ya kalau aku nyuruh mama buat balikin Arjuna ke posisinya yang dulu? Mama marah sama aku?" tanya Jasmine, suaranya terdengar sedikit kecewa.

Cahaya mengerutkan kening, sorot matanya masih menyimpan sedikit kekesalan. "Jas, jangan berulah deh! Mama lagi pusing ini. Kamu baca-baca dulu aja berkas-berkas itu di sana," katanya sembari menunjuk sofa merah di ruangannya, menyuruh Jasmine untuk duduk di sana.

"Mama mau ngurusin kerjaan mama dulu!"

Tapi Jasmine tidak suka dengan sikap dan ucapan mamanya. Dengan kesal, ia menjatuhkan map dan berkas yang ada di tangannya ke lantai. Semua berkas berserakan. Cahaya terkejut. "Jasmine, kamu apa-apaan sih?!" Ia langsung berjongkok, mengumpulkan berkas-berkas yang berserakan.

Lalu ia berdiri, meletakkan semua map dan berkas itu di atas meja. Cahaya menoleh ke arah Jasmine, yang dilihatnya Jasmine sudah duduk di sofa yang tadi ditunjukkannya.

"Jas," panggil Cahaya, tapi Jasmine tidak menyahut. Matanya sibuk menjelajahi ruangan, kedua kakinya menyilang. Benar-benar menyebalkan Jasmine hari ini.

Lalu Cahaya menghampiri Jasmine, duduk di sampingnya. Ia meletakkan map dan berkas di atas meja, tepat di depan Jasmine. Kemudian, ia menoleh ke arah Jasmine yang masih enggan menatapnya.

"Ma, kantor ini punya kakek kan?" tanya Jasmine, matanya masih sibuk menjelajahi ruangan. Rasa kagum terpancar dari sorot matanya, melihat ruangan Mamanya yang mewah dan lengkap.

Cahaya mengerutkan kening mendengar pertanyaan Jasmine. "Punya Mama," jawabnya, suaranya masih sedikit ketus. "Kakekmu udah ngasih kantor ini ke mama, termasuk semua harta warisannya. Jadi jelaslah, semua ini milik Mama." 

Jasmine menyadari kemarahan Mamanya. Senyum jahil terkembang di bibirnya. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Dengan senyum miring, ia menoleh ke arah Mamanya.

"Nanti waktu jam makan siang aku mau kita dan Arjuna makan bersama di resto yang nggak jauh dari sini. Ada yang mau aku bicarakan sama kalian. Terutama Arjuna," kata Jasmine, langsung to the point. Dia memang tipe orang yang tidak suka basa-basi.

Cahaya mengernyit, "Mau bicarain apa Jas? Jangan aneh-aneh ya!" Cahaya mengingatkan, sedikit khawatir. Dia takut kalau topik yang akan dibahas Jasmine bakal memperkeruh suasana hubungannya dengan Arjuna.

Jasmine tersenyum lebar, "Hmm, mama santai aja. Aku nggak bakal ngelakuin hal yang merugikan kalian kok. Aku cuma mau ngasih tau sesuatu yang mungkin kalian suka. 

Ehm, lebih tepatnya, sesuatu yang kalian tunggu-tunggu," katanya, nada bicaranya penuh teka-teki. Cahaya mengerutkan kening, rasa penasarannya semakin menggelitik.

"Kamu mau ngomongin apaan sih Jas? Jangan bikin mama penasaran!" Seru Cahaya. Dia benar-benar penasaran dengan apa yang akan Jasmine bicarakan dengannya dan Arjuna.

Jasmine menggelengkan kepalanya, senyum tipis masih menghiasi bibirnya. Senyum yang terkesan enteng, seolah apa yang akan dibicarakannya bukanlah sesuatu yang penting. Sejenak matanya tertuju ke arah lain, sebelum kembali menatap mamanya.

"Tahan dulu Ma. Bentar lagi jam makan siang kok. Sampai saat itu tiba, aku akan ceritakan semuanya sama Mama dan Arjuna. Mama tahan dulu rasa penasarannya ya, jangan buru-buru. Santai aja," ujar Jasmine sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang, matanya terpejam menatap langit-langit ruangan.

Cahaya merasa kesal dengan sikap Jasmine. Ia pun lantas menepuk bahu Jasmine, membuat Jasmine yang menutup matanya langsung tersentak, "Aduh, main pukul-pukul aja sih! Sakit tau! Jah4t bener jadi mama!" protesnya, matanya melotot ke arah Cahaya.

"Kamu bener-bener ya Jas! Sikap kamu nggak jauh berbeda dengan papa kamu. Sama-sama menyebalkan!" ucap Cahaya, suaranya meninggi. Tatapannya tajam, seperti sebilah pisau yang baru saja diasah.

Wajah Jasmine langsung memerah mendengar ucapan mamanya tentang Papanya. Ia langsung menegakkan tubuh, meraih tangan mamanya dengan cepat, dan mencengkeramnya kuat-kuat hingga warnanya memerah. Cahaya sedikit meringis kesakitan saat tangannya dicengkram Jasmine.

"Sekali lagi Mama berani hin4 papa, aku akan pastiin tangan mama ini akan putvs dan mama nggak akan punya dua tangan lagi!" Jasmine berteriak, suaranya bergetar.

Cahaya tercekat mendengar ancaman Jasmine. Suara yang biasanya lantang tiba-tiba serasa terhenti di kerongkongan. Matanya membulat tak percaya. Tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa Jasmine akan bersikap sekeras itu padanya.

"Jas, kamu ber4ni sama Mama?!" tanya Cahaya, suaranya sedikit bergetar. Jujur, dia sedikit takut dengan Jasmine. Sepertinya amarah dan emosi Jasmine jauh lebih kuat darinya. Jauh lebih...menakutkan.

Jasmine melepaskan tangan Mamanya yang tadi ia cengkram erat. Tangan Mamanya yang putih mulus langsung memerah. Cahaya langsung mengusap-usap tangannya yang baru saja dicengkram Jasmine. Meniup-niupinya. Rasanya panas.

"Di dunia ini aku nggak takut sama siapapun, kecuali Tuhan dan papa. Aku nggak takut sama mama. Sekalipun Mama mau marah sama aku, aku nggak takut," kata Jasmine, suaranya tegas. Cahaya terdiam, terkejut mendengarnya.

"Jasmine...kenapa dia tumbuh menjadi perempuan yang seperti ini? Apa yang udah Mas Bima ajarin ke Jasmine sampai dia berani sama aku?" gumam Cahaya dalam hati. Dia masih tak habis pikir dengan sikap Jasmine. Tatapannya masih tertuju pada Jasmine, yang kini terlihat bersandar santai ke belakang.

***********

Tepat pada pukul dua belas lebih tiga puluh siang, saat sudah waktunya makan siang, Cahaya membawa Jasmine dan Arjuna dalam satu mobil menuju ke restoran terdekat dari kantornya.

Tak lama, mobil mereka pun berhenti di depan restoran yang dituju. Ketiganya turun dan melangkah masuk.

Cahaya memilih meja pojok yang kebetulan sedang kosong. Arjuna dan Jasmine mengikutinya, lalu duduk. Cahaya memanggil pelayan dengan dua kali tepukan tangan. Pelayan pun datang, membawa buku menu untuk mereka bertiga.

"Saya mau pesan spicy barbecue venison sama minumannya cold mango juice mix yogurt," ujar Cahaya sambil mengembalikan buku menu kepada pelayan. Pelayan itu menerima buku menu dari Cahaya, lalu mencatat pesanannya.

"Baik. Terus mbaknya sama masnya mau pesan apa?" tanya pelayan itu kepada Jasmine dan Arjuna, yang masih asyik memilih menu.

Jasmine menoleh ke pelayan. "Saya mau warm noodles with Japanese seasoning, sama orange juice," kata Jasmine, lalu menyerahkan buku menu kepada pelayan. Pelayan pun menerima buku menu yang Jasmine sodorkan dan mencatat pesanannya.

Arjuna menoleh ke pelayan. "Saya mau pesen ayam pedas kuah sama minumannya es kopi aja," kata Arjuna, sembari menyerahkan buku menu itu kepada pelayan.

Pelayan menerima buku menu Arjuna dan mencatat pesanannya.

"Baik, pesanannya akan segera tiba. Mohon di tunggu ya," ujar pelayan itu sambil mengangguk ramah, lalu berbalik dan menghilang di antara meja-meja.

Setelah pelayan itu pergi, Cahaya menoleh ke arah Jasmine. Tatapannya masih tajam, sama seperti saat mereka di kantor tadi. "Kamu mau ngomongin apa Jas sama mama dan Arjuna?" tanyanya langsung, penasaran.

Jasmine menggelengkan kepala, menyadari mamanya sudah tak sabar. Ia tersenyum. "Hmm, nggak sabar rupanya. Aku...mau ngomong sesuatu sama kalian. Ini soal..."

Jasmine sengaja menjeda ucapannya, membuat mamanya dan Arjuna semakin penasaran. Ekspresi mereka berubah serius, dan Jasmine menyukainya. Dia lantas tersenyum miring, menambah rasa penasaran mereka.

"Jas!" seru Cahaya, matanya menuntut Jasmine untuk segera menyelesaikan kalimatnya. Arjuna pun tak kalah, tatapannya tajam tertuju pada Jasmine.

Tiba-tiba, suara dentingan sendok dan piring memecah ketegangan di antara mereka. Pelayan datang, membawa nampan berisi makanan dan minuman pesanan mereka. Aroma rempah dan daging panggang tercium harum, menggugah selera.

"Ini pesanannya pak, Bu, selamat menikmati," ujar pelayan itu ramah, menaruh pesanan mereka di meja. Senyum hangat terukir di wajahnya sebelum ia berbalik dan kembali ke dapur.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!