NovelToon NovelToon
Dalam Secangkir Kopi

Dalam Secangkir Kopi

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pihak Ketiga
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Ratri Swasti Windrawan, arsitek muda yang tidak ingin terbebani oleh peliknya masalah percintaan. Dia memilih menjalin hubungan tanpa status, dengan para pria yang pernah dekat dengannya.

Namun, ketika kebiasaan itu membawa Ratri pada seorang Sastra Arshaka, semua jadi terasa memusingkan. Pasalnya, Sastra adalah tunangan Eliana, rekan kerja sekaligus sahabat dekat Ratri.

"Hubungan kita bagaikan secangkir kopi. Aku merasakan banyak rasa dalam setiap tegukan. Satu hal yang paling dominan adalah pahit, tetapi aku justru sangat menikmatinya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Pulang Bersama

Ratri menatap keheranan, ketika Sastra berdiri di hadapannya. Mereka saling pandang beberapa saat, sebelum Ratri tersadar. Dengan agak kikuk, dia menyodorkan gelang milik Eliana. “Aku menemukannya di toilet,” ucap Ratri, diiringi senyum canggung.

“Jadi, memang benar terjatuh di sini.” Sastra menerima gelang itu, kemudian memasukkan ke saku jaket. “Apa pekerjaanmu belum selesai?”

Ratri menggeleng. “Aku mau pulang, saat kamu datang.”

“Meja kerjamu masih berantakan,” ujar Sastra, seraya menoleh sekilas ke meja kerja Ratri.

Ratri mengembuskan napas pelan bernada keluhan, sebelum tersenyum kecil. “Aku sengaja tidak membereskannya ….” Gadis itu terdiam sejenak. “Sebenarnya, aku sudah ketinggalan kereta terakhir. Jadi, tadi agak buru-buru,” jelasnya.

“Kamu pulang sendiri?”

Ratri mengangguk. “Aku terbiasa sendiri.”

Sastra menggumam pelan. “Terlalu berbahaya untuk gadis sepertimu. Aku membaca berita di situs online. Akhir-akhir ini, banyak sekali kasus kejahatan terhadap wanita.”

“Aku pemegang sabuk biru,” ujar Ratri menanggapi.

“Wow! Keren,” sanjung Sastra, diiringi senyum kalem. “Akan tetapi, wanita tetaplah wanita,” ucapnya pelan dan dalam.

“Tentu saja. Kami tidak memiliki janggut,” balas Ratri, setengah bercanda. “Ah, maaf. Bukan maksudku menganggap remeh. Aku hanya tidak ingin berpikir terlalu banyak, tentang sesuatu yang bisa membuatku takut dan jadi terbebani.”

“Itu benar. Asal tetap waspada, kamu pasti akan selalu aman.” Sastra kembali tersenyum kalem, lalu berpamitan. Namun, saat tiba di pintu, pria dengan gaya rambut man bun itu tertegun, lalu menoleh. “Bagaimana bila kuantar pulang?” tawarnya.

Ratri yang baru mengambil tas dari meja kerja, terpaku sejenak. Dia terlihat ragu.

“Jangan khawatir. Akan kupastikan Eliana tidak mengetahui ini,” ucap Sastra, seakan membujuk Ratri agar bersedia menerima tawarannya.

“Kenapa dia tidak boleh tahu?” Ratri berjalan mendekat.

“Eliana sedikit pencemburu,” jawab Sastra tenang.

“Itu bagus. Artinya, dia benar-benar mencintaimu.”

“Ya. Aku sangat beruntung.” Lagi-lagi, Sastra memperlihatkan senyum kalemnya, sebelum mempersilakan Ratri keluar. “Mau kubantu mengunci pintu?”

“Ya, ampun.” Ratri tertawa renyah. “Pantas saja Eliana jadi pencemburu.”

“Kenapa?” Sastra menautkan alis.

“Aku rasa, kamu terlalu baik.” Ratri yang sudah selesai mengunci pintu, menatap kekasih sahabatnya sejenak.

“Aku merasa biasa saja,” bantah Sastra menanggapi. Dia mengarahkan tangan kanan ke tempat di mana mobilnya terparkir. Pria itu tidak terlihat canggung, meskipun ini kali pertama dirinya bertemu langsung dengan Ratri.

“Aku justru memikirkan hal lain tentang kamu,” ucap Sastra, seraya membukakan pintu untuk Ratri yang keheranan. Dia mempersilakan masuk, berhubung gadis itu hanya terpaku.

“Membukakan pintu untuk wanita, bukan hal aneh selama aku tinggal di luar negeri,” ucap Sastra, seakan memahami bahasa tubuh yang Ratri tunjukkan.

“Ya. Terima kasih,” balas Ratri, seraya masuk, Dia berusaha terlihat nyaman, setelah duduk dan memasang sabuk pengaman. Ratri tak tahu, apakah keputusannya menerima tawaran Sastra untuk pulang bersama, benar atau tidak.

“Di mana alamatmu?” tanya Sastra, setelah bersiap di belakang kemudi.

“Biar kupandu sambil jalan,” jawab Ratri, seraya menoleh sekilas.

Sastra mengangguk setuju, kemudian menyalakan mesin kendaraan. Tak berselang lama, mobil double cabin yang dikendarainya melaju gagah meninggalkan tempat itu.

“Apa kamu sedang mengerjakan proyek besar?” tanya Sastra basa-basi.

“Tidak juga. Aku hanya membuat rancangan. Rencananya, akan kutawarkan pada seorang kenalan. Siapa tahu, dia tertarik,” jawab Ratri.

“Aku suka rancanganmu. Sangat ikonik.” Sastra menoleh sekilas, sebelum kembali fokus pada lalu lintas yang masih cukup ramai.

“Terima kasih. Tetapi, butuh kerja keras untuk membuat orang-orang tertarik dengan sesuatu yang tidak biasa.”

“Ya. Tidak semua orang memahami yang namanya inovasi. Terkadang, paradigma yang sudah tertanam kuat dalam pikiran, membuat seseorang sulit untuk menerima sesuatu yang dianggap baru. Segala hal butuh proses, Non.”

Ratri tersenyum, mendengar Sastra memanggilnya dengan sebutan ‘non’. Namun, dia tak mengatakan apa pun. Sejujurnya, Ratri masih agak canggung, meskipun Sastra justru terlihat sebaliknya.

“Apa kamu sudah makan malam?” tanya Sastra, sesaat kemudian.

“Aku biasa beli nasi goreng atau pecel lele,” jawab Ratri.

“Tidak semua orang suka ikan lele.” Sastra menanggapi.

“Apa kamu termasuk?” Ratri yang awalnya terus menatap ke depan, kali ini mengalihkan perhatian kepada Sastra.

“Sejujurnya, aku adalah pecinta kuliner. Jadi, aku biasa mencoba segala jenis makanan. Kurasa tak ada salahnya, meskipun hanya sebatas mencicipi. Jika suka, maka aku akan memakannya lagi. Lagi dan lagi.” Nada bicara serta tatapan Sastra terasa berbeda dari sebelumnya. Itu membuat Ratri jadi tidak nyaman.

Tiba-tiba, terbesit sesuatu di benak Ratri. Dia meminta Sastra menghentikan laju kendaraan.

“Apa sudah sampai?” tanya Sastra.

“Um, i-iya,” jawab Ratri, diiringi senyum kikuk. “Terima kasih tumpangannya. Selamat malam.” Ratri bermaksud membuka pintu. Namun, Sastra lebih dulu keluar dari kendaraan, lalu membukakan pintu untuknya.

“Aku sangat merepotkanmu,” ucap Ratri tak enak.

“Tidak juga. Lagi pula, mobilku kosong.”

“Kamu yakin bisa pulang sendiri … um … maksudku … kamu … a … kamu sudah lama tinggal di luar negeri. Jadi ….”

“Kamu takut aku tersesat?” Sastra menatap penuh arti.

“Jangan membuatku merasa bersalah.” Ratri tersenyum, berusaha menyingkirkan rasa kikuknya.

“Bila aku sampai tersesat, orang pertama yang akan kucari adalah kamu," ujar Sastra enteng. Membuat Ratri melayangkan tatapan protes.

“Kamu harus bertanggung jawab, dengan cara mengantarkanku pulang,” canda Sastra.

Ratri tersenyum cukup lebar. Sepasang lesung pipinya jadi terlihat makin jelas. “Kalau begitu, kudoakan semoga kamu tidak tersesat.”

“Tak masalah jika aku tersesat. Dengan begitu, aku bisa mengetahui tempat lain yang mungkin jauh lebih menarik, dari yang selama ini biasa kukunjungi. Aku seorang petualang. Aku senang mencari dan menemukan hal baru.”

Ratri terpaku. Tubuhnya tiba-tiba kaku, saat melihat sorot mata Sastra. Entah kenapa, pria itu terus menatap dengan sorot tak dapat diartikan.

“Sudah terlalu malam,” ucap Sastra, sesaat kemudian.

Ratri segera tersadar. Dia mengangguk, lalu berbalik. “Bye,” pamitnya. Gadis cantik berambut sebahu itu melangkah tenang menyusuri trotoar. Penasaran, Ratri menoleh. Dia melihat Sastra belum beranjak dari sana, seakan tengah memastikan dirinya baik-baik saja.

Tak ingin terus jadi perhatian pria itu, Ratri berinisiatif melakukan sesuatu. Dia berbelok ke salah satu gang, yang tidak pernah dilewatinya. Ratri berdiri beberapa saat di gang tidak terlalu lebar itu, sekadar menunggu hingga Sastra pergi.

Namun, Ratri tidak menyadari telah mengambil keputusan bodoh. Dari jarak beberapa meter dari kiri, muncul dua pria yang berjalan mendekat ke arahnya.

“Ah, kacau,” gumam Ratri, seraya berbalik. Dia hendak pergi dari sana, sebelum kedua pria tadi makin mendekat. Akan tetapi, dari pintu masuk gang tiba-tiba muncul dua orang lagi.

"Hai, cantik."

1
ɪʙᴀ🅳🅰ʜᴘᴇɴᴇ🅽ᴛʀᴀᴍᴊ🅸ᴡ🅰
rasakannn gantian kamu yang akan dimangsa karma dibayar kontan karena menyakiti Ratri
Afri
makanya .. kalau udah d larang sastra itu d dengar ratri ..
taukan ela itu pemain drama
Anellakomalasari: Hehe, lanjut, Kak
total 1 replies
Dwisya12Aurizra
Kayaknya bakal ada yg pindah kelainan hati 🤭
octa❤️
duh..berat ni keknya ..
Anellakomalasari: Lanjut nanti, Kak
total 1 replies
Afri
siapa yg ngirim foto itu ??
apa prama yaa
☹️☹️
Anellakomalasari: Lanjut nanti, Kak
total 1 replies
octa❤️
aduh..makin meresahkan aj kayaknya si abang sastra yaa
Afri
kata kata yg d pilih bagus .. ceritanya jg bagus
betkelas dech pokoknya
octa❤️
hmmm..benar dugaan bg sastra
Afri
apa Ptam kekasih gelap elia
Afri: d tunggu
Anellakomalasari: Terima kasih sudah mampir. Lanjut ya, Kak 🤗
total 2 replies
Widi Yanti
cerita nya keren. selalu bikin penasaran
Anellakomalasari: Terima kasih sudah mampir 🥰🤗
total 1 replies
octa❤️
emmm..ap maksud bg sastra ini ya..
Anellakomalasari: Biasa, Kak 🤭
total 1 replies
Anna Kusbandiana
jangan sampai mama Laras itu mamanya Ratri....uhh tak terbayangkan....
Anna Kusbandiana
sayup2 terdengar bait lagu dari kafe

" ternyata baru kusadari sirnanya hatimu yg kau simpan untuknya

aku cinta kepadamu,aku rindu dipelukmu

namun ku keliru t'lah membunuh cinta dia dan dirimu... oh...ohh..ohhh"

😅😅😅😘✌
Anellakomalasari: Lanjutkan, Kak 🎵🎵🎵
total 1 replies
octa❤️
emm si abang nyosor terus..
jangan2 emaknya ratri ibu tirinya sastra...
Anellakomalasari: Biasa, Kak. Masih anget
total 1 replies
octa❤️
makin g terkendali ni bang sastra..ckckck..kuatkan hatimu ratri..hehehe
Anellakomalasari: Terlalu kuat godaannya, Kak
total 1 replies
Yuyun Yuningsih Yuni
Luar biasa
Yuyun Yuningsih Yuni
aaah.....
Yuyun Yuningsih Yuni
ya ampun ratriiiii...jgn mau deh d jadiin selingkuh...sahabatmu lagi
Anellakomalasari: Atuda gmn? Sastra terlalu menganukan
total 1 replies
Yuyun Yuningsih Yuni
ketauan elia juga gpp,,
Yuyun Yuningsih Yuni
tega ini othornya,,hhhhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!