NovelToon NovelToon
Kode Rahasia Di Hati

Kode Rahasia Di Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.

Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.

Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Evans Mulai Menikmati

Suasana hati Lucy berubah menjadi tegang. Dia merasa tatapan tajam pria itu sesekali mengarah padanya, meskipun terlihat sopan dan ramah. Pria yang menjadi targetnya tampaknya mulai menyadari sesuatu yang tidak biasa tentang kehadiran Lucy di pesta ini. Senyum di wajah pria itu mungkin tampak ramah bagi orang lain, tetapi bagi Lucy, senyuman itu penuh makna tersembunyi.

Lucy mempertahankan sikapnya yang tenang, berusaha keras untuk tidak memperlihatkan kegugupannya. Sebagai seorang agen profesional, dia tahu bahwa sedikit saja kesalahan bisa membahayakan misi dan dirinya sendiri. Dia mengingatkan dirinya untuk tetap fokus dan tidak membiarkan emosinya mengambil alih.

Di sisi lain, Evans sama sekali tidak menyadari ketegangan yang mengintai. Dia justru menikmati malam itu, sesekali mencuri pandang ke arah Lucy yang sedang duduk di sebelahnya. Baginya, Lucy adalah wanita yang memikat. Ada sesuatu yang berbeda darinya, sesuatu yang membuat Evans merasa nyaman sekaligus penasaran.

Namun, Evans tidak tahu bahwa wanita yang ia kagumi sebenarnya sedang memainkan peran berbahaya. Dia tidak tahu bahwa senyuman Lucy, sikap tenangnya, semuanya hanyalah tameng untuk menutupi badai di dalam pikirannya.

"Aku senang kau di sini malam ini," kata Evans tiba-tiba, menarik perhatian Lucy.

Lucy menoleh dan tersenyum kecil, menyembunyikan kegelisahannya. "Aku juga senang berada di sini," jawabnya singkat.

Evans tersenyum, merasa puas dengan jawabannya.

Sementara itu, target Lucy, pria itu, tampaknya semakin yakin bahwa Lucy bukan sekadar pendamping biasa Evans. Dia mengirimkan isyarat kepada salah satu anak buahnya yang berdiri di dekat pintu. Anak buahnya itu segera meninggalkan ruangan, kemungkinan untuk melaksanakan instruksi tertentu.

Lucy melihat sekilas interaksi itu dan tahu bahwa sesuatu sedang direncanakan. Dia tidak tahu persis apa, tetapi dia bisa merasakannya. Bahaya sudah dekat, dan dia harus siap menghadapi apapun yang akan terjadi.

Namun, dia tidak bisa bergerak terlalu mencolok. Evans ada di sana, duduk di sampingnya, dan Lucy tahu bahwa setiap gerakan yang mencurigakan bisa menarik perhatian lebih banyak orang.

Ketika pesta hampir mencapai puncaknya, Lucy mulai merasa bahwa waktunya hampir habis. Dia harus menemukan cara untuk keluar dari situasi ini tanpa menimbulkan kecurigaan. Namun, sebelum dia bisa menyusun rencana, pria itu mendekati meja mereka dengan senyuman lebar.

"Evans, teman lamaku," kata pria itu dengan suara ramah. "Senang sekali melihatmu di sini."

Evans berdiri dan menjabat tangannya. "Marten, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?"

Pria itu, Marten, melirik sekilas ke arah Lucy sebelum menjawab. "Aku baik-baik saja. Dan aku melihat kau membawa teman yang sangat menarik malam ini."

Lucy tersenyum sopan, tetapi dia bisa merasakan ketegangan dalam kata-kata Marten. Dia tahu sesuatu.

"Kenalkan, ini Lucy, kekasihku," kata Evans dengan bangga. "Lucy, ini Marten, teman lamaku."

Lucy mengulurkan tangannya dengan sopan, dan Marten menjabatnya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Senang bertemu denganmu, Lucy," katanya, suaranya penuh arti.

Lucy tersenyum tipis, memutar gelas minumannya sebelum berkata, "Sepertinya aku ingat, tadi siang aku melihatmu di kantor Evans, Tn Marten."

Marten tampak terkejut sesaat, namun dengan cepat menyembunyikannya di balik senyuman tenangnya. "Oh? Mungkin kau salah lihat," jawab Marten santai, sambil menyesap anggur di gelasnya.

Evans yang duduk di sebelah Lucy segera menoleh dengan alis terangkat. "Kapan tepatnya, Lucy?"

Lucy menatap Evans dan menjawab dengan suara tenang, "Ketika aku mengantarkan Tuan Zhang ke lobi setelah meeting. Aku yakin aku melihat Marten di salah satu lorong dekat kantormu."

"Aku dari pagi ada di Hotel, sedang istirahat, karena baru tiba ke negara ini."

Evans memandangnya dengan penuh selidik, namun akhirnya mengangguk.

Setelah berbincang singkat, Marten dan asistennya akhirnya berpamitan. Marten mengulurkan tangannya kepada Evans, kemudian kepada Lucy, dengan senyuman yang masih penuh arti. "Semoga kita bisa bertemu lagi dalam waktu dekat," katanya sambil melirik Lucy.

Lucy hanya membalas dengan senyuman sopan.

Marten kini tampak bergerak menuju pintu keluar. Lucy, yang berada di sisi Evans, memperhatikan gerak-gerik pria itu dari sudut matanya. Ia tahu ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Jika targetnya meninggalkan pesta, ia harus memastikan untuk melacak keberadaannya. Namun, ia juga harus melakukannya tanpa menarik perhatian Evans atau orang lain.

"Evans, aku perlu sedikit udara segar. Pesta ini mulai membuatku pusing," ujar Lucy dengan nada tenang, berharap alasan itu cukup untuk membebaskannya sejenak.

Evans menoleh dengan tatapan penuh perhatian. "Kau mau aku menemanimu?"

Lucy tersenyum kecil, berusaha menjaga ketenangan. "Tidak perlu. Aku hanya akan berjalan sebentar di taman. Aku akan kembali segera."

Evans tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, jangan terlalu lama."

Setelah keluar dari aula pesta, Lucy segera mempercepat langkahnya, memastikan targetnya tetap dalam pandangan. Pria itu tampak berjalan cepat menuju area parkir, diikuti oleh seorang sopir yang membawa tas kecil. Lucy menjaga jarak, bergerak dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Saat sampai di parkiran VIP, pria itu masuk ke dalam mobil hitam yang diparkir di pojok area. Lucy menyadari ini adalah satu-satunya kesempatan untuk memasang alat pelacak yang telah ia sembunyikan di tas tangannya. Dengan langkah cepat namun tenang, ia mendekati mobil itu dari sisi yang tidak terlihat oleh sopir.

Dengan gerakan terlatih, Lucy menempelkan alat pelacak kecil di bagian bawah bumper belakang mobil. Perangkat itu nyaris tidak terlihat, menyatu dengan warna mobil. Ia memastikan semuanya aman sebelum mundur perlahan dan berpura-pura mengatur gaunnya.

Mobil itu segera melaju keluar dari parkiran, meninggalkan pesta. Lucy menghela napas lega, merasa puas dengan keberhasilannya. Namun, ia tidak bisa berlama-lama di sana. Ia harus kembali ke pesta sebelum Evans mulai curiga.

Lucy berjalan kembali ke dalam gedung dengan langkah ringan, berusaha menyembunyikan kegugupan yang sempat muncul. Ketika ia memasuki aula pesta, Evans langsung melambai ke arahnya, wajahnya menunjukkan rasa lega.

"Kau baik-baik saja?" tanya Evans ketika Lucy duduk di kursinya.

Lucy mengangguk sambil tersenyum. "Ya, aku hanya butuh sedikit udara segar. Terima kasih sudah mengizinkanku."

Lucy merasa lega. Ia berhasil melacak targetnya tanpa sepengetahuan siapa pun, termasuk Evans. Ia tahu langkah berikutnya adalah mengikuti pergerakan pria itu dan menemukan informasi penting yang dibutuhkan untuk menyelesaikan misinya.

Evans mulai merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar sekretaris dan ‘kekasih’ sementara dalam diri Lucy. Perempuan itu tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki aura misterius yang semakin membuatnya tertarik. Setiap gerakan, cara berbicara, hingga ekspresi tenangnya membuat Evans ingin lebih mengenal siapa Lucy sebenarnya.

"Ayo pergi," kata Evans akhirnya.

Lucy mengangguk, merasa lega bahwa pesta itu hampir selesai.

Setelah pesta yang penuh dengan percakapan, tawa, dan gemerlap cahaya lampu, Evans dan Lucy kembali ke ruangan VIP tempat mereka memulai malam. Lucy tampak lebih tenang daripada sebelumnya, meskipun pikirannya masih berputar dengan informasi yang ia peroleh tentang target misinya. Sementara itu, Evans memperhatikan Lucy dengan seksama. Ia tidak bodoh, sepanjang malam, ia melihat betapa fokusnya Lucy pada seorang pria tertentu. Itu bukan sekadar perhatian biasa. Ada sesuatu yang disembunyikan wanita ini, dan Evans ingin tahu apa.

Ketika pintu ruangan tertutup, suasana berubah menjadi sunyi. Brandon, yang biasanya mendampingi mereka, sudah pergi untuk mengurus keperluan lainnya. Kini hanya tinggal Evans dan Lucy. Evans duduk di salah satu sofa mewah, melonggarkan dasinya, sementara Lucy berdiri di dekat meja, sibuk menyusun barang-barangnya dengan sengaja untuk menghindari kontak mata.

“Lucy,” suara Evans memecah keheningan. Nada bicaranya tenang, tetapi tegas. “Aku ingin bertanya sesuatu.”

Lucy berhenti, tetapi tidak menoleh. Ia tahu pertanyaan itu akan datang, tetapi ia tidak menyangka Evans akan langsung mengungkapkannya. “Tentu, apa yang ingin kau tanyakan?” jawabnya, suaranya terdengar ringan.

Evans bangkit dari sofanya, berjalan perlahan mendekati Lucy. “Aku tidak bisa tidak memperhatikan bahwa sepanjang malam, kau terlalu fokus pada seorang pria tertentu di pesta itu. Siapa dia? Apa yang sebenarnya kau cari?”

Lucy menahan napas sejenak sebelum berbalik, memasang senyum kecil yang terlatih. “Kau salah paham, Tn. Dawson. Aku hanya memerhatikan orang-orang di sekitarmu. Bagaimanapun, ini adalah pesta penting, dan aku harus memastikan bahwa kau tidak menghadapi situasi yang tidak diinginkan.”

Evans menyipitkan matanya, tidak puas dengan jawaban itu. “Benarkah? Kau bahkan terlihat lebih tertarik pada pria itu daripada pada tugasmu sebagai pendampingku. Jangan remehkan pengamatanku, Lucy. Aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan.”

Lucy menghela napas dalam-dalam, mencoba mempertahankan ketenangannya. “Tn. Dawson, aku hanya melakukan pekerjaanku. Kau tahu, aku bekerja untuk Cupid Agency, dan tugasku adalah mendampingimu di acara seperti ini. Jika aku terlihat terlalu fokus, itu karena aku berusaha memastikan semua tugas berjalan lancar.”

Evans melipat tangannya, tidak terpengaruh oleh penjelasan Lucy. “Jadi, kau mengharapkan aku percaya bahwa semua ini hanya bagian dari pekerjaanmu? Kalau begitu, kenapa aku merasa ada lebih dari itu? Kenapa aku merasa kau bukan sekadar sekretaris biasa atau kekasih palsu?”

Lucy tersenyum tipis, tetapi dalam hatinya ia mulai merasa terpojok. “Tn. Dawson, aku menghargai rasa ingin tahumu, tapi kau harus percaya padaku. Aku tidak menyembunyikan apa pun yang bisa membahayakanmu.”

Evans mendekat, tatapannya tajam. “Jika itu benar, kenapa kau terlihat begitu gugup sekarang?”

Lucy tahu ia harus memainkan perannya dengan sempurna. Ia tidak bisa membiarkan Evans mengetahui identitas aslinya atau tujuannya di pesta itu. Dengan langkah tenang, ia menatap langsung ke mata Evans, mencoba menenangkan ketegangan di antara mereka. “Evans, aku menghargai perhatianmu, tapi aku sungguh tidak ada niat buruk. Jika kau merasa aku bertindak mencurigakan, aku minta maaf. Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik.”

Evans tidak menjawab untuk beberapa saat, hanya memandangi Lucy dengan tatapan yang sulit ditebak. Akhirnya, ia menghela napas panjang dan melangkah mundur. “Baiklah. Aku akan mempercayaimu untuk saat ini. Tapi jika aku menemukan bahwa kau menyembunyikan sesuatu dariku, Lucy, aku tidak akan membiarkannya begitu saja.”

Lucy mengangguk, merasa lega bahwa untuk saat ini Evans tidak menekan lebih jauh. Namun, ia tahu ini bukan akhir dari masalah. Evans adalah pria yang cerdas dan penuh perhatian, dan jika ia terus mencurigai Lucy, misi ini akan menjadi semakin rumit.

Akhirnya mereka semua pulang ke kediamannya masing-masing, Evans mengantarkan pulang Lucy.

Sesampainya di Apartement, Lucy melaporkan pertemuannya dengan target kepada Jenna

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!