Hidup Aina seperti diselimuti kabut yang tebal saat menemukan kenyataan kalau Fatar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun ini meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Namun Fatar tak sendiri, ada seorang wanita bersamanya. Wanita tanpa identitas namun menggunakan anting-anting yang sama persis dengan yang diberikan Fatar padanya. Aina tak terima Fatar pergi tanpa penjelasan.
Sampai akhirnya, Bian muncul sebagai lelaki yang misterius. Yang mengejar Aina dengan sejuta pesonanya. Aina yang rapuh mencoba menerima Bian. Sampai akhirnya ia tahu siapa Bian yang sebenarnya. Aina menyesal karena Bian adalah penyebab hidupnya berada dalam kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fatar Lelaki Baik
Perlahan Aina berdiri. Ia menghapus air matanya. Lelaki itu masih berdiri menatap makam itu. Ia berpostur tinggi dan nampak kekar. Wajahnya menggunakan masker dan dia memakai kacamata hitam.
"Aina......!"
Aina menoleh dengan kaget mendengar namanya dipanggil. Air matanya kembali mengalir. "Kakak....!"
Aira memeluk adiknya. Ia tahu bagaimana sayangnya Aina pada Fatar. Lelaki yang adalah cinta pertama Aina.
"Maaf kakak baru datang. Denis sakit dan harus dirawat di rumah sakit." Aira melepaskan pelukannya. Ia menghapus air matanya adiknya. "Kakak tahu ini sangat sulit. Tapi kamu harus belajar menerima kenyataan ini walaupun berat."
Aina mengangguk. Aira pun mengusap papan yang bertuliskan nama Fatar. Ia mengenal Fatar sebagai lelaki yang baik. Aira percaya Fatar mampu memberikan kebahagiaan. Agi Adiknya. Kenyataan justru berkata lain. Fatar tidak ditentukan untuk berjodoh dengan Aina.
"Kita pulang yuk! Sudah mau magrib. Nggak baik ada di kuburan." Aira menggandeng tangan adiknya. Mereka pun melangkah meninggalkan kompleks pemakaman itu.
Aina masih melihat kalau lelaki itu ada di sana. Mungkin dia juga enggan meninggalkan makam karena orang terkasihnya baru saja meninggal.
************
"Hai.....!" sapa Fatar sambil membawa bunga anyelir di tangannya.
Aina tersenyum melihat kedatangan lelaki yang sering dimimpikannya akhir-akhir ini.
"Kok bisa tahu rumah aku di sini? Kamu mengikuti aku ya?" Aina memasang wajah curiga.
"Nggak. Aku tahu alamat mu dari papa ku."
"Papamu? Memangnya papamu tahu tentang aku?"
"Ya. Papaku Vijay Cavay."
"Dokter Vijay? Itu kan dokter papaku."
Fatar tersenyum. "Aku pernah beberapa kali mengantarkan papa ke sini. Namun nggak turun karena aku nggak tahu kalau ada bidadari di sini."
"Ih...kamu bisa saja." Itulah awal manis antara Fatar dan Aina. Saat itu Aina masih kelas 3 SMA dan Fatar sudah mahasiswa kedokteran semester 6. Cinta pertama yang manis, ditambah lagi dukungan kedua orang tua membuat hubungan itu sangat direstui.
Fatar yang lembut, Fatar yang perhatian, Fatar yang membuat Aina banyak dicemburui oleh para gadis karena merasa Aina sangat beruntung dicintai oleh lelaki setampan dan seromantis Fatar.
**********
"Aina, kamu melamun?" tanya Aira, kakanya.
Aina tersenyum. "Aku hanya mengingat pertemuan awal antara aku dan Fatar, kak."
Aira duduk di samping adiknya. Keduanya kini ada di teras belakang rumah orang tua mereka. "Fatar lelaki yang baik ya ?"
"Ya. Hanya saja, diakhir kehidupannya, Fatar meninggalkan tanda tanya besar yang tak ada yang bisa menjawabnya. Ia mengalami kecelakaan bersama seorang wanita. Wanita tanpa identitas. Wanita itu sedang hamil saat mereka mengalami kecelakaan."
"Apa? Kamu nggak tanya siapa wanita itu?"
Aina menggeleng. "Dia mayat tanpa identitas. Aku juga belum menanyakan pada orang tua Fatar karena mereka masih berduka. Lagi pula, orang tua Fatar mengatakan kalau mereka tak mengenal perempuan itu saat mereka mengurus jenasah Fatar."
"Mungkin perempuan itu hanya menumpang di mobilnya Fatar. Maklumlah Fatar kan seorang dokter."
Aina menarik napas panjang. "Aku nggak tahu, kak. Masalahnya Fatar mengalami kecelakaan dengan mobil yang lain."
Aira menatap adiknya. "Lalu itu mobil siapa?"
"Aku nggak tahu, kak."
"Nggak tanya ke polisi yang menangani kecelakaan itu."
"Belum sempat karena setelah Fatar dikebumikan, aku justru masuk rumah sakit."
"Kamu mau menyelidiki siapa perempuan itu?"
"Perempuan itu datang di mimpiku."
Aira mengusap punggung adiknya. "Sebaiknya kamu jangan selidiki, de. Yakinlah kalau Fatar itu lelaki baik. Kalau mimpi itu datang lagi, segera sholat. Jangan biarkan pikiranmu menjadi kosong."
Aina mengangguk. "Kak, mas Tio nggak ikut ke sini?"
Aira menggeleng. "Kamu kan tahu dia sibuk."
"Mas Tio sudah jadi jaksa yang terkenal ya."
"Alhamdulillah."
"Kakak bahagia kan menikah dengannya. Walaupun kalian hanya dijodohkan, namun aku yakin kalau mas Tio sangat mencintai kakak. Makanya dia tak mau membatalkan perjodohan kalian."
Aira hanya mengangguk sambil tersenyum. Ia tak ingin adiknya melihat kesedihan yang sudah lama ditahannya. Kesedihan yang sebenarnya ingin ia ceritakan tapi untuk saat ini tak mampu ia katakan karena keadaan adiknya yang sedang berduka.
"Kak, gimana kabar mantan pacar kakak waktu kuliah di Australia? Dulu kan kakak bilang kalau sehari sebelum kakak menikah, dia datang mencari kakak dan bermohon agar jangan menikah dengan mas Tio. Apakah dia sudah menikah juga?"
Aira mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Mungkin juga sudah. Karena kami kan sudah 6 tahun tak pernah ketemu. Oh ya, setelah ini rencanamu apa?"
"Entahlah. Mungkin mencari pekerjaan. Aku baru saja diwisuda 2 bulan yang lalu. Sebenarnya aku ada tawaran kerja di sebuah bank swasta namun Fatar tak mengijinkan. Dia mau kalau kami menikah dulu. Dia ingin punya anak di usia muda. Sayangnya, dia justru pergi diusia yang masih sangat muda."
Aira memeluk adiknya. "Sabar, sayang."
Kedua kakak adik ini memang saling menyayangi. Aina berusia 7 tahun lebih tua dari adiknya.
**********
"Pak Arya?" panggil Aina saat melihat polisi yang menangani kecelakaan Fatar itu ada di kompleks makam ini. Aina baru saja selesai mengunjungi makam Fatar.
Polisi muda yang tampan itu menoleh. Ia mengerutkan dahinya. "Oh....Aina kan?"
Aina mengangguk. "Bapak ngapain di sini?"
"Aku mengunjungi makam ayahku."
"Oh...Fatar juga di kuburkan di sini."
"Aku tahu. Ia dikuburkan di samping perempuan yang sama-sama mengalami kecelakaan bersamanya kan?"
"Apa?"
Arya kaget melihat ekspresi Aina. "Memangnya kamu tak tahu? Orang tua Fatar mengambil mayat perempuan itu 3 hari setelah Fatar dimakamkan. Aku sendiri yang ikut mengantarkan jenasahnya di sini."
"Memangnya identitas perempuan itu sudah diketahui?" tanya Aina semakin penasaran.
"Ya. Orang tua Fatar mengenalinya. Orang tua Fatar juga meminta saya untuk tak meneruskan penyelidikan kecelakaan Fatar. Karena memang diketahui bahwa mobil itu kecelakaan sendiri. Tak ada tanda-tanda kesengajaan dalam kecelakaan itu."
Aina terkejut. Jadi orang tua Fatar mengenal perempuan itu? Tapi kenapa mama dan papa Fatar mengatakan kalau mereka mengenal perempuan itu?
"Aina, kamu kenapa ?" Arya memegang tangan Aina. Gadis itu tiba-tiba saja merasa pusing. Arya menuntun Aina berjalan menuju ke tempat yang lebih teduh karena walaupun sore sudah menunjukan pukul setengah lima namun matahari memang masih bersinar dengan teriknya.
Setelah Aina duduk di bangku beton, Arya pun membuka tas punggung yang dibawahnya. "Ini ada air mineral. Masih disegel. Minumlah."
"Terima kasih." Aina menerima botol air mineral itu, membuka segel dan penutup botolnya lalu meminumnya sampai setengah isi botol.
"Kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Arya penuh perhatian.
"Sudah. Terima kasih ya, pak."
"Sama-sama. Jangan panggil aku dengan sebutan bapak. Usia kita pasti tak selisih jauh. Aku usianya 27 tahun. Dan kamu?"
"22 tahun. Aku panggil kakak saja ya?"
Arya mengangguk sambil tersenyum. "Itu kedengarannya lebih bagus dari pada sebutan bapak."
Aina menarik napas panjang. "Aku ingin melihat nama perempuan itu." Aina melangkah meninggalkan Arya. Ia bahkan sedikit berlari memasuki kompleks makam. Matanya menatap sebuah makam yang ada di sebelah makam Fatar. Sebuah nama tertulis di sana.
WILMA GUNAWAN. Perempuan itu memiliki tahun kelahiran yang sama dengan Fatar. Bulannya saja yang berbeda.
Aina mengambil ponselnya dan memotret papan yang bertuliskan nama perempuan itu lalu ia segera pergi.
"Aina, mau kemana?" ternyata Arya masih menunggunya.
"Aku mau pergi, kak."
"Aku antar saja."
"Aku bisa naik taxi."
Arya memegang tangan Aina dan menarik gadis itu. "Ayo aku antar kamu pulang. Kamu kelihatannya sedikit terguncang."
Aina menurut. Ia memilih ikut dengan polisi muda itu.
"Alamatmu di mana?" tanya Arya saat mobil mulai meninggalkan kompleks pemakaman.
Aina menyebutkan sebuah alamat.
"Lho, itu alamat rumah almarhum tunanganmu kan? Kamu tinggal di sana?"
"Aku hanya ingin pergi ke sana saja."
Arya pun tak banyak bertanya. Ia membawa Aina ke alamat itu. Aina mengucapakan terima kasih sebelum akhirnya turun.
Dadanya terasa sakit saat menatap rumah megah yang sudah sering didatanginya saat Fatar masih hidup.
Satpam penjaga pintu pagar langsung membukakan pintu pagar saat melihat kedatangan Aina.
"Selamat datang, nona."
Aina tersenyum pada satpam itu. Ia masuk menuju ke rumah.
Gadis itu tak ikut pintu depan, ia ikut pintu samping yang ia tahu biasanya tak di kunci.
"Assalamualaikum!" sapanya memberi salam.
"Waalaikumsalam!" terdengar balasan dari dalam. Seorang wanita tua keluar. "Eh, nak Aina!" Yuni, kepala pelayan di rumah ini segera menyambut Aina dengan pelukan hangat.
"Bagaimana keadaanmu, nak? Kamu nampak kurus." Bi Yuni memegang pundak Aina.
"Aku baik-baik saja, bi. Papa dan mama Fatar ada?"
"Tuan dan nyonya sedang pergi ke Penang. Nyonya sakit. Ia selalu menangis mengingat almarhum tuan Fatar."
Aina menahan air matanya. "Aku boleh masuk ke kamar Fatar kan?"
"Silahkan non. Semenjak tuan Fatar meninggal, nyonya melarang kami membersihkan kamar itu. Pakaian kotornya bahkan masih ada di keranjang."
Aina segera menuju ke lantai dua. Ia sudah beberapa kali masuk ke kamar Fatar. Bahkan pernah tidur di sana saat Fatar sakit.
Saat Aina membuka pintu kamar itu, air matanya kembali mengalir karena perasaan rindu yang ia rasakan untuk lelaki itu.
Mata Aina menatap foto pertunangan mereka setahun yang lalu. Foto berukuran 20R itu ada di dinding kamar Fatar. Ia sengaja menaruh foto itu karena menurut Fatar, setiap hari ia merindukan Aina walaupun baru ketemu.
Di atas nakas dekat tempat tidur Fatar, ada foto liburan mereka ke India. Waktu itu, sepupu Fatar menikah dan orang tua Fatar mengajak Aina ikut. Aina diperkenalkan pada semua saudara-saudari Fatar yang sangat menyukai Aina.
Aina membuka laci nakas itu dan ia melihat sebuah cincin. Bukan cincin pertunangan mereka tapi cincin yang lain.
***********
Cincin siapakah itu?
krn mgkn sbnrnya Hamid, Wilma dan Emir adlh saudara seayah...
smoga brharap Emir GK trmsuk dlm lingkaran orang jht yg mo ancurin kluarga kmu ai.....smoga....