Terlahir dengan kekuatan istimewa, akankah membuat hidup Angela jadi lebih bahagia? atau penuh dengan rintangan.
Mampukah Angela mengendalikan kekuatannya? ataukah kekuatan itu akan menghancurkan dirinya?
Ikuti terus kisah Angela hingga akhir ya ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"I-ini mau tidur kok pah." jawab Angela tergugup.
Angela menutup telepon dari Kenan secara sepihak kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Mama bilang kamu sedang sakit, jadi jangan terlalu banyak begadang!" Peringati Edward.
"Iya pah." patuh Angela.
"Tidurlah! Papa akan menemani kamu di sini sampai kamu tertidur." ucap pria paruh baya itu sembari menatap sang putri penuh selidik.
Edward bukannya tidak tahu kalau Angela baru saja menerima telepon dari seorang pria. Tapi Edward sengaja membiarkannya dulu karna ia ingin melihat apakah Angela akan mematuhi perintahnya untuk tidak pacaran atau malah melanggarnya.
***
***
"Angela sudah tidur kak?" tanya Emily saat melihat sang suami duduk di sebelahnya.
"Sudah honey." Jawab ayah dari dua orang anak itu sembari menghembuskan napas berat, seakan ada rasa sesak yang menghimpit dadanya.
"Kenapa sayang?" Tanya Emily.
Walaupun Edward tak berkeluh kesah, tapi Emily bisa merasakan kegundahan yang sedang dirasakan sang suami hanya dengan mendengar suara napasnya saja.
"Si Jacob itu benar-benar membuat kita tidak bisa tidur. Memangnya apa sih yang sudah dia lihat?" tanya Edward dengan suara beratnya.
Jacob benar-benar tidur di kamar mereka sekarang, membuat sepasang suami istri itu merasa risih dan tidak bisa tidur. Karna mereka sudah terbiasa hanya tidur berdua saja.
"Sepertinya Jacob hanya berhalusinasi kak. Jangan terlalu dipikirkan." ucap Emily dengan suara lembutnya. Emily tidak tahu saja kalau yang menjadi beban pikiran Edward sekarang bukan hanya tentang Jacob, tapi Angela juga.
"Iya, mungkin Jacob terlalu banyak nonton film horor makanya dia berhalusinasi. Mana mungkin Jacob indigo seperti Angela juga kan?" Ujar Edward.
Emily menarik napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan sebelum membalas ucapan sang suami.
"Kakak tahu sendiri kan apa saja usaha yang sudah kita lakukan untuk menutup mata batin Angela. Dan semuanya berakhir dengan sia-sia. Jangan sampai hal itu terjadi pada Jacob juga." lirih Emily dengan wajah sendunya.
"Itu tidak mungkin terjadi honey!" sanggah Edward. Pria itu bisa gila jika kedua anaknya menjadi seorang indigo.
***
***
Pagi harinya.
Edward, Emily, Angela dan Jacob duduk di meja makan sembari menikmati sarapan mereka. Namun suasana sarapan kali ini terasa lebih hening dari biasanya karna tak ada perdebatan antara kedua kakak beradik itu. Jacob masih merasa trauma saat melihat Angela, jadi ia lebih banyak diam.
"Papa berangkat dulu ya, Hari ini akan ada kunjungan dari mentri kesehatan ke rumah sakit kita. Jadi papa harus menyambutnya dengan baik." pamit Edward setelah menghabiskan sarapannya.
"Iya pah, hati-hati di jalan. Jangan lupa minta foto bareng sama pak mentri, Angela mau upload fotonya di status WA nanti." pinta Angela dengan wajah sumringah.
"Hmmm ada-ada saja kamu ini!" Edward hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar permintaan nyeleneh dari sang putri.
"Hati-hati ya pah, mama juga mau minta tanda tangannya pak mentri." pesan Emily pula sembari membenarkan dasi yang dikenakan sang suami tercinta. Saat di hadapan anak-anak, Edward dan Emily mengubah panggilan mereka menjadi papa dan mama.
"Kalian ibu dan anak memang sama saja." cicit Edward. Kemudian pria yang masih terlihat gagah diusianya itu beranjak pergi meninggalkan keluarga kecilnya.
"Apa lihat-lihat!" hardik Angela kepada sang adik yang sejak tadi terus menatap tajam ke arah dirinya.
"Kakak belajar nari dimana sih? Gerakan tari kakak tadi malam itu luwes banget loh. Kayak penari-penari yang sering tampil di pagelaran seni tradisional." ucap Jacob sembari meliuk-liukan tangannya seperti seorang penari, namun versi robot tentunya.
"Ihh apaan sih! Daripada belajar nari, mending kakak belajar masak. Supaya kakak bisa jadi istri yang baik kayak mama nanti." balas Angela asal.
"Kira-kira suami kakak nanti siapa apa ya? Pastinya harus lebih ganteng dari papa." Cicit Angela.
"Emang ada ya cowok yang mau jadi suami kakak? Kalaupun ada, kasihan orang itu karna akan melihat penampakan setiap hari." ledek Jacob sambil terkekeh.
"Sembarangan! kakak sumpahin kamu jadi jomb...."
Angela segera menutup mulutnya, ia takut keceplosan dan sumpah serapahnya terhadap sang adik menjadi kenyataan. Angela tidak akan tega jika melihat adik kesayangannya itu jadi jomblo seumur hidupnya.
"Jadi apa?" tantang Jacob, namun Angela hanya terdiam.
Emily yang mendengarkan perdebatan diantara kakak beradik itu hanya bisa menyunggingkan senyumnya saja.
"Sudah-sudah! Cepat habiskan sarapan kalian! Lihat tuh sudah jam berapa? Nanti kalian terlambat lagi sekolahnya."
Emily menengahi perdebatan antara Angela dan Jacob yang tiada habisnya.
"Ya ampun udah jam segini" netra biru gadis itu membelalak kala melihat jarum jam sudah menunjukan pukul 07.15 pagi. Sedangkan sekolah Angela masuk pukul 07.30 pagi.
"Angela berangkat dulu ya mah." Angela segera menyuapkan sisa potongan roti bakar yang ada di tangannya, seusai mencium punggung tangan sang mama gadis itu bergegas pergi ke sekolah.
"Hati-hati sayang." pesan Emily kepada sang putri.
"Iya mah." balas Angela sembari terus berlalu.
"Kok kamu gak ikut berangkat juga sayang?" tanya Emily pada putra bungsunya yang masih asik menikmati sarapan dengan santai di meja makan.
"Sebentar lagi mama cantik." Jacob masih terlihat santai karna dia sudah langganan datang terlambat ke sekolah hampir setiap hari.
Bersambung.