Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02. Menuju pesta teh.
Kilauan bias matahari menghangatkan suasana di pagi hari. Aya—pelayan pribadi Raeba masuk ke dalam kamarnya,membawakan poci teh dan air minum mineral untuk,Raeba.
Melihat junjungannya yang masih tertidur pulas, membuat Aya sungkan untuk membangunkannya. Biarlah sebentar lagi, dekat waktu sarapan pagi bersama seperti biasanya juga tidak apa 'pikir Aya'.
"Aya?"
Aya, yang di panggil langsung berbalik badan dan menatap ke arah sumber suara. Dilihatnya Raeba mungil tengah menggeliat seraya menutup mulutnya yang menguap.
"Nona, Raeba. Anda sudah bangun?" tanyanya dengan sedikit pelan, karena cukup terkejut melihat Raeba yang bangun sendiri tanpa di bangunkan terlebih dahulu.
"Aya, aku haus. Bisakah kau mengambilkan aku minum?" Lirihnya dengan suara serak.
Sudah dua tahun berlalu, Nona Raeba-nya masih saja seperti ini. Manja,tapi juga suka membuat ulah. Badannya yang mungil tidak meyakinkan bahwa umurnya kian bertambah.
"Ah,tentu saja,Nona. Saya akan mengambilkannya untukmu." cepat-cepat Aya melangkah mendekati meja bundar dimana ia menaruh air sebelumnya.
"Apa Ibu sudah datang mencari,ku? Katakan padanya bahwa aku akan segera menemuinya di meja makan." Tanya Raeba segera turun dari ranjang tidurnya.
"Belum,Nona. Kebetulan sekali pagi ini Nona Raeba, bangun lebih awal dari biasanya." jawab Aya apa adanya.
"Benarkah? Tapi rasanya aku sudah terlambat." sahutnya di ambang pintu kamar mandi.
Aya, hanya tersenyum menanggapi, lalu ia menyiapkan pakaian ganti untuk sang junjungannya. Tangannya dengan cekatan bergerak mencari gaun yang akan di pakai oleh Raeba pagi ini.
"Nona Raebaku, bangun lebih awal. Ini suatu hal yang mengejutkan. Apakah Nona bermimpi sehingga bisa bangun sepagi ini?" batin,Aya. Ia meletakkan pakaian ganti di atas kasur, Raeba.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Raeba, keluar dari dalam kamar bersama,Aya. Di sepanjang perjalanan menuju ruangan makan banyak pelayan yang berpapasan dengan keduanya.
"Benarkah itu, Nona Raeba? Tidak biasanya beliau bangun lebih awal."
"Mungkin pengaruh umur. Bukankah kita dulu juga seperti itu? Sangat malas bangun lebih awal karena rasa kantuk,tapi terpaksa harus bangun lebih awal karena urusan pekerjaan."
"Iya,aku setuju denganmu."
Pelayan merasa lega melihat nonanya yang bangun lebih awal. Jika seperti ini setiap hari, tidak akan ada lagi drama teriak-berteriak setiap pagi hari.
Sesampainya di ruangan makan Raeba di sambut oleh empat pasang mata keterkejutan. Saking bahagianya Grand Duchess Gilia sampai lupa caranya menutup mulutnya.
"Jangan melihatku seperti itu!" Kesal Raeba yang berjalan menuju kursi yang sudah di sediakan Aya untuknya.
"Tidak biasanya anak Ibu bangun sepagi ini? Biasanya harus—"
"—Hanya kebetulan." Potong Raeba,jengah menjadi buah bibir sang Ibu setiap hari.
"Syukurlah,Tuhan. Putri Ayah sudah semakin dewasa, semoga semakin lebih baik kedepannya." Ucap Grand Duke Riyu,dengan penuh rasa syukurnya.
"Ayah.." Sahut Raeba dengan nada rengekan.
"Ayo,makan. Hari ini ada pesta teh di kediaman Duke Jazer Lagion dan Duchess Lamuna Valica Lagion,di kota Kilba. Atas keberhasilan putrinya dari pembelajarannya di sekolah." Ajak Grand Duchess Gilia dengan suara lembut yang menenangkan.
"Kalian harus berangkat setelah sarapan,agar tidak terlambat datang ke acaranya." Imbuh sang Grand Duke dengan tersenyum tipis.
Jarak kota 'Yute' kota di bawah pimpinan Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia,ke kota Kilba menghabiskan setengah hari perjalanan,jika tidak ada hambatan di tengah perjalanan mereka akan sampai di waktu siang, bertepatan dengan acaranya di mulai.
"Raeba?"
Raeba, yang sedang berjalan menuju kamarnya menghentikan langkahnya saat ada seseorang yang memanggil namanya dari arah samping.
Ruyika Natala Riyuna—kakak pertama Raeba yang terlahir dua tahun sebelum kelahirannya. Berparas cantik bak seorang Dewi. Wajahnya yang sempurna dengan iris mata berwarna hijau kebiruan dan pupilnya berwarna hitam kehijauan. Turunan dari warna mata sang Ayah. Rambutnya berwarna kuning keemasan,dengan gelombang tipis di bagian ujungnya, benar-benar seperti titisan seorang Dewi.
"Ada, apa?" Tanya Raeba setelah kakaknya berdiri di sampingnya.
"Apakah kamu akan ikut ke kota Kilba untuk menghadiri pesta teh, hari ini?" Tanya Ruyika tersenyum manis menatap wajah sang adik.
Raeba mengangguk 'Tentu saja ia harus ikut serta dalam acara yang membosankan,bagi Raeba. Pesta teh,dihadiri banyak Nona bangsawan,dan Ibu mereka,hal itu akan menguras energi dan tenaga karena akan adanya isu-isu baru yang di munculkan,dan di bahas para ibu-ibu'.
"Andai aku bisa membelah jadi dua aku pasti tidak akan ikut, tapi sayang sekali di jaman ini tidak ada hal di luar nalar seperti itu." Jeda Raeba.
"Apa kakak Ruyika lupa bahwa ada singa tidur yang akan mengamuk jika di bangunkan?" Lanjutnya, cemberut.
Ruyika Natala Riyuna, terkekeh pelan. "Ternyata kamu masih takut dengan,Ibu. Yah,aku juga akan bertindak sepertimu jika memiliki keberanian lebih, sayangnya aku tidak punya." Ucap Ruyika tersenyum manis.
Ruyika gadis yang lemah lembut, setiap gerakannya akan menghipnotis mata yang memandang ke arahnya. Begitu sempurna jika di bandingkan dengan,Raeba. Tapi Raeba jauh lebih baik dari kakaknya jika ia dalam mode serius, sayangnya gadis itu jarang sekali berada dalam mode serius.
"Kakak tunggu di halaman,ya." Lirih Ruyika lembut, seraya mengusap lembut pucuk kepala adiknya.
"Hem." Sahut Raeba tersenyum tipis.
Raeba, segera pergi menuju kamarnya, diikuti oleh Aya di belakangnya. Raeba menghempaskan tubuhnya sejenak seraya memejamkan mata, setelah sampai di kamarnya.
"Aya? Bisakah kau berubah wujud menjadi,aku? Rasanya aku begitu malas untuk menghadiri acara seperti ini. Aku ingin berpetualang di luar sana, mengelilingi dunia dengan bebas." menghayal dalam keadaan matanya yang terpejam.
Aya, terkekeh kecil. "Jika saya bisa,sudah sedari dulu saya lakukan untuk Anda,Nona. Tapi sayang sekali semua itu hanya keinginan yang tidak akan pernah bisa saya lakukan." Seru Aya dengan suara manis.
"Aya, jangan pernah berubah! Hanya kamu satu-satunya rumah tempat aku kembali,tanpa kamu mungkin aku tidak akan sampai di titik ini." Raeba berucap dengan hati bersedih,selama ini tidak ada yang mengerti dengan dirinya.
Kedua orang tuanya hanya memintanya untuk menjadi gadis baik seperti Ruyika, gadis lemah lembut, seperti putri bangsawan yang sesungguhnya. Namun, tanpa di sadari ternyata ucapan mereka membuat gadis bermata hijau kekuningan itu merasa terguncang.
"Saya berjanji untuk Anda,Nona Raeba. Apapun yang terjadi saya akan tetap menjadi cangkang bagi,Nona. Ucap Aya bersungguh-sungguh, tidak ada sedikitpun keraguan dalam hatinya.
Perempuan 26 tahun yang sudah bekerja cukup lama dengan keluarga Riyu—Ayana Rusti. Perempuan berparas cantik meskipun berstatus seorang pelayan, jiwanya yang penuh keibuan membuat Raeba nyaman berada di dekatnya.
"Jangan lupa, janjimu,Aya!"
•••
Kereta kuda menjauh dari kediaman keluarga besar,Riyu. Raeba, duduk bersebelahan dengan adiknya,Raega. Raega—pemuda berusia 14 tahun dengan tinggi badan 163cm, kulit putih, iris mata berwarna hijau kebiruan dengan pupilnya berwarna hitam kehijauan, Turunan Ayahnya, rahangnya tegas meskipun umurnya masih belia.
Adik bungsu Raeba itu lebih suka di kelas ilmu bela diri dan berpedang, potensi berkudanya pun tidak perlu di ragukan lagi. Sama halnya dengan Raeba, Raega,juga memiliki watak yang cukup gigih dan suka berpetualang, sesekali mereka berdua keluar secara diam-diam di saat malam tiba.
"Raeba,jangan membuat Ibu dan kakakmu malu di acara pesta teh nanti." Ucap Grand Duchess Gilia dengan suara lembut namun tegas.
Raeba,mendengus. Lagi-lagi ia akan menjadi boneka sang Ibu, yang harus berpura-pura menjadi wanita anggun di hadapan para bangsawan. Menciptakan sebuah Boomerang seindah pelangi,demi menarik simpati para nyonya -nyonya bangsawan.
'Jangan sampai Raeba menikah dengan gelandangan akibat kebodohan nya'. Itu yang selalu di khawatirkan oleh Grand Duchess Gilia, terhadap putri keduanya.
"Baik, Nyonya Riyu." Jawab Raeba dengan tersenyum pura-pura.
"Ingat pesan,Ibu! Jangan membuat kami malu." sekali lagi Grand Duchess Gilia mengulangi ucapannya,agar Raeba benar-benar memahami, Ibunya.
Kereta kuda berhenti di sebuah bangunan tua tempat kelas-kelas pembelajaran. Raega, segera turun dari dalam kereta kuda, karena Dia akan menimba pelajaran pagi ini,anak laki-laki tidak diikut sertakan dalam acara pesta teh, jadi Raega tidak perlu repot-repot menghadiri acara tersebut.
"Enak jika aku terlahir sebagai, seorang lelaki, tidak perlu repot-repot menghadiri acara membosankan seperti ini." Lirih Raeba pelan, namun masih di tangkap oleh pendengaran Grand Duchess Gilia dan Ruyika.
"Shut! Raeba?" Tegur sang kakak agar Ibu mereka tidak kembali berbicara sepanjang perjalanan.
"Selamat menikmati pesta teh nya, kakak kedua. Semoga menyenangkan." Ucap Raega pelan melewati celah-celah kereta kuda, setelah mengucapkan kalimat tersebut Raega berlari sekuat tenaga menjauh dari kereta kuda. Sebelumnya Raega sudah berpamitan kepada Ibu dan kakak pertamanya.
"Raega!!" pekik Raeba, yang mendapatkan cubitan kecil dari Grand Duchess Gilia.