Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan di Bawah Langit Senja
Langit senja di Barat Sektor 5 memancarkan warna oranye keemasan yang memudar, melukiskan kontras antara keindahan alam dan kekacauan di jalanan. Jalan-jalan sempit dipenuhi debu, dan bangunan tua dengan cat yang mulai pudar berdiri seperti saksi bisu atas berbagai pertempuran kecil yang mewarnai hari-hari di sana. Sektor 5 dulunya adalah pusat kehidupan kota, tempat di mana berbagai usaha kecil berkembang. Namun, itu cerita masa lalu. Kini, tempat itu dikuasai oleh geng-geng jalanan yang saling memperebutkan wilayah.
Di antara gang-gang yang gelap, suara mesin motor sport memecah keheningan. Honda CBR 1000RR Fireblade dengan suara halus melaju, pengendaranya menghindari lubang dan pecahan kaca di sepanjang jalan dengan keahlian yang luar biasa. Di atas motor itu, Galang, seorang pria muda dengan wajah keras yang menyimpan banyak cerita, mengenakan jaket kulit hitam yang memantulkan sinar terakhir matahari.
Galang tiba di sebuah dojo kecil di sudut jalan. Bangunan itu sederhana, dengan dinding kayu yang telah rapuh dimakan waktu. Namun, ada sesuatu yang membuatnya tetap kokoh: semangat penghuninya. Ia memarkir motornya dengan hati-hati, lalu melepas helm, memperlihatkan wajah dengan rahang tegas dan tatapan yang dalam. Ketika ia melangkah masuk, pintu dojo terbuka, dan seorang pria paruh baya muncul.
“Galang,” suara hangat tetapi penuh rasa prihatin terdengar dari Pak Dharma, pemilik dojo sekaligus pamannya. Pria itu menyeka keringat di dahinya dengan handuk kecil. “Aku kira kau tak akan pernah kembali.”
Galang menghela napas. “Aku juga tak pernah merencanakan ini, Paman,” jawabnya singkat. “Tapi keadaan berubah.”
Pak Dharma mengangguk perlahan, matanya menatap keponakannya dengan campuran perasaan. “Ya, segalanya berubah. Tapi tidak selalu ke arah yang lebih baik.”
Mereka berbincang sebentar di dalam dojo, membicarakan keadaan Sektor 5 yang kini dikuasai geng-geng liar. Pak Dharma bercerita tentang Blooded Scorpio, geng paling berkuasa di wilayah itu, yang terus memeras para pedagang kecil. Namun, Galang tampak enggan terlibat. Setelah bertahun-tahun berlalu sejak ia meninggalkan dunia balap motor dan konflik, ia hanya menginginkan kedamaian.
---
Malam Penuh Ketegangan
Malam itu, Galang duduk di beranda dojo. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma tanah yang lembap setelah hujan gerimis sore tadi. Ia membersihkan motornya dengan telaten, tangannya mengelus bodi kendaraan itu seolah sedang berbicara dengan teman lama. Motor itu bukan sekadar alat baginya. Itu adalah simbol dari siapa dirinya dulu—seorang pembalap jalanan yang diakui. Namun, semua berubah setelah kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya.
Keheningan malam pecah oleh suara langkah kaki yang tergesa-gesa. Seorang pria muda dengan wajah penuh luka muncul dari kegelapan. Nafasnya berat, bajunya robek, dan darah mengalir dari pelipisnya.
“Galang!” serunya panik.
Galang segera berdiri, mengenali pria itu. “Tama, apa yang terjadi?”
Tama, sahabat lamanya, mencoba mengatur napas. “Mereka… mereka datang ke bengkelnya. Mereka bilang aku harus menyerahkan tempat itu, atau mereka akan menghancurkannya.”
“Mereka siapa?” tanya Galang, nadanya tajam.
“Blooded Scorpio,” jawab Tama dengan suara gemetar. “Mereka bilang ini wilayah mereka sekarang.”
Galang menghela napas panjang, mencoba menahan amarah yang mulai membara. “Tenanglah,” katanya. “Kau aman di sini malam ini. Besok kita akan urus ini.”
---
Kenangan dan Perencanaan
Setelah Tama tertidur, Galang termenung di halaman dojo. Ingatannya melayang ke masa lalu. Ia dan Tama dulu sering menghabiskan waktu di bengkel kecil itu, memodifikasi motor dan merancang strategi balapan. Bengkel itu adalah tempat di mana mereka bermimpi besar, sebelum kehidupan mengambil jalan yang berbeda. Tama tetap bertahan di sana, berjuang mempertahankan mimpinya, sementara Galang tersesat dalam kecewa dan kesepian.
Fajar tiba, dan Galang serta Tama menaiki motor menuju bengkel kecil itu. Perjalanan singkat itu terasa panjang karena pikiran mereka dipenuhi kecemasan. Ketika mereka tiba, pemandangan di depan bengkel membuat Tama terdiam. Tiga pria berjaket kulit berdiri di sana, dengan sikap sombong. Salah satu dari mereka, seorang pria besar dengan tato di lengan, maju mendekati mereka.
“Jadi, ini temanmu?” tanyanya dengan nada mengejek. “Kau pikir dia bisa melawan kami?”
Galang turun dari motornya dengan tenang. “Aku hanya ingin tahu apa urusan kalian di sini.”
Pria itu tertawa. “Ini wilayah Draxa. Bengkel ini milik kami sekarang.”
“Aku rasa tidak,” jawab Galang dingin.
---
Pertarungan Awal
Tanpa banyak bicara, pria itu melayangkan pukulan ke arah Galang. Namun, Galang dengan mudah menghindar, memanfaatkan momentum serangan itu untuk menjatuhkan lawannya. Kedua pria lain mencoba menyerang bersamaan, tetapi Galang, dengan pengalaman bela diri yang ia pelajari dari Pak Dharma, melumpuhkan mereka dengan gerakan cepat dan akurat.
Tama menyaksikan dengan mata terbelalak. Ia tahu Galang adalah seorang pembalap yang tangguh, tetapi ia tidak pernah melihat sisi ini sebelumnya.
Namun, pertempuran kecil itu hanyalah permulaan. Salah satu pria yang terluka bangkit perlahan dan berkata dengan nada penuh dendam, “Kau tidak tahu siapa yang kau hadapi. Draxa akan memastikan kau menyesal.”
---
Pertemuan Tengah Malam
Malam berikutnya, Galang menerima undangan dari Blooded Scorpio untuk bertemu di jalan utama. Pak Dharma memperingatkannya untuk berhati-hati, tetapi Galang tahu ia tidak bisa menghindar. Dengan memeriksa motornya satu per satu, ia mempersiapkan diri.
Di bawah remang lampu jalan, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, berdiri di tengah kerumunan. Ia menatap Galang yang datang dengan ekspresi penuh percaya diri. Pertemuan itu segera berubah menjadi pertarungan langsung antara Draxa dan Galang, sebuah duel untuk menentukan siapa yang lebih berkuasa di jalanan.
---