NovelToon NovelToon
Dibalik Cadar Istriku

Dibalik Cadar Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Raka Sebastian, seorang pengusaha muda, terpaksa harus menikah dengan seorang perempuan bercadar pilihan Opanya meski dirinya sebenarnya sudah memiliki seorang kekasih.

Raka tidak pernah memperlakukan Istrinya dengan baik karena ia di anggap sebagai penghalang hubungannya dengan sang kekasih.

Akankah Raka menerima kehadiran Istrinya suatu saat nanti atau justru sebaliknya?

Yuk simak ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Untuk sesaat waktu seakan terhenti saat dua tatapan itu saling mengunci. Zayn bahkan tak sanggup untuk berkedip.

Dalam hitungan detik, bola matanya telah dipenuhi cairan bening, yang kemudian menetes membasahi pipi.

Zayn kehilangan kata-kata, dadanya bergemuruh hebat. Betapa mata, hidung, bibir dan bulat wajah itu mengingatkan tentang adik kecilnya yang pernah hilang.

Sedangkan Nirma, ia merasa seperti melihat pantulan dirinya dalam versi laki-laki.

Hatinya bertanya-tanya, mengapa pemuda di hadapannya itu memiliki wajah serupa dengannya. Nyaris sama. Bahkan ia pun tanpa sadar menjatuhkan air mata.

Tersadar, wanita muda itu segera mengusap lelehan air mata, dengan gerakan cepat membalut wajahnya kembali dengan cadar, agar tak semakin banyak orang yang melihatnya.

Saat akan bangkit, ia menjerit kesakitan. Kaki dan tangannya terluka, pakaiannya juga sobek di beberapa bagian.

"Saya minta maaf, saya benar-benar tidak sengaja." ucap Zayn penuh sesal.

"Mari, saya antar ke rumah sakit agar lukanya ditangani dokter." Ucap Zayn menawarkan.

"Tidak usah, Mas. Saya tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil." tolak Nirma.

Ia harus segera pulang ke rumah. Khawatir jika terlalu lama di luar akan membuat Suaminya marah.

"Tapi kamu terluka, takutnya ada apa-apa." Zayn melihat ke sekeliling.

Dalam hitungan menit, tempat itu telah ramai oleh kerumunan orang-orang.

Kejadian itu menyita perhatian semua orang dan menimbulkan kemacetan yang cukup panjang.

"Tolong Ibu-Ibu, ada yang bisa bantu Mbak ini naik ke mobil saya?" Zayn memekik menatap beberapa wanita yang ada di sana.

Beberapa wanita yang berkerumun di sana sontak mendekat.

"Mari, saya bantu, Mbak. Duh... kasihan. Ini luka harus cepat ditangani dokter." Mereka memapah Nirma dan menuntunnya menuju mobil.

"Saya di belakang saja, Bu." ucap Nirma, saat seorang wanita membukakan pintu depan.

"Oh iya, baik." Nirma duduk di kursi belakang.

Sebelum naik ke mobil, Zayn sempat berterima kasih kepada beberapa wanita tersebut dan meminta maaf kepada pengendara lain karena sudah mengakibatkan kemacetan.

Mobil akhirnya mulai melaju.

"Mau minum?" tawar Zayn, meraih sebotol air mineral yang selalu tersedia di mobilnya.

Sambil menyetir, ia membuka segel kemasan dan mengulurkannya ke belakang.

"Ini sedotannya."

"Terima kasih. Maaf merepotkan." jawab Nirma pelan, menyibak sedikit kain penutup di wajahnya dan menyesap air mineral.

"Tidak apa-apa, maaf, saya yang salah karena hampir menabrak kamu."

Dalam 10 menit mereka telah tiba di sebuah rumah sakit.

Zayn sigap turun dari mobil untuk meminta bantuan kepada seorang petugas wanita untuk membawa Nirma ke unit IGD agar mendapatkan penanganan.

Setelah Nirma dibawa ke ruang IGD, Zayn menunggu di depan. Ia merogoh saku celana dan mencoba menghubungi Brayn.

Kebetulan rumah sakit tersebut adalah tempat sang Kakak sedang menjalani program profesinya.

Namun, setelah beberapa kali mencoba, Brayn tak kunjung menjawab panggilan. Padahal niatnya ingin memberitahu perihal gadis asing yang sangat mirip dengan adik mereka.

"Kakak, lagi di mana?" Akhirnya Zayn memilih mengirim pesan.

Duduk sebentar sambil menunggu, hingga nada pengingat pesan berbunyi.

"Aku di luar, memang kenapa?"

Zayn menghembuskan napas panjang setelah membaca pesan balasan dari Kakaknya.

"Aku di rumah sakit tempat Kakak praktek. Tadi aku hampir menabrak orang." Pesan yang baru saja dikirim Zayn itu langsung dibalas Brayn dengan panggilan.

"Ya, Kak!"

"Serius kamu menabrak orang, Dek? Lalu keadaan kamu bagaimana?" tanya sang Kakak penuh khawatir.

"Aku tidak apa-apa. Orang tadi hanya luka ringan, sih. Tapi aku bawa ke rumah sakit, takutnya ada apa-apa."

"Yakin hanya luka ringan?"

"Iya, Kak. Sepertinya hanya robek sedikit di lutut. Tapi, tidak apa-apa, aku bisa atasi sendiri. Jangan bilang Mama dan Papa dulu, ya. Takutnya mereka panik."

"Ya sudah, Dek. Tapi serius kamu tidak apa-apa, kan?"

"Tidak apa-apa, tidak luka sedikit pun."

"Alhamdulillah."

"Aku tutup dulu, ya, Kak."

"Ya, Dek. Kamu hati-hati."

Panggilan terputus. Zayn menarik napas dalam. Hingga perhatiannya teralihkan kepada seorang wanita berjas putih yang baru saja keluar dari ruangan IGD.

Beruntung ia cukup mengenal wanita tersebut yang merupakan rekan Kakaknya.

"Bagaimana, Kak? Tidak ada luka serius, kan?"

"Tidak, kok. Hanya ada jahitan sedikit di atas lutut sebelah kiri." jawab sang dokter. "Aku buatkan resep obat, sebelum pulang ditebus dulu, ya."

"Terima kasih, Kak." Zayn bernapas lega.

Setelah menebus obat, ia menawarkan diri mengantar Nirma pulang.

"Tidak usah, Mas. Saya minta tolong dipesankan taksi online saja." tolak Nirma dengan santun.

"Tidak apa-apa. Mari saya antar. Bagaimana pun juga saya yang salah karena hampir menabrak Mbak."

"Bukan salah Mas, saya yang menyeberang jalan tidak hati-hati."

Meskipun Nirma terus menolak, namun Zayn tetap memaksa mengantar sebagai bentuk tanggung jawab.

Sang Papa selalu mengajarkan agar bertanggung jawab terhadap kesalahan sekecil apapun yang ia lakukan.

Sepanjang perjalanan, Zayn merasa terus berdebar. Sesekali ia melirik ke belakang melalui kaca spion.

Wanita yang duduk di belakang itu benar-benar membuat perasaannya campur aduk.

Meskipun melihat hanya dalam hitungan detik, namun wajah itu telah terekam dalam ingatan.

Zayn jadi penasaran ingin tahu siapa gadis itu dan seperti apa kehidupannya. Namun, ingin bertanya pun rasanya ragu dan tidak sopan.

"Em ngomong-ngomong, boleh tanya sesuatu?" ucap Zayn beberapa saat kemudian.

"Boleh."

"Di rumah tinggal dengan siapa? Kok belanjanya sendirian tadi?"

"Tinggal dengan Suami."

"Oh ... sudah menikah." Zayn mengulas senyum. "Lain kali kalau belanja barang banyak jangan sendirian lagi."

"Iya, Mas. Terima kasih." jawab Nirma sungkan.

"Orang tuanya bagaimana? Masih ada?"

"Dua-duanya masih ada. Alhamdulillah Abah sama Umi sehat."

"Alhamdulillah." Zayn mengusap dada.

Pikiran konyolnya tadi seketika terbantahkan. Mungkin dia memang bukan Zahra.

"Berhenti di sini saja, Kak." ucap Nirma menunjuk sebuah mini market tak jauh dari gerbang masuk kompleks perumahan tempatnya tinggal.

"Memang kamu tinggal di mana?"

"Tidak jauh dari sini, kok."

"Saya antar sampai rumah saja, ya."

"Terima kasih, Kak. Tapi tidak usah. Rumah saya dekat dari sini."

Zayn menepikan mobil dan berhenti tepat di depan minimarket, lalu segera turun dan mengeluarkan kantong belanjaan milik Nirma.

"Terima kasih bantuannya."

"Sama-sama."

Di balik cadar Nirma mengulas senyum. Ia memilih untuk tidak langsung diantar ke rumah, sebab takut jika Raka akan salah paham jika dirinya diantar seorang laki-laki.

****

Tatapan tak bersahabat Raka menjadi sambutan pertama saat Nirma memasuki rumah.

Lelaki tersebut hanya duduk di sofa sambil menatap Istrinya yang melangkah tertatih.

"Dari mana saja kamu?" tanya Raka.

"Maaf, Mas." Nirma memilih untuk tidak memberitahu insiden yang dialaminya dalam perjalanan tadi.

Toh Raka juga tidak akan perduli. Lagi pula ia tak ingin jika Raka menilai dirinya hanya ingin mencari perhatian saja.

Tanpa kata Raka beranjak menuju lantai atas, sementara Nirma berjalan menuju dapur dan memasukkan bahan makanan ke dalam lemari pendingin.

Ketika mendengar adzan magrib, ia segera membersihkan diri. Setelah memakai mukena dan membalut wajahnya dengan cadar, ia beranjak menuju lantai atas. Niatnya untuk mengajak sang Suami shalat bersama.

"Ada apa?" tanya Raka sesaat setelah membuka pintu dan mendapati Nirma berdiri di hadapannya.

"Mas tidak shalat magrib?"

"Tidak!" jawab Raka singkat, lalu kembali menutup pintu dengan kasar hingga Nirma terlonjak.

"Astaghfirullah."

Sambil memendam rasa kecewa, Nirma kembali ke kamar. Hatinya perih menjalani rumah tangga seperti ini.

***********

***********

1
Rosita
Buruk
erlina herliani
ya se7
Retno Harningsih
lanjut
Konny Rianty
Thorrrr" bikin raka jatuh cinta sm Nirmaa" dn melihat wajah nya"Baru nyahok.dia" Wajah istri nya speek Bidadariii....
Athenna: lanjut thorr!!! Semangat!! pokoknya aku menanti dirimu up
total 1 replies
Konny Rianty
Thorrr" bikin Raka lihat Wajah Nirmaaa"" biar nyahokk tuh Rakaaa...
Konny Rianty
Thorrrr"" bikin Raka jatuh cinta sm Nirmaaa....
Konny Rianty
lamuttt Thorrrr" yg Buanyakkkk heeee heeee....
Umu Kahar
/Angry//Angry//Angry/
Elfira Yozarina
ko nga ada lanjutanya....
Al Thaf
bagus si
Konny Rianty
Akh...sedih thorrr" bc nya pengen nangiss...kapan raka mau membuka hati nya untuk Nirmaa"" kamu pergi aja dr rumah, biar nyahok si Raka sableng ituu....
Uthie
keep 👍
Wiwik murniati
Luar biasa
Rieya Yanie
jangan jangan adiknya bryan
Eka raffasya
sangat² bagus/Rose//Rose/
Konny Rianty
Lanjut Thorr" bgs cerita nyaaa....
Asmarni Sias
lanjut
Reni Fitria Mai
sabungan nyo dong 🙏😭
Reni Fitria Mai
Hati saya yg menjerik melihat perlakuan suaminya 😭😭😭😭
Konny Rianty
lanjut Thorrrr" bgs cerita nyaaa....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!