Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Tersadar seketika dengan apa yang dia lakukan, Lizda segera menjauhkan diri nya dari Daniel saat itu juga. Dia mendorong Daniel sangat kuat hingga tubuh Daniel tersungkur.
"Maaf, aku rasa yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan." berlari keluar kamar Daniel.
"Lizzz, hey!!!" seru Daniel memanggil nya.
Brakkk!!
Suara Lizda menutup pintu kamar dengan kencang.
"Bodoh, kenapa kamu bercium*an sama laki-laki yang jelas bukan pasangan mu." ucap Lizda sembari memukul-mukul kepala nya.
Dia duduk di kasur menyikap kedua lutut nya membayangkan kejadian tadi, tidak di pungkiri dia merasa degup jantung nya kencang sekali saat Daniel mencium nya. Perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelum nya.
Tok Tok Tok
"Lizzz!!" terdengar suara Nini mengetuk pintu memanggil nya. Lizda beranjak dari kasur dan membukakan pintu dengan wajah panik.
"Kenapa kamu?" tanya Nini yang baru saja pulang.
"Engga, nggak kenapa-kenapa. Kamu dari mana sih baru pulang?" Lizda mengalihkan pembicaraan agar Nini tidak curiga padanya. Meskipun dia berpikir Daniel bisa saja bercerita ke Nini karena mereka sangat dekat.
"Oh aku habis ketemuan sama orang." jawab Nini tersenyum.
"Kamu ini nggak ada takut nya kenalan-kenalan sama orang baru. Ini di kota orang lho, hati-hati lah jaga dirimu," jawab Lizda ketus yang tidak di dengarkan oleh Nini.
Mereka memang masih muda namun untuk pergaulan sebenarnya Lizda ini lebih terjaga dari pada Nini. Sedari sekolah Nini ini sudah terkenal suka gonta-ganti pacar. Tapi yang Lizda lihat bukan dari sudut pandang tersebut, Nini sudah berteman dengan Lizda sejak kecil rumah mereka juga berdekatan dan selama berteman Nini selalu ada untuk Lizda.
***
Prang!
Suara barang jatuh yang membuat seisi ruangan menghadap ke sumber suara tersebut.
"Lizdaaaaa." teriak atasan Lizda yang bernama bu Ima, terkenal dengan sebutan si perawan tua garang.
"Kamu ini kerja ga becus! Ini barang baru yang akan di jadikan display di toko utama kita. Kalau jatuh begini gimana coba? Barang ini harus segera di kirim ke toko. Pokoknya kamu harus ganti rugi." seru nya lagi sembari menggebrak meja.
"Maafkan saya, Bu. Saya tidak sengaja, bagaimana cara saya mengganti barang ini sangat mahal?" lirih Lizda.
"Mau di potong dari gajimu atau kamu segera berikan uang itu ke saya secepatnya." ucap nya lalu pergi.
Lizda menangis meninggalkan kantor nya saat itu juga, dia ada di dalam situasi amat bingung dan ketakutan. Dia tidak mungkin meminta uang kepada orang tua nya. Tak ada tujuan lain selain pulang ke kost, meratapi kesalahan nya hari ini.
Sesampainya di kost dari kejauhan Lizda sudah melihat Daniel yang akan naik ke tangga. Dia berusaha untuk menghindari laki-laki playboy itu.
"Lizz..." teriak nya.
"Ah sial ternyata dia sudah melihat ku, kenapa dia harus muncul di saat hari buruk ku," gumam nya lalu berbalik tersenyum ke arah Daniel.
"Lho habis nangis kamu? Tumben jam segini sudah pulang kantor?" tanya nya dengan wajah khawatir.
Lizda enggan menjawab nya karena menurutnya tidak berguna cerita ke orang lain. Keteledoran nya akan memalukan jika orang lain tahu. Lizda memilih naik ke lantai dua tanpa sepatah kata pun.
"Hey, cerita lah sama aku. Itu akan sedikit mengurangi beban mu, siapa tahu aku bisa bantu." Daniel menarik tangan Lizda.
"Cerita di kamar mu saja, nanti kalau di sini terdengar banyak orang," sahut nya cepat.
Mereka pun menuju lantai dua ke kamar Daniel. Baru saja meletakkan bokong nya di karpet kecil yang ada di dalam kamar itu, Lizda sudah menangis sesenggukan...
"Coba ceritakan pelan-pelan." ucap Daniel seraya memeluk Lizda yang sedang menangis.
Lizda mulai menceritakan semua yang di alami hari ini, perusahaan nya merupakan perusahaan elektronik besar yang ada di seluruh Indonesia. Namun atasan nya tidak cukup baik kepada dirinya, mengganti barang senilai jutaan terasa berat untuk Lizda saat itu.
"Tenang, kamu bisa pakai uang ku dulu. Tidak usah memikirkan kapan akan di ganti yang terpenting kamu masih bisa bekerja di sana," cetus nya.
"Benarkah? Kalau tiba-tiba kamu butuh uang nya bagaimana?" tanya Lizda lagi memastikan.
"Pakai saja, nanti kamu bisa kirimkan nomor rekening mu aku akan transfer uang nya," jawab nya, Lizda yang senang mendengar hal itu tiba-tiba saja memeluk Daniel dan mengucapkan terima kasih.
***
"Selamat pagi, Bu. Permisi, saya mau membayar ganti rugi atas kelalaian saya dalam bekerja." Lizda mengetuk pintu di ruangan bu Ima.
Setelah atasan nya menyuruh nya masuk mereka sempat berdiskusi dan akhirnya Lizda mendapat satu kali kesempatan lagi untuk bekerja. Tapi jika dia melakukan kesalahan fatal lagi maka perusahaan akan memecat nya.
Tak lupa dia mengirimkan pesan ke Daniel untuk memberinya kabar.
"Terima kasih atas pertolongan mu, aku masih di beri kesempatan untuk bekerja lagi. Aku berencana mengajak mu makan malam, kamu bisa?"
"Oke." jawaban singkat dari playboy itu. Semua tentang nya selalu membuat Lizda penasaran, balasan pesan nya singkat namun berbeda sekali saat bertemu.
Jam pulang kerja pun datang...
Lizda mengendarai motor nya menuju tempat makan yang sudah di tentukan. Daniel terlihat sudah tiba di sana lebih dulu. Daniel sudah memesankan menu makanan tanpa bertanya pada Lizda, bagi Lizda itu bukan suatu masalah.
Hanya ada satu hal yang mengganjal di pikiran nya...
"Eh maaf kalau aku lancang. Boleh aku tahu apa pekerjaan mu seperti nya kamu belum bercerita,"
"Aku apa aja di kerjakan, bisa di bilang serabutan. Kenapa hal itu membuat mu ilfeel kah?" Daniel melontarkan pertanyaan balik ke Lizda.
Lizda menggelengkan kepala nya "Hanya penasaran saja,"
"Ya apapun yang menghasilkan uang aku lakukan, tenang aku bukan pemb*nuh." jawab nya sembari tertawa meledek.
Hubungan mereka semakin lama semakin dekat semenjak kejadian yang menimpa Lizda itu. Apalagi kamar mereka berdekatan. Sudah tidak ada rasa canggung mereka mengunjungi kamar satu sama lain.
Hingga akhirnya sesuatu yang tidak di inginkan terjadi...