NovelToon NovelToon
JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Kisah cinta masa kecil / Menikah Karena Anak / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Remaja01

Warning⚠️

Siapkan tisu karna banyak adegan mengharukan mungkin akan menguras air mata.

_____
Menceritakan perjalanan hidup seorang pemuda bernama Firman yang berprofesi sebagai seorang pengedar obat-obatan terlarang. Sekian lama berkecimpung di dunia hitam, akhirnya Firman memilih berhijrah setelah mendapatkan hidayah melalui seorang anak kecil yang ia temukan di tepi jalan.

Akan tetapi, semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak halang rintangan yang menghambatnya keluar dari dunia hitam.

"Jack, mungkin aku akan keluar dari dunia hitam ini."

"Kau jangan gila, Man! Togar akan mencari dan membunuh kau!"

Dapatkan Firman keluar dari dunia hitam setelah bertahun-tahun berkecimpung di sana. Dan apakah ia akan Istiqomah dengan pendiriannya, atau akan kembali kejalan yang dulu yang pernah ia tempuh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Mau kemana?"

Langkah Aisyah terhenti di depan pintu ketika di tanya oleh abang sulungnya.

"Aisyah mau menjenguk pasien," jawab Aisyah.

Michael yang merupakan Abang kandung Aisyah, mendekati sang adik.

"Oh ya, Mas baru ingat. Mas mau ajak Aisyah ke panti asuhan Al-Iman. Tempat yang sering di kunjungi dokter Fadli. Nanti kita bisa rencanakan menyumbang di yayasan itu," ucap Michael.

Dokter Aisyah memutar bola mata malas ketika mendengar nama itu di sebut. Sedikit pun tidak ada minatnya terhadap dokter Fadli yang merupakan teman baik abangnya.

Kening Michael berkerut melihat reaksi adiknya. "Kenapa? Aisyah tidak suka dokter Fadli?" tanya Michael.

"Ya, Aisyah gak suka dia! Dia itu gatal, Mas. Enak saja dia pegang-pegang tangan Aisyah. Aisyah gak suka! Cukup Mas saja yang berteman dengan dia, jangan libatkan Aisyah!" tegas Aisyah.

"Iya, iya. Nanti Mas tegur dia," balas Michael. Lelaki 30 tahunan itu tersenyum melihat wajah cemberut sang adik.

"Satu lagi! Jangan pernah Mas berpikir mau menjodohkan Aisyah dengan dia!" Dari awal dokter Aisyah sudah bisa menebak kemana arah pikiran abangnya.

"Why not? Selama ini Mas lihat Aisyah gak punya teman lelaki. Gak ada salahnya kan, Aisyah coba mengenal dokter Fadli?" Kepala dokter Aisyah yang di balut selendang di usap Michael. Pria yang masih lajang itu tersenyum melihat wajah kesal si bungsu.

"Tapi Aisyah gak suka dia, Mas!" Aisyah merengek. Kesal melihat senyum abangnya.

"Gak apa-apa, nanti lama-lama juga terbiasa. Ayo, kita pergi ke panti asuhan. Hari ini Mas juga ingin pergi kesana sama Fadli," ajak Michael seperti tidak peduli dengan wajah kesal sang adik.

Dokter Aisyah mengeluh kecil. "Sebenarnya hari ini Aisyah juga mau pergi ke panti asuhan. Aisyah mau lihat pasien Aisyah yang di titipkan di sana untuk sementara waktu."

"Di titipkan? Maksudnya?" Michael mengerutkan kening.

Kringgg....kringgg....kringgg

Segera Aisyah mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.

"Siapa?" Michael mendongakkan kepala melihat layar ponsel sang adik. Sempat matanya melihat foto pemuda di sana, membuat jiwa keponya berkobar.

"Oke, oke. Tunggu sebentar. Saya keluar sekarang," ucap Aisyah pada pemanggil di ujung telepon. Setelah itu panggilan telepon di putuskan. Aisyah juga berpamitan pada abangnya sebelum pergi.

"Eh, tunggu dulu. Siapa yang menelpon tadi?" tanya Michael menahan Aisyah yang akan pergi.

"Dia senior Aisyah zaman kuliah dulu. Aisyah mau pergi dengan dia menjenguk pasien. Sudah ya, Masku tersayang, yang cerewet, Aisyah pergi dulu, assalamualaikum." Segera dokter Aisyah berlari menuju keluar rumah. Di luar pagar sudah terparkir mebil keluaran Honda yang sering di gunakan Firman.

Aisyah tidaklah berbohong saat mengatakan pada abangnya kalau Firman adalah seniornya di zaman kuliah dulu. Hal itu benar adanya. Pantas saja saat bertemu Firman dokter Aisyah tidak merasa Asing dengan wajah Firman. 8 tahun berlalu, wajah Firman tidak banyak berubah, hanya potongan gaya rambut membuat pria itu bertambah cool.

Dan salah satu alasan dokter Aisyah merubah panggilan pada Firman menjadi 'Abang,' karna ia ingat siapa Firman. Ia berharap Firman juga ingat siapa dirinya, tapi nyatanya Firman tidak ingat sama sekali dengan Aisyah.

Detak jantung Aisyah menjadi tak menentu setelah berada di dalam mobil. Sekilas tadi matanya sempat melihat pria berkemeja yang duduk di bangku kemudi.

"Maaf ya, bu dokter. Agak lama menunggu, soalnya saya tidak begitu hapal jalan daerah ini. Tadi sampai nyasar ke gang depan." Firman memecah kesunyian. Perlahan kakinya menginjak gas sambil melihat spion kanan, memastikan tidak ada kendaraan yang melintas.

"Gak apa-apa, tadi saya juga sedang ngobrol sama Abang saya," balas Aisyah.

"Bu dokter ada Abang?" Bagus juga pancingan dokter Aisyah. Jadinya Firman ada bahan untuk di tanyakan.

"Ada, kami dua bersaudara. Saya anak bungsu dan Abang saya anak pertama. Ohya, bang Firman gak usah panggil saya bu dokter. Cukup panggil Aisyah saja. Lagian kita kan lagi di luar. Aneh saja saya mendengar bang Firman memanggil saya bu dokter," balas Aisyah. Setiap kali Firman memanggilnya bu dokter, Aisyah merasa seakan ada jurang pemisah status sosial diantara mereka.

"Tidak masalah." Firman tersenyum kecil. Matanya fokus memperhatikan jalan yang di lewati.

Dokter Aisyah menoleh pada Firman. Bibir pria itu yang sedikit bengkak menarik perhatiannya. Agak lama Aisyah memperhatikan luka di bibir pria itu.

"Bibir bang Firman kenapa?"

"Kemarin saya mengalami kecelakaan," jawab Firman.

"Ya Allah?" Jelas raut kekhawatiran terpancar di wajah dokter Aisyah.

Mata Firman di balik kaca mata hitam yang di pakainya hanya fokus memperhatikan jalan. "Alhamdulilah kami selamat. Hanya bumpers mobil depan saja yang rusak. Tapi kemarin sudah di perbaiki," balas Firman.

"Syukurlah." Lega hati dokter Aisyah mendengarnya. Lalu punggung di sandarkan pada kursi dengan tenang.

Firman juga mendiamkan diri. Kekhawatiran Aisyah tadi meninggalkan secebik rasa. Namun, rasa itu di buang jauh-jauh karna Nia masih bertahta di hatinya saat ini.

"Apa hari ini, bang Firman gak kerja?" tanya dokter Aisyah. Matanya memandang lurus kedepan.

"Tidak, saya sudah berhenti kerja di tempat lama. Sekarang saya mau cari kerja baru, yang lebih baik dari sebelumnya."

"Memangnya, sebelum ini bang Firman kerja apa?"

"Hm, jadi buruh kasar."

"Ya, gak apa-apa apa. Kerja itu yang penting halal. Asal kita bersyukur, insyaAllah semuanya akan jadi berkah dan mencukupi," balas Aisyah.

Firman menoleh sekilas pada dokter muda itu. "Apa bu dokter. Hmm, maksud saya. Apa Aisyah tidak malu berteman dengan seorang buruh kasar seperti saya. Secara, Aisyah kan seorang dokter. Di bandingkan dengan saya jauh sekali bedanya."

"Kenapa bang Firman bicara seperti itu? Bagi saya semua pekerjaan itu sama. Yang penting kerja itu halal dan kita ikhlas menjalaninya. Seperti buruh kasar atau kuli sekali pun, banyak pahala yang mereka dapat karna telah menolong orang,"

"Di mata Allah, semua manusia sama. Tidak peduli apa pun pangkat dan jabatannya. Suatu hari kita akan kembali ke asal dan diminta pertanggung jawaban atas pekerjaan atau jabatan yang pernah kita emban. Semakin tinggi jabatan maka semakin banyak dosa yang kita tanggung jika amanah jabatan yang kita pegang tidak kita tunaikan."

Jawaban dokter Aisyah membuat Firman terdiam. Perlahan kakinya menginjak rem karna berada di lampu merah.

Stir mobil di pegang kuat. Nafas di hela dalam-dalam. Hatinya perih bagai di cubit oleh ucapan dokter Aisyah tadi. "Aisyah, kenapa kamu peduli dengan Umar?" Tanya yang terbesit dihati lansung di utarakan pada dokter muda di sebelahnya.

"Dia makhluk suci yang belum berdosa. Di sisi lain dia juga tidak punya siapa-siapa. Apa salah saya peduli dengan dia?" jawab dokter Aisyah. Wajah Firman di pandangnya.

"Tidak sama sekali," balas Firman. Wajahnya menghadap lurus ke depan, Firman tidak mau bertentang mata dengan dokter muda itu. "Aisyah, seandainya saya tidak bisa menjadi ayah angkat untuk Umar. Tolong Aisyah perhatikan dia," sambung Firman.

"Insyaallah." Dokter Aisyah mengangguk kecil.

Segera Firman memasang aerphon saat ponselnya berdering. Mata masih memandang lurus kedepan.

"Kemarin aku ajak ke klinik kau tidak mau, sekarang malah merengek-rengek sakit gigi," omel Firman pada Jeck di sambungan telepon.

Dokter Aisyah menajamkan telinga, mendengarkan apa yang di obrolkan Firman dengan seseorang di sambungan telepon. Sempat dokter Aisyah menutup mulut karena menahan tawa

"Panadol itu hanya penahan rasa sakit sementara. Jadi kau harus lihat apa penyebab gigi kau sakit. Makanya kemarin aku ajak kau ke klinik. Sebanyak apa pun kau minum panadol, sakit gigi kau itu akan kembali balik lagi kalau masalahnya tidak kau obati." Firman mulai geram mendengar Jack menjerit-jerit kesakitan di ujung sana.

1
Iqlima Al Jazira
kasihan firman😢
Sasa Sasa: 😭hooh
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
suka banget cadel gini
®agiel
semoga tokoh Jack bisa satu arah tujuan dengan Firman berhijrah, untuk menjadi manusia manusia hebat...

dan tentunya semua itu tergantung Author yaa....hihihiiiii 🤭
Sasa Sasa: hihi.. makasih masukkanya kK
total 1 replies
®agiel
saya berharap semoga karya ini cepat kamu up ya Thor...
soalnya tanggung ini, kopi hampir habis tapi malah kalah cepat sama bab terakhir yang lebih dulu habis...

🤤😩
®agiel: terima kasih yaa, sehat terus & terus sehat 💪
Sasa Sasa: Baik, Abang.
total 2 replies
®agiel
salut dengan karyamu ini Thor, detail banget, meskipun tanpa visual tapi tulisan mu bisa mangajak para pembaca seolah olah adalah tokoh Firman, termasuk saya tentunya.

lanjutkan Thor 👍
®agiel
di bab ke 3 makin mantul nih Thor..
kopi mana kopi....🤭
®agiel
keren 👍
®agiel
saya baru saja mampir di karya tulis mu Thor...
bab awal yang keren menurut saya, ilustrasi kehidupan keras dengan di bumbui seorang bocah berusia 2 tahun...

semoga tokoh Firman di sini, author bisa membawa nya sebagai figur ayah angkat yang hebat.

salut Thor...lanjutkan 👍👍👍
®agiel: sama sama Thor, saya suka karya mu, sehat sehat ya agar bisa terus berkarya tulis yang sehat....hihihiiii 🤭
Sasa Sasa: Terimakasih kak.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!