~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡
"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Part 2
Pagi harinya seperti biasa Kirana bersiap-siap dengan mengenakan pakaian kerjanya, ia mencoba bersikap biasa seolah tidak akan terjadi apa-apa, ini bukan hari yang istimewa untuknya, ini hanya biasa, bukankah begitu? tapi tidak, ternyata jauh di dalam hatinya ada rasa yang berkecamuk antara cemas, bahagia dan juga takut yang muncul bersamaan.
Setelah berpamitan kepada Ibunya, Kirana bergegas menstater motornya menuju tempat kerja, sesampainya di sana Kirana tidak langsung masuk, setelah memarkirkan motornya ia memilih menunggu Rangga di halaman depan tempatnya bekerja, lalu
dilihatnya ponsel yang ia genggam dengan serius.
"Hmm ... tidak ada pesan apa pun, mungkin, Mas Rangga berubah pikiran dan tidak jadi datang kesini, katanya kan kemarin pagi-pagi dia memastikan akan sudah sampai di sini," gumam Kirana sendiri.
Ada sedikit perasaan kecewa di hatinya, bagaimana jika Rangga benar-benar tidak datang seperti janjinya.
Sementara Kirana masih fokus dengan ponselnya tanpa dia sadari ada seseorang yang tengah berjalan menghampirinya, dan sebenarnya seseorang itu sudah memperhatikan Kirana sejak tadi.
Itu adalah Rangga, sebenarnya sudah sejak pagi-pagi sekali dia sampai di tempat ini, tapi Rangga memilih menunggu Kirana di dalam mobilnya, dia ingin memastikan terlebih dahulu seseorang yang ingin ditemuinya.
Beberapa saat yang lalu.
Rangga duduk di dalam mobilnya sambil mengawasi orang-orang yang sibuk berlalu-lalang di hadapannya, sebenarnya dia sudah menunggu Kirana datang sejak tadi, dan rasanya dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan gadis itu.
Kemudian di sela-sela pengamatannya Rangga menangkap di kedua matanya akan kedatangan seorang gadis cantik yang tengah memarkirkan motor scoopynya, seketika gerak-gerik gadis itu mampu menyita seluruh perhatian Rangga, dia pun melihat gadis itu lekat-lekat, dan tersenyum. Tidak salah lagi Rangga yakin sekali itu adalah Kirana, gadis yang ingin ditemuinya.
Rangga melihat gadis itu dari kejauhan,
akhirnya setelah merasa yakin bahwa gadis yang diamatinya itu adalah Kirana, kemudian Rangga pun keluar dari mobilnya dan segera menghampiri Kirana, tapi sepertinya gadis itu terlalu sibuk dengan ponsel di tangannya hingga tidak menyadari akan kehadiran Rangga di dekatnya.
"Kirana ... ." Sapa seorang laki-laki berpostur tinggi yang kini tengah berada di hadapannya.
Kirana pun langsung menoleh mendengar seseorang menyebut namanya.
"Selamat pagi," sapanya lagi.
"Deg," jantung Kirana seolah berhenti berdetak, seperti tidak percaya dengan yang dilihatnya saat ini, dia kah Rangga?" batin Kirana saat itu.
"Hai ... Ki, ini kamu, kan? kok malah bengong begitu?" tanya Rangga sesaat membuyarkan lamunan Kirana.
"Eh ... Iya ... maaf," jawabnya dengan terbata-bata, tiba-tiba saja dia menjadi gagu, lucu sekali.
Rangga pun mengulurkan tangan kepada Kirana, tapi lagi-lagi Kirana hanya diam terpaku, ia bahkan tidak langsung mengulurkan tangannya, ia malah terlihat salah tingkah sendiri.
Bukankah mereka begitu akrab selama ini? tapi mengapa tiba-tiba seolah Kirana tidak punya keberanian sedikit pun bahkan untuk sekedar menatap mata laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya ini.
"Hai ... Ki," sapa Rangga sekali lagi
"Iya - aku - aku ..., selamat pagi juga," jawab Kirana masih terasa gagu, tapi kali ini sambil menjabat uluran tangan dari Rangga, seperti ada sesuatu yang aneh menjalar di sekujur tubuhnya ketika tangan Rangga menggenggam erat jemarinya.
Begitu juga dengan Rangga, sebenarnya saat ini dia juga tak kalah berdebar hebat, jantungnya berdetak kencang, dia juga merasakan hal yang sama seperti Kirana.
Rangga memandangi gadis itu, ya Tuhan Kirana memang benar-benar cantik, benar-benar gadis yang sederhana namun sangat memikat, dan mata itu ... sungguh sepasang mata yang sangat dirindukannya selama ini, sorot mata sayu namun menenangkan, sepasang netra indah yang telah membuat Rangga kehilangan ketenangan dan akal sehatnya akhir-akhir ini.
"Kita mau di sini saja atau bagaimana?" tanya Rangga memecah kesunyian.
"Emm ... kita bicara di tempat lain saja, bukan apa-apa tapi rasanya tidak enak kalau ada yang melihat kita di sini," jawab Kirana, masih sedikit ada perasaan canggung, untung saja Satya sudah beberapa hari ini sedang berada di luar kota, jadi setidaknya dia merasa aman.
"Ya sudah ... kita mau kemana aku terserah kamu saja," jawab Rangga seraya menyunggingkan senyumnya.
"Aku ikut, Mas Rangga saja mau kemana," jawab kirana cepat, dia bahkan tidak memikirkan kata-kata yang baru saja meluncur polos dari bibirnya.
"Aku mau nyulik kamu, mau?" jawab Rangga sambil terkekeh.
"Apaan sih ... gak lucu tau," jawab Kirana sambil sedikit memanyunkan bibirnya. Demi apa pun sungguh gadis ini memang mampu membuat Rangga gemas karena tingkahnya yang menurutnya sangat lucu, hampir saja Rangga mau mencubit pipinya saking gemasnya tapi dia tahan sebab dia tidak ingin Kirana tiba-tiba menjadi ilfeel di pertemuan pertama mereka.
Akhirnya Kirana menitipkan motornya kepada satpam di kantor tempatnya bekerja, setelah motornya dibawa masuk oleh satpam Kirana pun mengikuti Rangga masuk ke dalam mobil milik Rangga.
Dan akhirnya Mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari sana. Mereka berdua duduk di sebuah kursi panjang di bawah pohon rindang yang berada di taman tersebut, Mereka berbincang layaknya orang yang sudah saling mengenal lama, meski awalnya Mereka merasa sedikit canggung satu sama lain, tapi pada akhirnya Mereka dapat mencairkan suasana dan menikmati kebersamaan mereka berdua yang sudah sejak lama diimpi-impikan. Dan benar perasaan Kirana, ia merasa sangat nyaman dekat dengan Rangga.
Rangga ternyata sosok yang sangat hangat dan menyenangkan seperti yang dirasakannya selama ini, pun Rangga juga merasakan hal yang sama pula terhadap Kirana.
Tidak terasa waktu sudah siang dan Kirana hendak berpamitan kepada Rangga, ia ingin melanjutkan pekerjaannya lagi.
Tapi seketika Rangga menahan Kirana, dia tidak rela gadis itu meninggalkannya secepat ini, belum puas rasanya Rangga melepas kerinduannya, kemudian dia menggenggam tangan Kirana dengan erat, seolah dia enggan melepaskannya, ini terlalu singkat, dia tidak ingin mengakhirinya secepat ini, kemudian Dia pun mengatakan.
"Ki ... jangan pergi, beri aku waktu lebih lama lagi untuk bersamamu," kata Rangga memohon.
Kirana juga tidak tahu harus bersikap bagaimana sebab dalam hati terdalamnya pun ia juga menginginkan hal itu.
"Bawa aku pergi," tiba-tiba saja kata-kata itu meluncur mulus dari mulutnya seolah tanpa difikirkan terlebih dahulu.
Rangga langsung menatap tajam gadis manis di depannya ini, dia pun seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Benarkah Kirana mengatakan itu tadi, dia tidak salah dengar bukan?
"Bawa aku pergi, Mas, sebelum aku berubah fikiran," ujarnya lagi dengan begitu yakin. Dan seketika perkataan yang tidak diduga itu mampu membuyarkan lamunan Rangga yang masih mencoba mencerna kata-kata Kirana tadi.
"Kamu serius?" tanya Rangga, mencoba memastikan dengan menatap tajam kedua netra indah gadis itu.
"Kecuali perasaan, Mas Rangga tidak seperti yang diucapkan padaku kemarin, Mas Rangga bisa pergi tanpa membawaku," jawabnya lagi.
Kemudian tanpa ragu sedikit pun Rangga menggenggam erat tangan Kirana sambil mengatakan.
"Aku tidak pernah seyakin ini dalam hidupku."
Kirana
Mungkin Tuhan menciptakanmu satu di antara ribuan bahkan jutaan
agar aku mengerti, betapa istimewanya dirimu.
@Ranggadipta